miércoles, 28 de mayo de 2008

No Tobacco Day

Untuk para perokok pasif dan tentunya para perokok aktif, mohon untuk tidak menyalakan rokok dan tentunya tidak menghisap asap rokok pada tanggal 31 Mei 2008 ini.

Namun bukan berarti hari berikutnya kembali merokok. Sebaiknya peringatan Hari Bebas Asap Rokok tersebut menjadi awal yang baik bagi kita para perokok aktif maupun pasif untuk bersama memitigasi perubahan iklim ini, salah satunya dengan tidak merokok tentunya.

Mengapa?Karena ternyata, proses produksi rokok mengkonsumsi energi dan sumberdaya air yang sangat besar. Pembuatan rokok memerlukan banyak sekali proses serta industri pendukung yang bila kita perhatikan memakai banyak sekali energi.

Kertas rokok. Seperti kertas lainