lunes, 22 de diciembre de 2008

Theresia Mia Tobi: Ibu Penyelamat Gaharu Perintis Lingkungan

Seperempat abad yang lalu, gaharu (Aquilaria spp) banyak dijumpai dan tumbuh nyaris tanpa gangguan di hutan Indonesia. Gubal atau getah gaharu mengandung damar wangi (aromatic resin) sebagai bahan baku berbagai jenis wewangian seperti dupa atau hio, parfum, dan obat tradisional. Inilah yang kemudian mendorong perburuan gaharu secara besar-besaran sejak tahun 1970-an untuk diekspor ke luar negeri.Di saat itu, terjadi pula penebangan sia-sia, artinya banyak pohon gaharu yang tidak mengandung gubal ditebang dan mati. Akibatnya, 10-15 tahun kemudian tanaman gaharu di Indonesia semakin langka dan terancam punah, keadaan ini diperparah dengan belum dikenalnya teknik budi daya gaharu oleh masyarakat.

Di dusun Bawalatang, desa Nawakote, Kecamatan Walanggitan, kabupaten Flores Timur yang lahannya bergelombang, berbukit dan di sana-sini terjal, seorang ibu rumah tangga, Theresia Mia Tobi mempunyai perhatian besar dan meluangkan waktunya untuk melakukan budi daya gaharu. Usahanya dilakukan sejak tahun 1993 mulai dari pembibitan dan penangkaran, penanaman dan perawatan. Ibu Theresia melakukan ini dengan hati yang ikhlas dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk selalu wajib menyintai lingkungan.

Dengan dukungan keluarga, orang tua dan dibantu anggota kelompok dani serta aparat desa, Ibu Theresia tanpa kenal lelah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui penanaman pohon dengan semboyan ”bila satu pohon ditebang, akan diganti dengan penanaman seribu pohon”. Kepercayaan masyarakat kepada Ibu Theresia dapat diukur dari keikutsertaan seluruh warga Desa Nawakote kemudian melakukan pembitan, penangkaran dan penanaman gaharu di pekarangan rumah maupun areal hutan.

Karena ternyata mendatangkan nilai ekonomis yang cukup banyak, Ibu Theresia Mia Tobi kemudian membagikan tidak kurang dari 11.000 bibit gaharu kepada masyarakat Desa Nawakota, Yayasan Tana Abab, Kelompok Tani Nelayan Watebula Sumba Barat, Yayasan Yaspensel Diosis Larantuka, Kelompok Tani Taw Tana, Uskup Weetebula, Mantan Bupati Flores Timur, Drs. Hendrikus Henkin, dan Kelompok Tani Gaharu di Kemaebang Desa Nawakota.

Dengan segala keterbatasannya, Ibu Theresia juga menanam berbagai tanaman kayu-kayuan seperti mahoni, ampupu, gamalina, selain tanaman perkebunan seperti ciklat, vanili, kemiri, kelapa, pisang, dan lain-lain.

Penanaman berbagai komoditas mencakup 3 hektar di areal sekitar permukiman, dan penghijauan telah menjadikan asri dan sejuk 30 hektar lahan kritis di Desa Nawakote, Kecamatan Walanggitan, Kabupaten Flores Timur.

Karena prestasi dan popularitasnya, Ibu Theresia Mia Tobi sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber pada berbagai pertemuan dan sosialisasi yang berkaitan dengan gaharu. Tidak hanya di tingkat desa, permintaan itu juga datang dari Kecamatan, Kabupaten Flores Timur, Dinas Kehutanan, Bappeda dan berbagai kelompok tani di Kabupaten Flores Timur.

Sumber: menlh.go.id

Sriatun Djupri: Kasih Ibu pada Lingkungan

Dalam rangka Hari Ibu, MATOA mengajak para Sahabat untuk bersyukur dan berterima kasih kepada para Ibu yang telah berjuang bagi lingkungan hidup Indonesia, bagi bangsa ini, dan tentunya bagi kita.

Di tahun 1973, Sriyatun sekeluarga bersama dengan 2.102 kepala keluarga lainnya tinggal di daerah yang sangat gersang, tandus dan kumuh, tepatnya di kelurahan Jambangan, di pinggir Kali Surabaya. Sulitnya mendapatkan air bersih memaksa warga menggunakan air kali surabaya sebagai tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi seperti ini, sudah bisa ditebak bahwa daerah itu dipastikan kumuh. Ironisnya, Kali Surabaya merupakan sumber bahan baku air bersih yang diolah oleh PDAM untuk masyarakat Kota Surabaya.

Keadaan inilah yang kemudian memotivasi Sriyatun membawa masyarakat keluar dari kekumuhan lingkungan. Dimulai dengan penyuluhan tentang kebersihan kepada warga sekitar dengan tujuan untuk merubah perilaku buruk yang membuang sampah dan membuang hajat di Kali Surabaya. Perjuangan ini dilakukan tahun 1973-1986.

Mulai tahun 1986, Sriyatun mulai menggerakkan warga sekitar untuk melakukan pemilahan sampah, penghijauan pekarangan dan jalan warga sepanjang Kali Surabaya dan membuat saluran WC di sekitar rumah. Kegiatan ini dilakukan melalui Kelompok Dasa Wisma yang memanfaatkan anggota kelompok PKK, Karang Taruna dan para kepala keluarga sebagai kader lingkungan. Di tahun 2004 Sriyatun mendirikan Kelompok Kader Lingkungan Sri Rejeki, aksinya berupa pelatihan bagi warga sekitar untuk memilah dan mengolah sampah, pembibitan tanaman, penghijauan pekarangan, jalan dan pinggir sungai, serta membuat dan menggunakan jamban umum.

Kerja keras Sriyatun ternyata tidak sia-sia. Sebanyak 40 kader lingkungannya dengan anggota binaan 10 kepala keluarga/kader telah berkembang menjadi 1.000 kader tersebar di 14 kelurahan. Warga Jambanganpun telah mempunyai 14 WC umum. Selain itu, Sriyatun besama warga kini mengoperasikan 306 unit komposter aerob skala rumah tangga, yang berarti telah mengurangi produksi sampah dari 420 meter kubik perbulan menjadi 140 meter kubik perbulan. Penghijauanpun telah mencapai luasan tidak kurang dari 70% wilayah Kecamatan.

Dalam memanfaatkan sampah, ternyata Sriyatun secara diam-diam menerapkan metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Setiap rumah, rata-rata memperoleh penghasilan Rp. 150.000,- perbulan dari hasil penjualan kompos. Sedangkan hasil dari daur ulang limbah plastik mencapai 500.000 – 1.000.000 rupiah per rumah perbulan dalam bentuk kerajinan bunga plastik, taplak meja, tas, horden, anting-anting dan aksesori lainnya.

Selain itu, belatung sebagai hasil sampingan pembusukan sampah juga bernilai ekonomis karena laku dijual sebagai pakan yang higienis bagi ikan air tawar. Hasil tanaman apotik hidup seperti kunyit putih dan mahkota dewa dijual langsung kepada yang membutuhkan sebagai bahan pembuat jamu.

Pengelolaan sampah dengan metode 3R selain memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat ternyata telah mengurangi beban pencemaran terutama dari plastik yang dibuang ke tanah, sungai dan pencemaran udara karena dibakar. Secara sosiologis, upaya Sriyatun mampu merupah cara pandang dan perilaku masyarakat yang merupah limbah hingga bernilai ekonomis.

Keberhasilan Sriyatun tercatat telah diikuti 18 kecamatan di Kota Surabaya. Tidak hanya itu, kota-kota lainpun telah mulai mengikutinya, diantaranya adalah Yogyakarta, Sumenep, Probolinggo, Sidoarjo, Sorong, Dumai, Jakarta dan beberapa kota di Lampung , Aceh dan Kalimantan.

sumber: menlh.go.id

martes, 9 de diciembre de 2008

Menuju Kelembagaan Zero Waste

Sampah merupakan masalah sangat krusial. Lokasi pembuangan semakin sulit dicari sementara sampah terus diproduksi. Pengangguran pun demikian. Setiap tahun muncul tenaga kerja baru, sebagian besar akan menambah jumlah pengangguran. Kedua masalah ini meski tidak berkaitan langsung, ternyata bisa sekaligus ditangani oleh satu konsep: Zero Waste.

Zero Waste bisa berarti tidak memproduksi sampah. Alam adalah Zero Waste yang sempurna. Keseimbangan ekosistem. Limbah dari satu proses/makhluk menjadi makanan atau bahan baku bagi makhluk/proses lain. Tidak ada yang dibuang.

Konsep Zero Waste pada intinya mencegah membuang sampah rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses sendiri. Untuk itu diperlukan adanya "kelembagaan sampah" sebagai kunci sukses terlaksananya Zero Waste. Kelembagaan ini akan menunjuk penanggung jawab sampah keluarga biasanya dibebankan pada para pembantu rumah tangga (PRT).

Sebaiknya, yang menjadi penanggung jawab sampah adalah orang yang memiliki `kuasa besar` baik di rumah maupun di RT/RW setempat. Dan yang juga penting adalah kontinuitas pengelolaan sampah. Karena lengah sebentar saja, sampah akan kembali menumpuk dan akan sukar dikendalikan. Maka dari itu, perlu manajemen kontrol yang baik dan kejelasan tugas, hak, wewenang, dan penanggung jawab setiap warga.

Hal termudah yang dapat dilakukan setiap orang adalah memilah sampah rumah tangga setiap harinya. Produksi sampah normal rata-rata 1-2 kg per hari, dan hanya membutuhkan waktu paling lama 30 menit untuk menyeleksi jenis sampah-sampah tersebut. Sampah harus dipisahkan antara sampah organik (sisa makanan atau sayuran), anorganik plastik, dan anorganik kertas.

Banyaknya sampah anorganik tiap hari rata-rata seperempat dari total sampah rumah tangga. Jika telah menyeleksi sampah anorganik plastik, sampah harus dicuci bersih dan dijemur hingga kering sebelum diolah untuk meminimalisir timbulnya penyakit. Sampah-sampah itu kemudian dapat disimpan dalam tong untuk diproses menjadi pelet plastik atau seni kriya lainnya seperti tas, sandal, dan payung yang terbuat dari bungkus deterjen.

Sedangkan sampah anorganik kertas dapat dijadikan bubur kertas dalam tong untuk kemudian diproses menjadi kertas daur ulang. Beberapa waktu terakhir, kriya dari jenis sampah anorganik banyak diminati masyarakat lokal bahkan hingga ke luar negeri. Dan disinilah daya kreativitas diperlukan untuk mengubah sampah menjadi barang berguna ataupun menjadi komoditas produksi.

Jika masyarakat tidak terseret dampak revolusi industri, Zero Waste mungkin bisa mudah diraih. Dengan kondisi sekarang ini, Zero Waste tentu tidak mungkin dicapai. “Zero” agaknya hanya istilah bagi suatu sasaran ideal yang ingin dicapai. Suatu kiat berkampanye, dengan target yang mustahil dicapai namun membangun semangat. Seperti zero emissions, zero mercury atau zero accident. Namun efektif, bisa mengubah industri dan masyarakat. Buktinya, standar industri mobil dan bahan bakar sudah berubah.

Kawasan bebas rokok tidak berarti kita terbebas dari rokok. Namun membuat masyarakat terbiasa, terlatih untuk tidak merokok atau mengurangi. Berhenti merokok menjadi mungkin. Pun mendekati Zero Waste bukan tidak mungkin. Beberapa kota di Selandia Baru contohnya, kini sudah mencapai rekor dunia 20%. Ini luar biasa. 80% limbah kota dibelokkan ke pemanfaatan. Dari pengangguran 7,5% pada Maret 1999 kini tinggal 3,6% (Sepember 2006).

Programnya dimulai secara lokal pada 1999. Ketika 2002 dicanangkan program nasional ”Zero Waste 2020,” 27 dari 74 council sudah lebih dulu menerapkannya. Dan September lalu sudah 72% Selandia Baru menerapkan Zero Waste.

Zero Waste bisa dicapai dengan memaksimalkan daurulang; meminimisasi pembuangan; mengurangi konsumsi; dan memastikan agar barang produksi bisa diperbaiki, dipakaiulang, didaurulang, atau dijadikan kompos. Karenanya, sejumlah besar lapangan kerja akan tercipta begitu konsepnya dicanangkan. Tidak akan ada pemulung lagi, mereka menjadi pengusaha, karyawan, atau konsultan. Penganggur pun tidak akan segan, karena bukan sampah yang digeluti, melainkan mencegatnya sebelum menjadi sampah.

Paul Hawken, Robin Murray dan tokoh sustainability lain sepakat bahwa Zero Waste adalah cara baru dalam menciptakan kesejahteraan ekonomi.

Di Indonesia sendiri, sudah ada lembaga yang memiliki menggalakkan Zero Waste, yaitu YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi).

lunes, 1 de diciembre de 2008

INDONESIAN ECOLOGY EXPO 2008

Sahabat Matoa, ada event menarik yang akan digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia IPB (BEM FEMA IPB) 21 Desember 2008 mendatang.

FEMA di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa mengimplementasikan wujud kepedulian terhadap ekologi dengan menyelenggarakan kegiatan Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2008. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai sarana utama untuk memperkenalkan ekologi manusia dari berbagai sudut pandang. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan gambaran mengenai keadaan ekologi Indonesia serta dapat meningkatkan kesadaran kritis masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian ekologi.

Kegiatan INDEX merupakan rangkaian acara yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Secara garis besar rangkaian acara INDEX terdiri dari: Lomba, Expo, Talkshow serta Pameran. Lomba yang cukup menarik dalam gelaran tersebut adalah Lomba Desain Kantong Belanja Non-Plastik, namun peluang untuk mengikuti lomba tersebut sudah ditutup 21 November 2008 lalu. Semoga pada tanggal 21 Desember 2008 nanti, Panitia berkenan memamerkan desain-desain kantong belanja non-plastik kepada para pengunjung.

Expo, Talkshow serta Pameran dalam rangkaian INDEX 2008 tersebut akan dilaksanakan di IPB International Convention Center, Kota Bogor.

Cp:
Tri Reti 0818812092
Riri 085697402949
Bayu 0811654307

lunes, 24 de noviembre de 2008

Tas Mungil dari Kemasan Plastik

Kemasan plastik tidak selalu berakhir menjadi sampah. Kemasan plastik bisa dirangkai jadi tas cantik. Simak tips kreasi berikut ini.

Kita semua tahu bahwa sampah plastik adalah jenis sampah yang paling sulit diuraikan oleh tanah. Jika Anda membuang sampah plastik hari ini, hingga 80 tahun mendatang pun sampah plastik ini pun belum bisa teruraikan. Padahal, hampir semua produk kebutuhan rumah tangga menggunakan pembungkus plastik. Jadi, terbayang kan berapa banyak sampah plastik terbuang setiap harinya?

Untuk mencegah penumpukan sampah plastik, kita sebenarnya bisa mencoba mengurangi dampak buruknya. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkannya kembali. Sampah plastik bisa diolah menjadi barang-barang bermanfaat, seperti tas atau dompet. Hasilnya tak kalah cantik dengan tas-tas berbahan kain.

Dengan membuat tas berbahan kemasan plastik ini, Anda bisa mendapat dua manfaat. Selain mendapat tas cantik, Anda pun sudah turut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan dari ancaman sampah plastik.

Ingin tahu cara membuatnya? Kami sajikan untuk Anda.

Alat dan bahan:

4 kemasan plastik 450 ml dengan corak dan warna yang senada (2 buah untuk sisi depan dan belakang, 2 buah lagi untuk sisi kiri dan kanan).
50cm bisban dengan ukuran lebar 3cm untuk tali tas.
1m bisban dengan ukuran lebar 2cm.
4cm perekat
30cm renda katun sebagai pemanis.
Jarum (ukuran 16) dan benang jahit berwarna senada.

Langkah pengerjaan:

Bersihkan kemasan plastik dari segala noda dan kotoran. Untuk membersihkannya Anda bisa menggunakan kertas tisu. Jika noda sulit dibersihkan, Anda bisa merendam plastik di dalam air hangat. Jangan menggunakan air yang terlalu panas, karena akan merusak tekstur plastik.
Gunting dua buah kemasan dengan ukuran yang diinginkan. Usahakan potongan kedua kemasan plastik memiliki ukuran yang sama.
Gunting dua kemasan lain (untuk sisi kiri dan kanan) menjadi dua bagian lebarnya (7cm).
Pasang dan jahit perekat, dengan menggunakan mesin jahit, pada bagian dalam masing sisi depan dan belakang.
Pasang dan jahit bisban lebar 3cm pada bagian permukaan plastik (sisi depan dan belakang), sebagai tali tas.
Kemudian pasang dan jahit renda katun sekaligus bisban pada sisi atas lembar kemasan plastik. Lakukan langkah ini pada kemasan plastik untuk sisi depan dan belakang.
Sambungkan kedua kemasan plastik yang sudah dipotong berukuran 7cm (untuk sisi kiri dan kanan tas). Sehingga membentuk lembaran panjang.
Hubungkan dan sambung dengan jahitan mesin, bagian tadi (no.7) dengan lembaran plastik untuk sisi depan dan belakang.
Lalu pasang bisban pada seluruh tepinya. Jadilah sebuah tas mungil nan cantik, berbahan kemasan plastik. Cara yang sama juga bisa Anda lakukan untuk tas yang berukuran lebih besar, lho. Tinggal ganti ukurannya saja. Selamat berkreasi!

sumber: iDEA Online

lunes, 17 de noviembre de 2008

Ganyong: Alternatif Pangan Lokal dan Obat Tradisional

Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.) berasal dari Amerika Tropika, dan telah tersebar ke Asia, Australia, dan Afrika. Umbi mudanya di Amerika Selatan dimakan sebagai sayuran, dan kadang digunakan sebagai pencuci mulut. Sekarang, Ganyong sudah dibudidayakan teratur di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jambi, Lampung, dan Jawa Barat.

Ganyong cukup berpotensi sebagai sumber hidrat arang. Data Direktorat Gizi Depkes RI menyebutkan bahwa kandungan gizi Ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75,00 g.

Umbi yang dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun muda dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Kita mengenal Ganyong dengan banyak nama daerah. Ada yang menyebut sebagai "buah tasbih", "ubi pikul", "ganyal", "ganyol", atau pun "sinetra". Sedangkan nama asingnya quennsland arrowroot. Sementara ini, sekurangnya ada dua provinsi sebagai sentral Ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang).

Lalu, Ganyong itu sebetulnya untuk apa? Biasanya dikonsumsi sebagai camilan. Ganyong direbus, lalu dimakan. Rasanya pulen kemanis-manisan dan bergizi cukup tinggi, terutama kandungan karbohidratnya.

Menurut produsen keripik ganyong dan tepung ganyong, pada dasarnya untuk pemasarannya tidak masalah. Barangkali karena tingkat persaingan belum tajam, sedangkan pertumbuhan konsumsinya terus bertahan. Malahan tak menutup kemungkinan, produk olahan Ganyong tersebut bisa diekspor.

Selain itu, Ganyong juga dapat mengatasi beberapa penyakit, yaitu:

Panas dalam:

Umbi ganyong 30 g; Rimpang temu lawak 30 g; Air 700 ml, Direbus sampai mendidih selama 15 menit, Diminum hangat-hangat 2 kali sehari

Radang saluran kencing

Umbi ganyong 40 g; Daun kumis kucing 30 g; Akar alang-alang 20 g; Air 600 ml, Direbus sampai mendidih selama 15 menit, Diminum hangat-hangat pagi dan sore

Bibit Ganyong dapat diperoleh lewat umbi atau anakan. Tradisinya lebih cenderung menggunakan bibit anakan. Setelah bibit siap, segera siapkan pula lahannya. Tanah dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur, dan biarkan selama sekitar 15 hari. Setelah itu, dicangkul lagi sambil dibuatkan guludan-guludan, dengan ukuran lebar 40 - 60 cm, tinggi 25 - 30 cm, dan panjang disesuaikan kondisi lapangan. Jarak antar-guludan sekitar 10 - 100 cm. Buatkan lubang tanam sedalam 10 - 15 cm, dengan jarak-lubang biasanya 30 x 30 x 30 cm. Bibit anakan dimasukkan ke lubang tanam, lalu ditimbun dengan tanah.Setelah ditanam, lakukan perawatan dan pemeliharaan. Penyiangan dilakukan sebulan sekali, bersamaan dengan penggemburan tanah dan guludan. Di samping itu, lakukan juga pemupukan. Serangan hawa dan penyakit hampir-hampir tidak ada. Pasalnya, populasi dan penyebaran Ganyong masih terbatas.

Pemanenan Ganyong bergantung tujuan penggunaannya. Bila untuk umbi rebus yang langsung dimakan, maka petiklah Ganyong muda berumur 6-8 bulan. Sebaliknya, jika akan digunakan untuk pembuatan produk pati atau tepung bisa dipanen tua (15-18 bulan)

Di tengah kondisi ekonomi yang semakin terpuruk menjadi faktor kemampuan daya beli masyarakat menjadi turun, sudah seyogyanyalah pemerintah bersama masyarakat menggalakkan kembali pemanfaatan sumber pangan lokal yang justru lebih murah, mudah dijangkau dengan kandungan gizi yang tidak kalah baiknya. Marilah kita semua berusaha memanfaatkan sumber hidrat arang dari bumi Indonesia dengan menggali dan menjadikannya sebagai bahan pangan dan hidangan tradisional dan modern supaya tercipta upaya penganekaragaman pangan menuju pola makan sehat.

viernes, 14 de noviembre de 2008

Pelatihan Membuat Sampah Organik

Sahabat Matoa,

Ada info mengenai Pelatihan Membuat Sampah Organik menggunakan Keranjang Takakura.

Mau dengar lebih banyak dan ikut pelatihan tentang cara daur ulang sampah organik dengan memakai KERANJANG TAKAKURA dengan mantan menteri kehutanan, Bapak Djamaludin dan isterinya, Sri Murniati Djamaludin?

Hari : Sabtu

Tanggal : 22 November 2008

Waktu : 9.00 - 11.00

Tempat : Kebun Pembibitan & Pengomposan KARINDA,

RT 013/RW 03, Bumi Karang Indah, Lebak Bulus

Jakarta Selatan

Pendaftaran melalui SMS ke Djatnika Soekarta, HP. 0816923810.

Konfirmasi dalam 24 jam.

Tempat terbatas, segera daftarkan diri Anda.

Salam

Djatnika Soekarta

T: 021 424 0810

HP: 0816 923 810

lunes, 10 de noviembre de 2008

Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan

Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan yang hampir tak terbatas, memerlukan dukungan yang besar dari daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Makin besar kebutuhan yang diperlukan maka makin besar pula dampak yang akan timbul.

Namun demikian perlu disadari oleh semua pihak, jika pengendalian dampak lingkungan ini tidak terkelola secara baik dan benar, maka yang menanggung akibatnya adalah manusia itu sendiri, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.

Rumah adalah merupakan tempat tinggal dan dapat pula berfungsi sebagai pembinaan dalam rumah tangga. Dengan demikian maka segala hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tangga dapat diharapkan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian maka dampak limbah B3, khususnya sabun dan deterjen di dalam rumah tangga dapat dikelola dengan baik, sehingga setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat kiranya dapat terwujud.

Tentang Sabun

Sabun yang ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat dari proses pencampuran (Safonifikasi) Soda kaustik dengan minyak nabati (minyak tumbuh-tumbuhan) atau minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak hewan). Mengingat sifat sabun yang berasal dari bahan alami, masyarakat pengguna yang mengkonsumsi sabun pun nyaris tak mengalami gangguan seperti alergi atau kerusakan pada kulitnya. Sabun sebagai bahan pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, atau membersihkan peralatan rumah tangga.

Tentang Deterjen

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa "Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

Kandungan Zat Kimia pada Deterjen

Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut :

Surfaktan. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

• Anionik :

• Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)

• Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)

• Alpha Olein Sulfonate (AOS)

• Kationik : Garam Ammonium

• Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

• Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

Builder. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

• Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

• Asetat :

• Nitril Tri Acetate (NTA)

• Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

• Silikat : Zeolit

• Sitrat : Asam Sitrat

Filler. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.

Aditif. Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

Penggunaan Sabun dan Deterjen

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah ( air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur ). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.

Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti :

• Golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman) formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.

• Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP). Zat kimia ini merupakan zat karsinogenik.

• Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.

• Sodium laureth sulfate (SLES). Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.

• Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat kimia ini juga merupakan zat karsinogenik.

Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan

• Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.

• Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.

• LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh proses. Jadi di bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu.

• Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam diharapkan mampu mendegradasinya.

• Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah cucian membutuhkan proses pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen terurai, limbah harus mendapat sinar ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan pemakaian LAS rata-rata sudah memiliki sistem pengolahan air yang memadai.

• Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

• Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah deterjen secara sempurna.

• Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan penghuni sungai.

• Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat telah dilarang dan diganti dengan senyawa substitusi yang relatif lebih ramah lingkungan.

• Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan lingkungan. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk.

• Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.

• Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu banyak. Formula soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan kotoran di kulit tubuh. Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat.

Tips

Lingkungan kita yang hijau, juga membutuhkan pembersih, apa gunanya jika kita peduli pada lingkungan, tapi rumah kita kotor berantakan? Alasan yang biasanya muncul adalah karena bahan pembersih yang biasanya tidak ramah lingkungan, bahkan berbahaya bagi lingkungan.

Tidak lupa untuk mengingatkan, perhatikan selalu komposisi bahan produk deterjen dan sabun anda, ataupun produk pembersih lainnya untuk memastikan bahwa produk yang anda gunakan aman. Cari terus informasi mengenai zat-zat kimia perusak kesehatan dan lingkungan hidup, dan sebarluaskan informasi tersebut kepada orang lain.

sábado, 1 de noviembre de 2008

Panen Matoa

Bagi teman-teman yang belum tahu seperti apa buah matoa, perlu saya ceritakan rasanya enak sekali bila dipanen tepat waktu. Karena matoa yang belum matang akan terasa tidak nikmat, manisnya kurang dan bahkan bila kulit bijinya termakan akan terasa pahit. Buah matoa yang matang akan menghasilkan daging buah yang mudah melotok (lepas dari bijinya) dan terasa manis sekali. Bila yang belum pernah merasakannya silahkan mencobanya bila menemukan di toko buah ya. Sayangnya matoa tidak bisa disimpan untuk waktu lama, sehingga akan terasa lebih nikmat bila dimakan saat baru panen.

viernes, 17 de octubre de 2008

Jamblang: Buah yang Terlupakan

Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahanannya saja, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal sebagai bahan yang ampuh untuk obat dan digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia selain juga sebagai obat-obatan tradisional. Sebenarnya, tanaman buah pun banyak yang berguna sebagai obat dapat juga ditemui sehari-hari.

Apakah Sahabat masih ingat dengan buah Jamblang, Duwet, Jambe Kleng, Jambu Kling, Jambu Kalang, Dhuwak, Jujutan, Klayu, Raporapo Jawa, atau Jambula? Semuanya adalah nama daerah untuk buah Jamblang. Mungkin saat ini sudah sangat jarang Sahabat temui, termasuk MATOA sendiri.

Buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial.

Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga; sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga terkadang dibubuhkan untuk menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap digunakan sebagai pakan ternak.

Beberapa bagian tanaman ini juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat kencing manis, murus (diare), dan beberapa penyakit lain. Bahkan simplisia dari kulit batang (dikenal sebagai Syzygii cortex) dan biji jamblang (disebut Syzygii semen) dahulu dianjurkan sebagai sediaan apotek yang tidak wajib. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline).

Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.

Jadi, bila Sahabat ingin berpartisipasi dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati Indonesia, Sahabat dapat melakukannya dengan menanam dan memelihara tanaman Jamblang, ataupun tanaman - tanaman yang sudah langka lainnya. Misalnya Buni, Lobi - lobi, Kecapi, Bisbul, dan lain - lain.

Sumber :

iptek.net.id

wikipedia.org

lunes, 13 de octubre de 2008

Green Radio: Bulan Adopsi Pohon

Green Radio mengadakan Bulan Adopsi Pohon sepanjang Oktober di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan kegiatan puncak pada 24-25 Oktober 2008.

Adapun rangkaian kegiatannya antara lain :

Penanaman 2000 bibit pohon

Bakti sosial

Hiburan rakyat

Sarasehan Petani

Untuk menanam 2000 bibit pohon Rasamala dan Puspa sebagai pohon asli Taman Nasional Gede Pangrango, Green Radio mengundang Anda sebagai relawan. Green Radio bakal menanggung transportasi dan akomodasi Anda selama kegiatan.

Anda berminat petualang di Gede Pangrango sambil menanam pohon untuk menyelamatkan lingkungan? Silakan daftarkan diri Anda melalui Septa di nomor 021-8573388 ext. 114 atau sms ke 0815 737 33991. Tempat terbatas hanya untuk 50 orang relawan!

lunes, 6 de octubre de 2008

Wisata Sejarah, Budaya dan Konservasi Bareng Komunitas Indonesia-Geographic

Temans.

Mari kita mempelajari sejarah, budaya dan konservasi dengan cara yang menarik, yaitu dengan cara rekreasi. Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Indonesia-Geographic.

Wisata ini merupakan wisata bahari menuju Kepulauan Seribu. Tujuan diadakannya wisata ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat sejumlah tempat peninggalan sejarah dan suaka margasatwa yang tersebar di laut Kepulauan Seribu.

Dalam perjalanan ini, kita akan mengunjungi beberapa pulau suaka taman purbakala seperti Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Onrust, Pulau Bidadari dan Pulau Edam. Pulau suaka margasatwa yang akan kita kunjungi adalah Pulau Rambut dan Pulau Pulau Bokor. Dalam acara rekreasi ini, peserta akan diajak untuk menginap 1 (satu) malam di Pulau Untung Jawa. Dipersilahkan membawa serta keluarga. Anak-anak sekolah boleh ikut.

Waktu :

18 Oktober* sampai *19 Oktober 2008*.

Tujuan :

Memberikan pendidikan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah, budaya dan konservasi Kepulauan Seribu melalui acara rekreasi.

Jumlah Peserta & Panitia :

Minimum 20 orang atau Maximum 40 orang (memperhatikan kenyamanan dan keselamatan).

Lama Kegiatan :

2 hari 1 malam.

Biaya :

Rp. 450.000/pax*.

(Sudah termasuk penginapan,transportasi laut, makan dan minum, asuransi kecelakaan, life jackets, tiket masuk ke pulau-pulau, nara sumber).

Bagi yang berminat, email: franciscus@gmail.com atau hp 0818 145 135

*Acara untuk umum. Anak-anak boleh ikut.

sábado, 20 de septiembre de 2008

Asam Payang

Buah ini rasanya asam namun segar. Serat dalam daging buahnya sangat banyak, sehingga terkadang untuk membukanya harus dengan puratan. Buah ini saya temukan juga di Pasar Melak Kalimantan Timur dengan nama lokal Asam Payang (dayak Kalbar) atau Encamp Payakng (dayak benuaq) atau Ambawang putaran (Banjar).

martes, 16 de septiembre de 2008

WASTE TO ENERGY

Program Konversi Sampah Menjadi Energi ini merupakan sebuah skema pemberian insentif bagi usaha kecil, mikro, dan menengah yang disalurkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.

Mengapa justru insentif ini diberikan kepada Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah? Beberapa hal yang mendasari hal tersebut adalah :






Jumlah usaha kecil, mikro, dan menengah lebih dari 99 persen dari keseluruhan industri dan berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia
Sebagian besar UKMM berkontribusi signifikan terhadap pencemaran lingkungan
Signifikan terhadap upaya menyelesaikan permasalahan lingkungan, yaitu industri daur ulang dan pengomposan

Insentif finansial dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas UKMM, tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas mereka, tetapi juga untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup, termasuk dalam hal mitigasi dampak perubahan iklim. Skema insentif ini memberikan tiga solusi adil, yaitu adil secara sosial, adil secara ekonomi, dan adil secara lingkungan.



Skema bagi UKMM ini menunjukkan bahwa keuntungan finansial dapat dicapai sepanjang upaya mitigasi dampak perubahan iklim ini berhubungan dengan jenis investasi. Selain itu, kelembagaan finansial secara berangsur - angsur mulai mengakui bahwa investasi perubahan iklim tidak hanya berbau lingkungan, tapi juga dapat menjadi sebuah jenis investasi yang berwawasan lingkungan.

Keterangan Lebih Lanjut :

menlh.go.id/pinjamanlunak

lunes, 15 de septiembre de 2008

Ihau (Klengkeng Asli Kalimantan)

Buah ini saya temukan di Pasar Melak, Kalimantan Timur, dengan nama lokal Ihau, rasanya persis kelengkeng, yang membedakan hanyalah bentuk kulit luar yang tidak halus. Jadi kenapa harus selalu beli yang import? kalau memang ada pilihan buah asli Indonesia.

Albarits

Abdul Bari Ts (29-11-1942 s/d 15-03-2000)

Ia seorang pejuang konservasi Indonesia, mengabdikan diri untuk dunia kehutanan & konservasi, di Papua selama 13 th, di Nusa Tenggara 5 th, meletakan dasar pembangunan Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Bali Barat, menemukan Taman Laut 17 Pulau yang selanjutnya menjadi Taman Nasional Riung, dan puluhan kelompok pencinta alam, pramuka serta penggiat konservasi indonesia lainnya pernah mendapat bimbingan beliau.

Sering orang bertanya Matoa Albarits itu apa? artinya Abdul Bari Ts. Beliau yang meletakkan dasar bagi terbentuknya LSM Matoa yang saat ini berfokus kepada komunikasi lingkungan. Kami memutuskan untuk menambah kata Albarits setelah Matoa, sebagai penghargaan atas cita-cita, inspirasi, keteguhan hati, gagasan mewujudkan Konservasi Sumber Daya Alam Indonesia yang berkelanjutan (yang dikerjakan sepanjang hidupnya) terutama membimbing kepada generasi muda. Tanpa ada karsa beliau....maka tidak ada kami. Semoga kami dapat terus membawa semangat asa beliau, Amin.

lunes, 8 de septiembre de 2008

Tapal Batas Indonesia Sabah

Sahabat, ini dia batas negara kita dengan malaysia (Sabah) yang patoknya sama dengan batas tanah disekitar kita. Tapal batas ini berada di Kabupaten Nunukan, Kecamatan Krayan. Bila bentuknya batasnya seperti ini, bila ada orang yang iseng atau bermaksud jahat bisa saja menggesernya sesuka hati.

Lokasinya berada disekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, untuk mencapai lokasi Krayan ini hanya ada 1 jalan yaitu melalui udara, dan sejak Januari 2008 sudah tidak ada penerbangan komersial lagi menuju ke sana. Betapa kasihan dan terpencilnya mereka. Sehingga secara nyata mereka banyak memenuhi kebutuhannya dari malaysia. Adakah yang mau membantu mereka?

Kurangi Makan Daging, Cegah Perubahan Iklim

Minggu, 7 September 2008 | 11:54 WIB

LONDON, MINGGU - Salah satu isu yang masih hangat pada 2008 ini adalah perubahan iklim. Bergulirnya isu tersebut membuat orang di dunia berbondong-bondong memperbaiki gaya hidupnya.

Perubahan iklim telah menyebabkan kerusakan alam yang miris, seperti mencairnya es-es abadi di Kutub Utara. Sejumlah ahli di dunia bahkan memprediksi lapisan es abadi di Kutub Utara mungkin hilang sama sekali tahun ini.

Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi, kenaikan muka air laut akibat pencairan es besar-besaran tidak dapat dicegah. Banjir mengancam kawasan pesisir seluruh dunia. Kenaikan suhu atmosfer juga ditengarai memicu badai makin sering dan kuat sehingga meningkatkan risiko ancaman kerusakan.

Untuk mencegah hal tersebut bisa dilakukan dengan sederhana asal disadari semua orang. Pakar iklim dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), salah satu badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Rajendra Pachauri, berhasil menemukan hal yang sangat sederhana untuk memperlambat efek perubahan iklim di dunia.

Menurut dia, mengurangi konsumsi daging dapat mereduksi efek tersebut. Dia mengatakan setiap orang harus rela meluangkan satu hari dalam seminggu, hidup tanpa asupan daging.

"Jangan makan daging satu hari dalam satu minggu secara rutin, itu akan mereduksi efek tersebut," ujarnya. Pria vegetarian berusia 68 tahun itu menuturkan diet ini sangat penting karena akan mengurangi jumlah ternak.

Sebab, menurut Badan Pangan Dunia (FAO), usaha peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca secara langsung sebesar 18 persen dari proses pengolahan hingga pemotongan serta gas buang ternak yang mengandung methan. Pengendalian ternak bakal memberikan dampak signifikan. (bob)

sumber : kompas

miércoles, 3 de septiembre de 2008

Buah Lay

Buah ini salah satu yang menjadi favorite saya bila berkunjung ke Kaltim (bila sedang musim), sangat mudah ditemukan sepanjang perjalanan Balikpapan dan Samarinda. Selain di Kaltim pernah merasakan juga di Palangka Raya bersama mas Hardi dari COP . Biasanya disebut Lay...rasanya manis, legit dan baunya itu tidak berdampak lama seperti durian. Saat ini saya sudah menanamnya di kaki gn. salak, semoga saja 5-10 tahun lagi sudah dapat memanen buahnya. Amin.

viernes, 29 de agosto de 2008

Manfaatkan Kembali Floppy Diskmu!!!

Era floppy disk telah berlalu, berganti dengan compact disk, flashdisk, external harddisk, dan lain - lain. Lalu apa yang dapat kita lakukan terhadap floppy disk kita? Dibuang? Oh jangan, masih banyak hal yang dapat dibuat dari floppy disk tersebut.

Di bawah ini beberapa stuffs yang dapat dibuat dengan memanfaatkan kembali floppy disk tersebut, antara lain :
1. Notepad


2. Tempat Alat Tulis


3. Kartu Ucapan



Selain ketiga barang tersebut, kami yakin kawan - kawan dianugerahi kreatifitas yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan kembali floppy disk.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

How To Be Nature Saviors

Mungkin yang ada di benak kawan - kawan ketika membaca judul di atas adalah suatu kebosanan, di mana hampir setiap saat didengung - dengungkan bagaimana kita harus peduli terhadap lingkungan hidup kita.
Matoa sendiri berharap dengan terus menyampaikan informasi mengenai panduan bergaya hidup ramah lingkungan, maka kita semakin mengetahui dan paham apa yang harus dan dapat kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan hidup kita dari dampak perubahan iklim tersebut.
Kali ini Matoa akan memberikan informasi mengenai apa yang dapat kita lakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, yang antara lain :
• Plan Early
Perencanaan di awal dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti membawa pada keuntungan – keuntungan yang diperkirakan sebelumnya
• Be systematic and strategic
• Ajak segenap pihak yang terkait
• Identifikasi dan tentukan skala prioritas dan tindakan yang akan dilakukan
• Tetapkan tanggung jawab masing – masing pihak dan pantau implementasi dari tindakan yang dilakukan tersebut.
• Usahakan agar strategi adaptasi tersebut tetap berada dalam pengawasan.
• Use the best information
Carilah data dan informasi yang valid dan terkini, yang berasal dari lembaga – lembaga riset ataupun lembaga – lembaga yang membidangi permasalahan tersebut
• Be flexible
• Hindari keputusan – keputusan adaptasi yang ternyata menimbulkan dampak negatif dari kegiatan adaptasi tersebut
• Identifikasi dan pelajari berbagai pilihan adaptasi, agar tindakan adaptasi yang diambil nantinya menimbulkan manfaat ganda dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

Semoga bermanfaat yach.

martes, 19 de agosto de 2008

CHILDREN VOICES ON THE INDONESIAN ENVIRONMENT : MESSAGES FOR THE LEADERS

Berbekal kerja sama tim yang baik dan dukungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan Senayan City, MATOA Albarits berhasil melaksanakan kegiatan Children Voices on The Indonesian Environment : Messages To The Leaders sekaligus Peluncuran Enviro-game Sarang Lebah di Atrium Senayan City, Jum'at 15 Agustus 2008 lalu.

Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Ir. Rachmat Witoelar, pada kesempatan tersebut mengungkapkan kebahagiaannya atas kepedulian anak-anak akan kelestarian lingkungan hidup.

“Bapak mengucapkan terima kasih. Kalian sangat peduli dengan lingkungan hidup dan bapak yakin, tidak hanya bapak yang akan menjalani instruksi kalian, tapi juga bapak Presiden,” ujarnya.

Menurut Rachmat Witoelar, suara anak-anak adalah suara kejujuran dan keikhlasan melihat apa yang terjadi.

“Saya harap pesan dan suara anak-anak Indonesia menjadi bahan perenungan dan batu pijakan bagi para pemimpin untuk selalu memihak pada kelestarian lingkungan,” katanya.

Salah satu anak yang menulis surat, Carina Rahadian dari SDIT Al Kautsar Jakarta. Dia mengungkap, lingkungan Jakarta masih kotor dan tidak sehat. Banyaknya orang yang membuang sampah sembarang dan asap kendaraan menjadi penyebab rusaknya lingkungan Jakarta.

Dalam suratnya, Carina menaruh harapan besar kepada pemimpin Negara. “Carina pesan, pak Menteri menanam pohon yang banyak. Agar polusi di Jakarta berkurang. Pak menteri harus buat Jakarta jadi sehat," ujarnya.

Siswa lainnya, Nur Annisa menyampaikan kekhawatiran mengenai kebakaran hutan. Menurutnya, pembukaan ladang pertanian di lahan hutan dapat menyebabkan kebakaran.

“Apalagi kalau musin kemarau. Yang merasakan dampak buruknya tidak hanya Indonesia, tapi juga negara tetangga," ujar Annisa.

Dia berharap, pemimpin negeri bisa melakukan pendekatan dan instruksi kepada para petani untuk menanam kembali pohon, menjaga keseimbangan hutan dan tidak hanya berpikir untuk kepentingan sendiri.

Dipandu oleh MC Paman Gery dari FeMale Radio, acara berlangsung dengan meriah, di mana ditunjukkan dengan kemeriahan anak - anak dalam memainkan Enviro-game Sarang Lebah dan juga ketika berfoto bersama dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Ir Rachmat Witoelar. Hadir pula dalam kegiatan tersebut CEO PT Manggala Gelora Perkasa, Handaka Santosa, Ibu Erna Witoelar, dan beberapa pejabat teras Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.

Selain itu, kegiatan ini diliput oleh beberapa media massa, antara lain Kompas, Kompas.com, Republika Online, DAAI TV, Radio MS Tri FM, Tabloid Galaxi, Majalah Anak Spesial, Berita Kota, Harian Neraca, Rakyat Merdeka, Serasi, Indo Pos, Investor Daily, Tempo, dan Majalah Flona.

Enviro-game Sarang Lebah

Pada kesempatan tersebut, MATOA Albarits pun meluncurkan enviro-game SARANG LEBAH, sebuah permainan alternatif bagi anak - anak yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta meningkatkan kepedulian anak - anak Indonesia terhadap permasalahan lingkungan hidup Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.

Hadirnya permainan tersebut merupakan buah gagasan tiga orang anak muda, yaitu Siti Kholifah, Nurul Aprilia, dan Wiwid Widyastomo, yang prihatin dengan kurangnya pengetahuan anak - anak terhadap permasalahan lingkungan hidup dan kurangnya permainan anak yang mendidik.

Semoga terselenggaranya kegiatan CHILDREN VOICES ON THE INDONESIAN ENVIRONMENT : Messages To The Leaders dan terciptanya ENVIRO-GAME SARANG LEBAH ini mampu meningkatkan kepedulian kita terhadap permasalahan lingkungan hidup Indonesia dan dunia. Tidak lupa pula MATOA Albarits sampaikan terima kasih kepada para relawan yang telah membantu sehingga acara ini dapat terselenggara dengan baik.

martes, 5 de agosto de 2008

Coming Soon

CHILDREN VOICES ON THE INDONESIAN ENVIRONMENT
MESSAGES TO THE LEADERS
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara megabiodiversity memegang peran krusial di permukaan bumi ini. Setiap saat 240 juta jiwa warga Indonesia berkontribusi langsung baik positif maupun negatif terhadap lingkungannya, dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak. Anak-anak merupakan generasi penerus yang akan menentukan baik buruknya kualitas lingkungan Indonesia. Saat ini kualitas lingkungan Indonesia memasuki masa kritis, kerusakan hutan, polusi, pemanasan global, dan hilangnya sumberdaya laut. Ditengah-tengah hingar-bingarnya perang politik saat ini menjelang pemilu 2009, banyak tokoh politik yang mengenyampingkan suara dari anak-anak yang merupakan suara harapan mereka akan masa depan lingkungan hidup Indonesia yang lebih baik.
Untuk itulah Matoa ALBARITS yang didukung oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan Senayan City menyelenggarakan kegiatan “Children Voices on The Indonesian Environment : Messages to the Next Leaders”, yang diharapkan mampu menjadi media penyaluran inspirasi dan harapan anak-anak untuk para calon pemimpin negeri ini. Bagaimanapun juga suara anak-anak adalah suara kejujuran dan keikhlasan melihat apa yang terjadi dan berharap adanya perbaikan pada era pemerintahan mendatang khususnya dalam penanganan masalah lingkungan hidup di Indonesia.


Tujuan

Menjadi media penyaluran harapan anak-anak dalam penanganan masalah ligkungan hidup bagi para pemimpin negeri ini
Arena pendidikan lingkungan hidup
Memperkenalkan permainan edukatif anak-anak bertema pelestarian lingkungan hidup

Lokasi
Hall utama Senayan City


Waktu
Pukul 15.00 - 18.00 WIB / Jum’at, 15 Agustus 2008
Kegiatan
Persembahan Pesan Lingkungan, Lagu Lingkungan, dan Sandiwara Lingkungan oleh Anak - Anak Indonesia, serta Launching Permainan "Sarang Lebah".




Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini, silahkan hubungi Ubaidillah Syohih melalui email u.syohih@matoa.org dan u.syohih@gmail.com, atau melalui telepon di +62 251 833 3267
Rundown Acara dapat dilihat dengan mengklik link di bawah ini :
rundown acara

lunes, 28 de julio de 2008

Pestisida Organik? Mengapa Tidak

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida merupakan zat kimia serta jasad renik dan virus yang digunakan membunuh hama dan penyakit. Dan sektor terbesar yang sering memakai pestisida adalah sektor pertanian. Penggunaannya meliputi sektor perikanan, perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang menangani komoditi padi, palawija, dan hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias).

Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

DAMPAK PESTISIDA

Logam berat yang merupakan unsur pestisida biasanya ditimbun di dalam hati, sehingga mempengaruhi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Pestisida juga dapat mengganggu peredaran hormon sehingga menyebabkan efek testikular dan menimbulkan sejumlah penyakit seperti kanker prostat, problem reproduksi perempuan, kanker payudara, dan perubahan perilaku.

Sebuah penelitian di Cina, bahkan mengungkap pria yang terkena pengaruh pestisida selama bekerja ternyata berisiko mendapat gangguan kualitas sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan.

Gejala keracunan yang disebabkan oleh berbagai golongan pestisida :

PERTANIAN ORGANIK

Saat ini, pangan organik merupakan trend komoditas bisnis yang sangat bagus. Berbagai seminar – seminar pun sering dilakukan, baik oleh pihak departemen pertanian, departemen kesehatan, para pejabat teras, bulog bahkan LSM – LSM pun turut serta dalam berpartisipasi agar masyarakat indonesia dan para petaninya agar untuk mengkonsumsi dan menanam pangan organik.

Sekarang rata – rata para petani di Indonesia sudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organik. Terbukti menurut komentar para petani yang sudah 5 sampai dengan 8 tahun mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, pendapatan petani tanaman organik menuju keadaan membaik daripada petani dengan pertanian kimiawi/anorganik. Alasannya di samping pendapatan hasil pertaniannya meningkat plus mereka juga menikmati pola dan gaya sehat secara alamiah dan murah.

PESTISIDA ORGANIK

Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.

Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama.

Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah.

Berbagai jenis pestisida organik antara lain :



Pestisida yang berasal dari ikan mujair. Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.


Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.

Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu.



lebih lengkap di file pdf di bawah ini :

pestisida-organik.pdf

martes, 15 de julio de 2008

MATOA @ ANNUR Students Orientation Event

MATOA Albarits mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu dengan para peserta Masa Orientasi Siswa (MOS) Pondok Pesantren AN - NUR, Bekasi sebagai pemateri lingkungan hidup pada Selasa, 15 Juli 2008. Topik yang MATOA angkat adalah Pemanasan Global.

Para peserta MOS terlihat antusias mengikuti acara tersebut. Semoga apa yang MATOA sampaikan dapat menumbuhkan keinginan dari para peserta MOS untuk bersama-sama mengubah perilaku agar lebih ramah lingkungan dalam rangka mencegah perubahan iklim.

Berikut ini adalah foto - foto dokumentasi kegiatan tersebut :

Memanfaatkan Bahan Bakar Alternatif

Setelah minyak tanah dan gas sulit diperoleh dan harganya terus melambung, pemanfaatan  bahan bakar alternatif semakin berkembang. Adapun MATOA kali ini akan membahas briket sampah organik, briket eceng gondok, dan briket limbah kulit kacang sebagaimana pernah diinformasikan sedikit pada artikel berjudul Oleh-Oleh dari Sukabumi.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi Sahabat yach.

Briket Sampah Organik

Membuat briket jenis ini relatif murah dan sederhana. Sampah organik terlebih dahulu dibakar dalam sebuah lubang sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk, dihaluskan, dan disaring menjadi bubuk. Setelah diberi campuran perekat (tepung kanji), bubuk lalu dicetak.

Dalam prosesnya, hanya arang yang berwarna hitam pekat yang diolah karena lebih berkualitas dalam menghasilkan energi. Arang daun ini ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan tepung kanji dengan takaran 1 berbanding 4. Tepung kanji yang digunakan hanya sedikit karena hanya sebagai perekat. Setelah tercampur rata, adonan ini dicetak sesuai kebutuhan dan dijemur hingga kering. Setelah dijemur sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap pakai.

Selain bisa menggantikan minyak tanah, arang briket juga ramah lingkungan karena tak mengandung zat kimia yang membahayakan. Briket ini juga hemat dan bisa menyala lebih lama, yakni enam jam terus-menerus tanpa perlu dikipasi. Setelah dipakai, ampas briket sampah tetap bermanfaat sebagai pupuk tanaman.

Briket Eceng Gondok

Eceng gondok gemar menutupi permukaan air dengan kecepatan tumbuh yang luar biasa. Repotnya tanaman gulma menyebabkan pendangkalan. Di Cihampelas, Bandung, Kelompok Usaha Briket Bio Power telah mengusahakan pemanfaatan tanaman gulma ini untuk menjadi bahan bakar alternatif.

Pertama, eceng gondok diiris-iris lalu digiling dengan mesin penggiling sederhana. Air perasannya dipisahkan dan bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara ini eceng gondok dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias, bukan untuk sayuran, karena khawatir ada B3 Irisan eceng gondok dicampur dengan tanah liat, kapur, dan serbuk gergaji.

Setelah itu, campuran tadi dimasukkan ke dalam silinder pencetak yang berdiameter 15 sentimeter. Setelah dijemur tiga hari, briket eceng gondok pun bisa langsung digunakan. Dengan ditambah sedikit minyak tanah, briket akan segera membara dan siap untuk memasak.

Briket bisa juga dibakar sehingga menjadi bio arang. Dengan kandungan karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang terkurangi, mutu bio arang ini lebih baik dibanding briketnya. Selain ramah lingkungan, briket dan bio arang ini lebih harum dan sedikit asapnya.

Sayangnya, waktu menyalanya relatif singkat sekitar 10 menit saja untuk 3-4 briket ataupun bio arang. Namun limbah hasil pembakaran briket atau bio arang masih bisa dimanfaatkan untuk abu gosok atau pembuatan telur asin, sehingga tak ada yang terbuang.

Briket Limbah Kulit Kacang

Pembuatan briket kulit kacang itu dimulai dengan pembakaran. Setelah menjadi arang, kulit kacang yang masih berbentuk utuh lantas digiling. Proses selanjutnya, serbuk arang kulit kacang itu dicampur dengan adonan lem kanji, kemudian dipres untuk dicetak. Pencampuran antara adonan serbuk kulit kacang dengan lem kanji membutuhkan perbandingan 10:1, jadi setiap 10 kilogram serbuk kulit kacang membutuhkan satu kilogram lem kanji agar bisa dipres menjadi cetakan briket yang diinginkan. Setelah briket dicetak, lantas dijemur hingga kering.

Dari keseluruhan proses produksi briket limbah sampah organik itu, pembakaranlah yang memakan waktu cukup lama, kurang lebih sekitar dua hingga dua setengah jam. Saat dilakukan pembakaran itu, kita harus benar-benar memerhatikan keseluruhan prosesnya, tidak bisa ditinggal karena harus terus-menerus diawasi, jangan sampai apinya mati sebab nanti akan gagal. Akan tetapi api itu juga tidak boleh dibiarkan hidup (membesar) karena kulit kacang yang dibakar akan menjadi abu, kalau sudah jadi abu tidak bisa dibikin menjadi serbuk. Gampang-gampang susah, memang. Untuk itu dirinya harus selalu mengamati dengan teliti ketika proses pembakaran itu tengah berlangsung melalui asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.

Setiap satu tong drum ukuran sedang sanggup memuat 10 kilogram kulit kacang untuk dibakar. Itu, nantinya, akan menghasilkan briket sebanyak 5-6 kilogram. Jika bisa memanfaatkan waktu kerja secara efektif, per hari, bisa menghasilkan hingga dua kuintal briket siap pakai.

Sumber :

1. sinarharapan.co.id

2. liputan6.com

3. justescapefromreality.wordpress.com

lunes, 14 de julio de 2008

Mari Berkebun di Pekarangan Rumah

Berkebun tentu pekerjaan yang menyenangkan. Daripada melihat halaman rumah kosong, alangkah indahnya ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka tanaman hias, buah-buahan, atau tumbuhan obat dapat menjadikan waktu luang lebih berguna. Suasana tempat tinggal pun tampak lebih segar. Tapi, bagaimana bila tidak memiliki lahan yang memadai? Atau cuma sejengkal tanah di depan rumah yang pas-pasan? Padahal, keinginan merawat pohon sangat besar. Tentang hal itu, enggak perlu patah semangat kok. Ibu-ibu, kaum remaja atau para bapak yang sudah pensiun tetap dapat melakukannya di sela-sela aktivitas rutin sehari-hari. Vertikultur adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sangat cocok diterapkan di daerah permukiman padat.

Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang merupakan penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan sistem bertingkat. Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di sebuah kebun atau sawah.

Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal.



Pada pertanian secara umum atau konvensional, mungkin satu meter persegi hanya dapat ditanami lima batang pohon. Lewat pola bersusun atau bertingkat ini, dapat ditumbuhi sampai lima batang.

Caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau bumbu.

Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal ongkos pembuatannya.

Mengenai model dan ukuran, terserah kreativitas pemesan. Dibuat sedemikian rupa agar mampu menjejali banyak tanaman. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga. Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Yang penting adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.

Beberapa bentuk bangunan dikombinasikan dengan bahan seperti seng atau aluminum persegi panjang. Kegunaannya yaitu untuk menaburi tanah, sebagai media tanam. Itu mirip dengan petak sawah atau kebun.

Sejumlah pot bunga dapat pula dijejerkan di atas rak. Soal wadah pohon itu, tidak harus membelinya di pasar. Coba saja tengok ke gudang atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas minyak pelumas, atau botol plastik minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat dimanfaatkan.

Antibanjir

Dalam pembuatan kerangka bangunan, yang perlu diperhatikan adalah ukuran tinggi. Perawatan tumbuhan akan lebih mudah bila rak dibuat sewajarnya. Karena pengertiannya bertani bertingkat, tentu tak ubahnya seperti sebuah tangga, bersusun ke atas.

Tidak langsung menanam di dasar tanah pada pekarangan, tapi diatasi lantai. Jarak sedikit agak tinggi dari permukaan tanah, amat berguna bila terjadi genangan air. Lantai pun tetap bersih bila memang ditaruh di sekitar ruangan berubin atau keramik.

Rak mudah ditaruh di mana saja sesuai keinginan. Bisa di halaman depan, samping, di atas tingkat, bahkan di dalam kamar sekalipun. Kerangka bangunan dibuat lebih tinggi untuk mencegah terendamnya tanaman oleh air.

Kreativitas di rumah bisa disalurkan dengan mengecat pot atau rak. Untuk menambah sentuhan seni yang lebih menarik. Dikombinasikan pula dengan aneka warna dari berbagai jenis tanaman. Boleh juga ditambah dengan pernak-pernik pot, seperti wadah air di bawahnya atau pot-pot gantung.

Selain tanaman hias, pohon obat juga baik sekali ditanam. Lumayan untuk menambah koleksi, lagi pula sangat bermanfaat. Jenis tapak dara, sambiloto atau pecah beling dengan mudah hidup di dalam pot.

Tidak itu saja, kombinasi tabulapot (tanaman buah dalam pot) akan menambah isi "kebun" lebih padat. Untuk mendapatkannya, silakan saja ke penjual tanaman. Bermacam-macam pohon yang kecil-kecil sudah berbuah banyak disediakan.

Drum bekas atau sisa kaleng cat ukuran terbesar sekali cocok sekali sebagai wadahnya. Memang jenis pepohonan tersebut terlalu berat ditaruh di atas rak. Namun, bapak atau ibu dapat menyesuaikan penempatannya.

Vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung dinikmati. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.

Tinggal bagaimana cara merawat dan mengolahnya saja. Bila hasilnya berlebihan, dijual sebagai tambahan keluarga. Lagi pula lebih sehat dan ramah lingkungan.

Lho, apa hubungannya? sebab dalam budi daya bercocok tanam ini, para anggota keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari sisa-sisa sampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh tanah dan diperlukan oleh tanaman.

Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media tanam. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1.

sumber : studiolanskap.or.id

By the way, terlampir dalam artikel ini materi siaran kami di program Sapa Nusantara Delta FM, 14 Juli 2008 ini dan buku saku berkebun di pekarangan.

buku-saku-berkebun-di-pekarangan.PDF

sapa-nusantara-14-juli-2008-tanaman-pekarangan.PDF

Semoga bermanfaat.

sábado, 12 de julio de 2008

Disahkan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) yang diketuai langsung oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan melibatkan 17 departemen/kementerian dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

"Dewan Nasional ini disahkan lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 46 tahun 2008, dan ditandatangani oleh Presiden Yudhoyono pada 4 Juli lalu," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, dalam jumpa pers yang digelar di rumah dinas, di Jakarta, Jumat sore.

Rachmat Witoelar menjelaskan bahwa Perpres Dewan Nasional Perubahan Iklim ini terlahir lewat proses yang cukup lama, sejak setahun terakhir.

"Semangat dewan ini adalah mengimplementasi Rencana Aksi Nasional (RAN) tentang perubahan iklim yang telah ditetapkan pada November tahun 2007," kata dia.

Menurut Rachmat, Dewan Nasional ini bisa dianggap sebagai "kendaraan" bagi pencapaian RAN Indonesia menanggulangi dan meredam laju perubahan iklim.

Dalam komposisinya, Dewan Nasional dipimpin oleh Presiden Yudhoyono, wakil ketua terdiri atas Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian.

Sementara itu Menteri Negara Lingkungan Hidup diamanahkan menjadi ketua harian merangkap anggota.

"Anggota dewan ini meliputi Menteri Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perdagangan, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Perhubungan, Menteri Kesehatan, dan Kepala BMG," kata Rachmat menjelaskan.

DNPI bertugas merumuskan kebijakan nasional, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim, mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi, dan pendanaan.

Tugas ketiga adalah merumuskan kebijakan pengaturan mekanisme dan tata cara perdagangan karbon.

Lalu melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan tentang pengendalian perubahan iklim.(*)

sumber : antara.co.id - 11 Juli 2008

viernes, 4 de julio de 2008

Ngobrol Bareng dr.Yo (Penulis Novel LANANG)

Kenal dengan dr.Yo? Itu tuh penulis yang sedang naik daun saat ini. Novelnya jadi fenomena. Sebagai novel yang menghentak tema-tema sastra di Indonesia. Keilmiahan, rekayasa genetik, kloning berubah menjadi enak dinikmati dan kejutan-kejutan sastra pada novel ini. Beliau memadukan latar belakangnya sebagai dokter hewan dengan "kegregetan" pembaca akan tema yang jarang diungkap di dunia pernovelan kita.

Nah, kalau ingin menimba ilmunya dari dr. Yo, silahkan datang di Pertemuan KMB (Komunitas Menulis Bogor), yang diadakan pada :

HARI & TANGGAL : SABTU, 05 JULI 2008

WAKTU : 10:00 sd 15:00 WIB / selesai

TEMPAT : SAUNG AKI BARI, di PPLH MATOA - CIAPUS BOGOR

(lokasi 100 m ke arah kanan, dari pertigaan Ciapus/akhir rute angkot)

PENGISI ACARA : Bp. Yonathan Rahardjo

TEMA : Thema Penulisan Lingkungan (expanding master point/subject)

Demikian undangan ini kami sampaikan dan ucapan terimakasih atas segala

perhatian yang diberikan.

Salam,

Komunitas Menulis Bogor (KMB) ~ kmb.meisolar.com

====================

Catatan:

@. Berhubung tempat diadakan di "luar-kota", mohon rekan-rekan berangkat lebih awal, sehingga acara dengan Pembicara dari Jakarta ini dapat dilakukan/dimulai sekitar 10:30 WIB.

@. Untuk informasi yang lebih jelas tentang lokasi bisa dikontak: Budi 0812-817 0314 atau Saung Aki Bari 0251-487916 .

@ Gratis

Klik link di bawah ini untuk mengetahui lokasi Saung Aki Bari yach...

peta-menuju-saung-aki-bari.jpg

lunes, 30 de junio de 2008

Oleh - Oleh dari Sukabumi

Terima kasih sahabat. Atas doa sahabat semua, MATOA dapat mengikuti Pameran Lingkungan Hidup yang Matoa informasikan sebelumnya.


Banyak informasi menarik yang akan Matoa bagikan kepada sahabat. Inilah di antaranya :

SMKN 3 Sukabumi bisa membuat media tanaman hidroponik dari limbah kertas koran. Mereka memproses kertas koran tersebut sebagaimana proses yang dilakukan pada daur ulang kertas..hanya jumlah airnya lebih sedikit, kemudian bubur kertas tersebut dijadikan media tanam tanaman hias.....tapi ingat..hanya tanaman hias..untuk tanaman buah tidak baik karena ada kandungan zat kimia pada tinta koran tersebut yang memungkinkan terbawa ke buah....perawatannya cukup sederhana...hanya dengan menyemprot tanaman tersebut sehingga bubur kertasnya tetap lembab......, dan mereka sudah mulai mendesain ecofashion lho......(PATUT DICOBA).




SMPN 10 Sukabumi juga dapat membuat pupuk kompos cair dari sabut kelapa muda. caranya :tumbuk sabut kelapa muda, yang baru dikupas atau masih basah, lalu airnya disaring....jadi deh pupuk kompos cairnya...hasilnya, menurut mereka, cukup baik. dan mereka juga dapat membuat dodol dari ganyong, ubi jalar, dan kulit pepaya lho......., dll.

info lengkap hubungi : SMPN 10 Sukabumi, Jl. Sani'in No. 28 (Benteng Tengah), Telp. 0266 222204


Dinas Kebersihan Kota Sukabumi mengolah sampah organik menjadi briket sampah dengan harga Rp 3000/kg, di mana 1 kg berisi sekitar 75 briket dengan produktivitas 12 briket/2 jam memasak.......dan masih terus diteliti agar dapat lebih murah dari gas dan minyak tanah...kompornya pun menggunakan kaleng bekas susu.

Untuk info lebih lanjut, hubungi : Bp. Rezi (0856 217 4315).

Oh iya, perlu MATOA ingatkan, don't judge a book by its cover. Seperti apa yang MATOA lihat pada diri sahabat MATOA dari Yayasan Garuda Nusantara. Mereka menampilkan DJ performance dan menunjukkan pada para pengunjung pameran bahwa, biarpun musik mereka seperti itu, tapi mereka peduli akan lingkungan dan orang-orang yang tertimpa bencana. Great!



Semoga bermanfaat...

Kenali Tanda Pengenal Plastik-Untuk Kesehatan dan Lingkungan Kita

MATOA siaran lagi. Materi siaran kali ini mengangkat isu tentang plastik. Coba kita perhatikan …… kehidupan kita sehari-hari, sudah dipenuhi berbagai jenis plastik dan berita tentang bahaya plastik sudah sering kita ketahui, apalagi tentang limbahnya yang sulit untuk di daur ulang. Bahkan dalam kehidupan kita saat ini sulit sekali menghindari plastik dari kegiatan kita.

Coba saja sebutkan plastik di sekitar kita :

Tas kresek (warna putih, hitam, merah, dll), toples tempat makanan, botol tempat minuman air dingin di dalam kulkas, botol susu, gantungan baju, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku)…bahkan pakaian atau pakaian dalam kita ada yang mengandung plastik loh.

Kalau memang plastik itu tidak baik untuk kesehatan, apakah ada aturan yang melindungi kita sebagai pemakai?Ternyata ada loch….dan itu sudah diatur dan ditetapkan secara internasional, sehingga di manapun di belahan dunia ini kode dan simbolnya sama. Sehingga kita sebagai orang yang sangat awam pun dapat mengetahuinya. Sayangnya belum banyak yang tahu tentang tanda-tanda tersebut, bahkan mungkin belum ada yang memberitahukannya.

Bagaimana Mengenali Kemasan Plastik dengan Baik?

Perlu kita ketahui bersama bahwa secara internasional telah diatur kode untuk kemasan plastik, yang mungkin bagi kita yang awam sangat perlu untuk diketahui, karena tanda tersebut berkaitan :

- Jenis bahan serta cara

- Dampak pemanfaatannya bagi manusia.

Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat dan diadopsi pula oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization).

Secara umum tanda pengenal plastik tersebut :

- berada atau terletak di bagian dasar,

- berbentuk segi tiga,

- di dalam segitiga akan terdapat angka,

- serta nama jenis plastik di bawah segitiga,

Ada berapa jenis tanda pengenal plastik itu?

Informasi mengenai tanda pengenal plastik dan materi lengkap siaran kali ini, dapat sahabat download file di bawah ini.

Materi Sapa Nusantara 30 Juni 2008

viernes, 20 de junio de 2008

Pameran Lingkungan Hidup di Kota Sukabumi

Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Tingkat Kota Sukabumi Tahun 2008, Pemerintah Kota Sukabumi (Dinas Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Pemukiman) mengundang MATOA untuk ambil bagian dalam Pameran Lingkungan Hidup pada tanggal 27 - 29 Juni 2008, bertempat di Lapangan Merdeka, Kota Sukabumi.

Bagi Sahabat yang berdomisili di Kota Sukabumi dan sekitarnya, dan atau Sahabat yang memiliki kawan di Kota Sukabumi dan sekitarnya dapat diinformasikan tentang kegiatan tersebut.

Silahkan hadiri pameran tersebut dan jangan lupa untuk mengunjungi stand MATOA yach.

Thanks.

martes, 17 de junio de 2008

Sapa Nusantara 16 Juni 2008

Sahabat, untuk ke sekian kalinya MATOA siaran bareng Sapa Nusantara Indonesia Siesta. Kali ini judul materi yang diangkat adalah "AYO WASPADA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) YANG ADA DI DALAM RUMAH KITA".

Manusia dalam memenuhi kebutuhan yang hampir tak terbatas, memerlukan dukungan yang besar dari daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Makin besar kebutuhan yang diperlukan maka makin besar pula dampak yang akan timbul.

Ditemukannya bahan-bahan dan senyawa kimia pada awalnya disambut gembira, namun dengan berjalannya waktu maka ditemukan dampak negatifnya. Secara sadar maka Limbah B3 perlu dikelola dengan baik dan benar pada waktu masih digunakan maupun yang harus tidak digunakan lagi.

Limbah Bahan Berbahaya & Beracun (B3) adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (racun, mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Oh iya, seperti biasa, para pendengar Sapa Nusantara Indonesia Siesta pun diajak untuk membagi pengetahuan mereka tentang kesadaran dan pengetahuan mereka tentang keberadaan Bahan Berbahaya dan Beracun di dalam rumah para pendengar melalui sms ke nomor 9123 atau email di sapanusantara@matoa.org. Ternyata banyak juga dari para pendengar yang telah menyadari dan mengetahui keberadaan B3 tersebut di rumah mereka.

BTW, ada juga lho pertanyaan - pertanyaan menarik dan cerdas dari para pendengar. Seperti pertanyaan Mbak Any di Lumajang. Beliau bertanya :

Q : Apakah air minum dalam kemasan galon (berbahan plastik) itu berbahaya?

A : Galon air minum umumnya terbuat dari plastik High density polyethylene (HDPE), biasanya terdapat pada bagian bawah galon dengan kode angka 2 (tanda food grade). Untuk jenis ini, sebaiknya digunakan sekali pakai, tidak digunakan berulang - ulang. Selain itu, perlu diingat juga sebaiknya belilah air minum dalam kemasan galon ini dari merk yang sudah anda percayai, perhatikan galonnya, apakah kondisinya bersih atau tidak, dan jangan lupa bahwa plastik sangat berbahaya bila terkena air / makanan yang panas, jangan memasak atau mengambil nasi di magic jar pake centong yang terbuat dari plastik, dan gunakan peralatan plastik yang ada tanda food grade-nya.

Selanjutnya ada juga pertanyaan dari Mbak Marfuah di Semarang yang senada dengan pertanyaan Mbak Iin :

Q : Bagaimana cara mendaur ulang limbah B3 tersebut dan apa yang harus dilakukan bila memiliki bahan tersebut?

A : Untuk daur ulang limbah B3, pemerintah mengeluarkan kebijakan PP No. 18 /1999 jo PP No. 85 / 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, diikuti pula dengan UU no 18 / 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa kegiatan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh pemerintah dan atau lembaga yang telah memiliki ijin untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan sampah. Bila kita memiliki limbah tersebut, sebaiknya dipisahkan dari limbah lainnya dan tentunya akan lebih baik bila mengurangi pemanfaatan bahan - bahan tersebut.

Mbak Aida di Jakarta juga bertanya,

Q : Dalam kondisi apa bahan - bahan tersebut berbahaya?

A : Sejak awal bahan - bahan tersebut telah berbahaya, dan akan lebih berbahaya bila bahan - bahan tersebut dibuang ke alam tanpa melalui proses pengelolaan limbah B3 yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi para Sahabat. MATOA tetap berharap para Sahabat tetap memberikan kritik, masukan, dan tanggapan atas informasi yang disampaikan oleh MATOA. Bagi para Sahabat yang membutuhkan file Sapa Nusantara kali ini, dapat mendownload file tersebut di bawah ini, juga kami sertakan informasi mengenai pengelolaan limbah B3.

sn-16-juni-2008.pdf

audit-limbah-b3.pdf

Kebun Botani untuk Masyarakat

lunes, 16 de junio de 2008

Museum Etnobotani

Sekali lagi, di tengah gaung kedaulatan pangan dan pemanasan global akhir - akhir ini, MATOA merasa perlu menginformasikan kepada para Sahabat tentang sebuah museum di Kota Bogor yang mengkoleksi berbagai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara adat. Sebuah langkah yang -mungkin- sudah dilupakan oleh masyarakat Indonesia untuk mencintai dan memanfaatkan produk pangan dalam negerinya sendiri.



Etnobotani sendiri adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari hubungan tumbuhan yang dipergunakan penduduk asli dengan segala aspek kebudayaannya. Sesuai dengan namanya, museum ini memamerkan benda-benda yang memperlihatkan kreatifitas berbagai suku di Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari.

Etnobotani adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr. J.W Harshberger pada 1595. Ilmu yang diperkenalkannya ini mempelajari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara adat.

Gagasan pendirian museum datang dari Prof Dr Sarwono Prawirohardjo yang saat itu menjabat ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang pertama. Sarwono menyadari bahwa perlu dibuat sebuah wadah untuk melestarikan pengetahuan lokal ratusan masyarakat daerah yang ada di Indonesia. Terpikirlah untuk membuat sebuah museum etnobotani.

Untuk menjalankan ide tersebut dikumpulkan lah berbagai artefak dari seluruh Indonesia. Pada tahun 1973, beberapa ilmuwan terkemuka berkumpul di Puslitbang Biologi. Yang berkumpul di antaranya tokoh permuseuman, para ahli ilmu sosial, kemasyarakatan dan antropologi serta pakar-pakar botani Indonesia. Mereka berkumpul untuk mematangkan gagasan pendirian sebuah museum yang bisa menampung kekayaan etnobotani Indonesia.

Pada 18 Mei 1982, bertepatan dengan peringatan 165 tahun berdirinya kebun raya Bogor, Menristek Profesor B.J Habibie meresmikan dibukanya museum ini.

Di dalam ruangan seluas sekitar 1600 meter persegi ini bisa ditemui berbagai macam benda dari tumbuhan yang dibagi dalam lima lorong, masing-masing berisi tiga sampai empat etalase yang juga berisi keterangan tumbuhan yang digunakan.

Museum Etnobotani menyimpan sekitar 1600 hingga 2000 koleksi mulai dari bahan pangan, sandang, papan, obat-obatan tradisional, alat rumah tangga, alat transportasi, alat pengolah pertanian, perikanan, alat musik, sarana upacara adat, mainan anak, dan juga kosmetik tradisional yang keseluruhan berbahan dasar tumbuh-tumbuhan. Koleksi tersebut dibagi dalam dua jenis pengawetan yaitu pengawetan kering dan basah, khusus untuk pengawetan basah hanya digunakan pada sampel buah-buahan.



Melihat kekayaan koleksi museum ini, pengunjung akan menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang amat kreatif menggunakan kekayaan alamnya.

Namun, kemudahan menemukan lokasi seperti saat mencari museum Zoologi, tak terjadi saat mencari museum Etnobotani. Saat menanyakan letak museum ini banyak orang yang bahkan belum pernah mendengar nama Museum Etnobotani.

Museum ini buka setiap hari Senin - Jumat pukul 08.00 - 16.00 WIB. Museum ini ternyata terletak bersebelahan dengan Puslitbang Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jl. Juanda 22-24, Bogor. Untuk masuk pun, pengunjung harus masuk dari pintu depan Puslitbang, melewati sebuah bangunan tua dengan tulisan Herbarium Bogoriense yang dipampangkan di puncak gedung.

Hanya ada petunjuk jalan seadanya saja yang mengarahkan pengunjung ke Museum Etnobotani. Dan untuk sampai disana pengunjung harus menyusuri jalan setapak kecil hingga kira-kira lima puluh meter dari bangunan utama.

Letaknya yang terpencil dan cukup sulit ditemukan membuat jarang sekali ada orang yang mengunjungi museum ini. Dalam dua bulan belum tentu ada satu pengunjung yang datang. Mendengarnya cukup menyedihkan, sebab setelah dilihat-lihat lebih dekat, sebenarnya museum ini punya banyak sekali benda menarik yang tentu akan menambah khazanah pengetahuan pengunjungnya.

Museum Etnobotani berada di sebuah gedung berlantai lima yang letaknya ada di samping Herbarium Bogoriense. Museum ini tak seberapa besar, dari keseluruhan lima lantai yang ada, hanya lantai dasar saja yang difungsikan menjadi museum etnobotani.

Saat masuk ke sana, tidak ada loket yang menyambut, seperti lazim terdapat di museum-museum lainnya. Sebuah pintu besar menuju ruang pameran menyambut pengunjung di tengah-tengah ruangan sebuah papan besar bertuliskan : Museum Etnobotani Indonesia Tema Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia.

Pihak museum menyadari betul kekurangan museum yang sebenarnya menyimpan koleksi luar biasa yang amat patut dilihat. Untuk mempermudah akses ada rencana untuk membuka pintu masuk di bagian depan museum. Namun belum diketahui kapan tepatnya rencana ini akan direalisasikan.

Demikian sekilas tentang Museum Etnobotani, semoga kita dapat mencintai dan memelihara kekayaan pangan dan budaya Indonesia, dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk mencegah pemanasan global dalam rangka menghambat perubahan iklim.

jueves, 12 de junio de 2008

KEJORA @ PLI 2008

Wah, tidak terasa sudah masuk medio 2008 aja.....bentar lagi liburan, bentar lagi sibuk daftar ke sekolah baru, beli seragam sekolah baru, beli buku baru, dll pokoknya yang baru-baru deh. Eits...tapi tunggu dulu, klo bisa Reuse, Reduce, dan Recycle, mengapa tidak.



Oh iya, jadi lupa, MATOA ingin menginformasikan kepada para Sahabat bahwa pada Pekan Lingkungan Indonesia 2008 yang lalu (bertempat di Hall B, JCC pada tanggal 5 - 8 Juni 2008), MATOA menghadirkan Kejora kembali. Sahabat sudah tahu kan apa itu Kejora? Hayo....yang belum tahu, cari tahu di website ini yah. Ok, bye...............

jueves, 5 de junio de 2008

Undangan Diskusi Panel

Pawai Hari Lingkungan Hidup - Anak SD Kota Bogor

Bapak Wali Kota Bogor hari ini Kamis, 5 Juni 2008, memimpin langsung kegiatan Anak-Anak SD Kota Bogor melakukan aksi inspirasi kepada warga Bogor menjadi ramah dan peduli lingkungan. Tampak jelas antusian anak-anak dalam kegiatan ini.

Aksi ini diorganisir oleh RMI, kami dari Matoa turut mendukung kegiatan ini dengan memberikan tips Ramah Lingkungan dan Buletin Kejora kepada peserta pawai.

Hari Lingkungan Hidup, Matoa di Stasiun KA Bogor

Memberikan inspirasi serta mengajak publik mewujudkan lingkungan yang lebih baik merupakan misi yang kami emban kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Dalam rangka memeriahkan hari Lingkungan Hidup kali ini pada Kamis, 5 Juni 2008, Matoa memilih para penumpang kereta api dari stasiun Bogor yang menuju Jakarta.Kali ini Matoa, membagikan tip Ramah lingkungan dan Buletin Anak Kejora, sebagai inspirasi bersama untuk mengajak anak Indonesia cinta tanah air dan peduli kekayaan alam Indonesia. kami berharap ada penumpang KRL Jakarta-Bogor yang ikut turut peduli menyebarkan Kejora ini kepada anak-anak Indonesia.

Kami pun menjelaskan konsep dan misi Kejora, bahwa 1 = 5, artinya berlangganan 1 paket mendapatkan 5 eksemplar yang sama, sehingga kejora tidak hanya untuk anaknya sendiri tapi juga untuk anak-anak yang lain disekitar mereka, atau dapat juga diberikan kepada SD tempat bersekolah dulu, panti asuhan, ataupun anak jalanan.

lunes, 2 de junio de 2008

Resep Singkong dari Sahabat

Sahabat, saat ini MATOA mengajak sahabat untuk berperan serta aktif menyampaikan informasi tentang berbagai hal berkenaan dengan gaya hidup ramah lingkungan. Sahabat yang kali ini ingin memberikan informasi tentang salah satu cara bergaya hidup ramah lingkungan adalah Mba Nia Ramelan. Beliau mengirimkan resep masakan berbahan utama singkong. Masakan dari singkong ramah lingkungan? Mungkin itu yang ada di benak sahabat saat membaca judul di atas.
Well, di tengah isu kedaulatan pangan dan -tentunya- perubahan iklim yang saat ini mengemuka, mengkonsumsi produk lokal merupakan salah satu langkah gaya hidup ramah lingkungan yang perlu dilakukan untuk menghadapi perubahan iklim. Salah satunya singkong, sebagai salah satu alternatif pangan yang tumbuh dengan baik di negeri ini. Selain itu, singkong dapat pula ditanam di pekarangan rumah, sehingga tidak banyak bahan bakar fosil yang terbuang untuk pendistribusiannya.
So, let's check it out!
Sawut Singkong Pecel





Bahan Sawut :

- 1 kg Singkong

- 5 btr Bawang putih

- 1 sdm Garam (sesuai selera)

Cara membuat:

Singkong dikupas dan dicuci bersih, kemudian diparut pakai parutan yang besar/parutan berlubang (yang lebih besar dari parutan keju).
Bawang putih dikupas kemudian dihaluskan.
Campur parutan singkong dengan bawang putih yang sudah dihaluskan dengan garam (fungsi bawang putih dan garam selain memberi rasa gurih juga menghilangkan bau langu dari singkong).

Kukus adonan singkong kira-kira 30 menit.

Setelah matang sajikan dengan pecel.

Pecel

- Sambal pecel siap pakai

- Sayuran (bayam, kacang panjang, tauge, brokoli dll)

- Timun.

Pelengkap lain

- Tempe goreng

- Telur mata sapi

- Bakwan





Sawut Singkong Tumis Genjer


(Resep sawut sama dengan di atas)

Tumis Genjer




Bahan:

- 2 ikat genjer

- 50 gr teri medan

- 5 siung bawang merah

- 4 siung bawang putih

- 5 bh cabe merah (jumlahnya sesuai selera, kalau ingin lebih pedas, tambah lagi cabenya)

- 1 lbr daun salam

- 1 sdth garam

- 2 sdm kecap manis

- 1 sdm tauco

- 2 sdm minyak goreng (untuk menumis)

Cara membuat:

- Cuci bersih genjer kemudian potong-potong (2 cm) sisihkan,

- cuci teri medan sisihkan

- Iris halus bawang merah, bawang putih dan cabe

- tumis bumbu yang diiris hingga harum, masukan teri, tauco, garam, kecap

beri sedikit air kira-kira 50 cc masukkan genjer bolak balik sampai layu, angkat.(jangan lama-lama)

- Sajikan dengan pelengkapnya, tahu dan tempe goreng.

Untuk penyajian lauk, Sawut Singkong ini dapat dipadankan dengan lauk apa saja, enak juga dipadukan dengan ikan, kadang-kadang cuma ikan asin sambal terasi dan lalap juga tetap enak. Saya bersyukur punya anak-anak yang bisa diajak mengeksplor makanan apa saja (as long as yang halal tentu)

Saya biasanya menyajikan menu pengganti nasi paling nggak kalau pas liburan,

Alhamdulillah mereka enjoy, dan gak pernah nanyain nasi, ya artinya mereka sudah bisa merasa kenyang dan cukup meskipun tanpa nasi. Yang penting tercukupi gizinya.

Salam

Nia Ramelan

miércoles, 28 de mayo de 2008

No Tobacco Day

Untuk para perokok pasif dan tentunya para perokok aktif, mohon untuk tidak menyalakan rokok dan tentunya tidak menghisap asap rokok pada tanggal 31 Mei 2008 ini.

Namun bukan berarti hari berikutnya kembali merokok. Sebaiknya peringatan Hari Bebas Asap Rokok tersebut menjadi awal yang baik bagi kita para perokok aktif maupun pasif untuk bersama memitigasi perubahan iklim ini, salah satunya dengan tidak merokok tentunya.

Mengapa?Karena ternyata, proses produksi rokok mengkonsumsi energi dan sumberdaya air yang sangat besar. Pembuatan rokok memerlukan banyak sekali proses serta industri pendukung yang bila kita perhatikan memakai banyak sekali energi.

Kertas rokok. Seperti kertas lainnya, kertas rokok juga memerlukan pohon yang diproses menjadi bubur sebelum akhirnya dicetak menjadi kertas rokok dan di printing untuk nama dan logo
Tembakau. Tembakau adalah campuran utama rokok yang dalam prosesnya memerlukan air, pupuk, bahan kimia, pestisida, hingga gudang, transportasi, serta manusia yang menjalankan semua ini.
Bumbu yang dipakai untuk blending dengan tembakau seperti cengkeh dan bahan lainnya yang perlu diproses.
Proses melinting secara manusia
Proses manufacturing yang memerlukan mesin dengan kebutuhan energi yang besar
Industri pembungkus rokok dan printing
Transportasi ke setiap daerah penjual
Gudang yang diperlukan dalam transit atau gudang distribusi
Dan lainnya yang belum tersebut hingga proses pembuangan sampahnya

Itulah, memang setiap barang tidak bisa tidak melewati banyak proses yang juga dilewati oleh rokok, tetapi bila pada akhirnya rokok tersebut hanya untuk dibakar, dihisap dan dibuang, itu benar-benar membuang hasil bumi, energi dan tenaga sia-sia yang akhirnya juga menyebabkan penyakit.

Apa kita mau terus digerogoti oleh kecanduan yang merugikan Bumi kita, lingkungan, dan pada akhirnya diri kita sendiri? Stop Merokok! Bukan untuk kesehatan saja tetapi juga lingkungan. Dan pada akhirnya kalau kita bisa Stop Merokok, kita juga akan menghemat uang juga.

jueves, 22 de mayo de 2008

Friendster - MATOA

Untuk menyampaikan inspirasi, mengajak sesama untuk membangun lingkungan lebih baik, dan untuk mewujudkan gaya hidup yang ramah lingkungan, MATOA merasa perlu untuk turut serta menjadi salah satu bagian dari situs komunitas Friendster. Semoga media ini memberikan kemudahan bagi para Sahabat MATOA dan bagi MATOA tentunya untuk saling berbagi ide, wawasan, dan pengalaman berkenaan peningkatan kualitas lingkungan hidup Indonesia dan dunia.

miércoles, 21 de mayo de 2008

Tanam Bakau, Cerita Rudi dari Bintan

Kami mempunyai sahabat seperjuangan di dalam merintis dan membangun Matoa yaitu Rudi Rohmansyah, saat ini ia sudah tidak secara penuh lagi di Matoa, namun di saat-saat cuti dan berada di Bogor kembali selalu kami sempatkan untuk bertemu, berdiskusi dan bahkan bisa jalan bareng lagi untuk melakukan kegiatan pendidikan lingkungan seperti saat di GKI Kebayoran. Ia kini sedang bertugas di Bintan, sebagai Spv. Tour Guide PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC).

Ia menceritakan bahwa selama di sana, ia tetap aktif juga dalam kegiatan-kegiatan lingkungan dan memperkenalkan kepada publik (tamu dalam dan luar negeri) berbagai hal tentang alam Indonesia, termasuk di antaranya adalah ekosistem Mangrove.

Salah satu oleh-oleh yang Rudi bawa adalah cerita keterlibatannya pada kegiatan PT. BRC yang berencana untuk merestorasi hutan bakau seluas 4000 m2 untuk tahun ini dan 8000 m2 di tahun 2009. Mereka merencanakan akan menanam 20000 bibit dalam 2 tahun, dengan jenis bakau yang telah dikembangkan adalah Hibiscus tiliaceous (waru laut), Pandanus odoratissimus (pandan laut), Rhizophora apiculata (bakau minyak), Rhizophora mucronata (bakau kurap), Bruguiera sp, (bakau tanjang) dan Ceriops tagal (tengar).

Semoga upaya Rudi dan rekan-rekannya bisa berbuah hasil, tanaman bakau yang ditanam dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama dan tidak menjadi upaya yang sia-sia. Amin.

Konservasi Eksitu Flora Gn. Salak (PPLH Matoa)

Pada tahun 1999-2000, PPLH Matoa pernah dipercaya oleh Yayasan kehati untuk mendapat hibah program pendidikan lingkungan bagi siswa SMP dan SMA di Bogor. Saat itu 150 anak terlibat dalam program ini, selama kurang lebih 1 tahun. Mereka mendapatkan pembekalan teknis oleh para ahli dari Miseum Zoologi Bogor (MZB), Herbarium Bogoriense (HB) dan Kebun Raya Bogor, diantaranya Bpk. Tukirin, Bpk. Noerdjito, Pak Hendrian, dll.

Setelah mereka mendapatkan pembekalan di lokasi bumi perkemahan PPLH Matoa, mereka mengadakan ekspedisi ke gunung Salak, dan Salah satu yang mereka temukan adalah Amorphophalus gigas seperti terlihat di foto. Keseluruhan rangkaian program ini kemudian diakhiri dengan setiap kelompok yang terdiri dari 3 orang harus membuat buku cerita bergambar. (saat ini Bumi perkemahan tersebut sudah tidak ada).

Ternyata walaupun peserta tersebut terdiri dari siswa SMP dan SMA, belum tentu siswa SMA yang terbaik membuat buku cergam tersebut, bahkan yang memenangkannya adalah siswa SMP Regina Pacis Bogor. Salah satu yang membuat kami terharu setelah lebih dari 8 tahun program ini dilaksanakan. Ada seorang putri yang mengaku masuk kuliah di Biologi UI, karena terinspirasi oleh kegiatan ini. Adakah para pembaca website matoa sekarang yang dulu mengikuti program ini? coba sharing pengalaman tersebut di website kita ini.

Semoga kami bisa mengadakan kegiatan serupa dilain waktu dan ada pihak-pihak yang mau mendukung atau mensponsori upaya pendidikan lingkungan bagi generasi penerus bangsa. Amin

viernes, 16 de mayo de 2008

Rusaknya Keanekaragaman Hayati Ancam Keselamatan Manusia

Jenewa, (ANTARA News-16/05/08) - Generasi mendatang terancam kelaparan, sulit air, terjangkit penyakit dan mengalami bencana jika manusia terus mengotori lingkungan hidup.

Dana Suaka Margasatwa (WWF), Kamis, mengingatkan bahaya tersebut lewat laporan berjudul "2010 and Beyond: Rising to the Biodersity Challenge".

Laporan yang berisi indeks terbaru mengenai "Living Planet". Istilah tersebut merujuk kepada cara yang disepakati masyarakat internasional untuk mengukur perbaikan kelestarian keragaman hayati hingga 2010 dan untuk mengungkap kecenderungan dalam keragaman hayati.

"Jika ingin mempertahankan makanan, air bersih, obat, dan perlindungan dari resiko alam, maka habitat alamiah dan ekosistem yang mendukungnya harus dilindungi," demikian pernyataan organisasi yang berpusat di Swiss tersebut.

Pada 2002, masing-masing pemerintah menetapkan sendiri sasarannya dalam pengurangan angka kehilangan keragaman hayati.

Laporan "2010 and Beyond: Rising to Biodiversity Challenge" menunjukkan banyak pemerintah tak berada di jalur mencapai sasaran 2010.

Menurut WWF, banyak pemerintah gagal mencapai tujuan keragaman hayati sebab tidak menyediakan sumber teknis dan keuangan yang memadai. Mereka juga gagal mengembangkan insentif ekonomi serta tindakan lain guna melestarikan keragaman hayati.

Organisasi itu menyeru semua negara yang menandatangani Konvensi mengenai Keragaman Biologi pada 2002 untuk melaksanakan janji yaitu menerapka rencana strategis dengan menetapkan sasaran nasional serta menyediakan sumber daya teknis maupun SDM serta dana yang memadai.(*)

jueves, 15 de mayo de 2008

Matoa di GKI Kebayoran

Hari Sabtu, 10 Mei 2008, tim Matoa di undang Tim Kembalikan Bumiku, Gereja GKI Kebayoran untuk mengisi kegiatan Ajang Gaul Remaja, yang mengajak generasi remaja peduli dan mau berbuat untuk lingkungannya. Dari Bogor kami datang ber4, yaitu Budi, Rudi, Ubai dan Diana.

Kegiatan dimulai dengan pemutaran film, games dan terakhir adalah membangun komitment remaja GKI untuk melaksanakan program lingkungan di sekitar gereja mereka. Para remaja ini sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.

Dari Matoa, sekarang akan terus mencermati apakah komitmen mereka dapat dilaksanakan, salah satu yang menarik dari usulan remaja tersebut adalah mereka merencanakan untuk melaksanakan program HEGI (hemat energi), dari namanya oke juga. Matoa mendoakan semoga berhasil ya....... Amin.

lunes, 12 de mayo de 2008

Tata Cara Pembuatan Kompos Cair

Dalam pengolahan kompos ini, peran masyarakat cukup tinggi. Karena budaya ini lebih efektif bila dimulai dari rumah sendiri, yaiu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non-organik) dan sampah basah (organik). Kenapa harus dipisahkan? karena kedua sampah tersebut pemanfaatannya berbeda, yakni : sampah kering bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang, sedangkan sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos dan pupuk cair. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik ini biasa disebut dengan pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, keunggulan lain dari pupuk organik ini adalah dapat membantu revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya usaha tani, serta meningkatkan kualitas produk.

Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.

Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter, adalah sebagai berikut :

1. Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa plastik, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya berjalan cepat.

2. Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang terapung juga semakin banyak.

3. Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.

Tata cara penggunaannya sebagai berikut, Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter. Kedua, isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuannya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca. Ketiga, tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca. Dan, Keempat, kocok-kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.

4. Setelah sampahnya terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.

5. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.

Teknik pembuatan kompos cair ini diungkapkan Sukamto Hadisuwito dalam buku Membuat Pupuk Kompos Cair yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini berisi tentang tip mengolah sampah di rumah sendiri, jenis-jenis pupuk organik padat dan cair, manfaat pupuk organik cair, serta aplikasi pupuk cair pada tanaman.

Terimakasih, dan selamat mencoba……

Referensi Lainnya:  petanidesa.wordpress.com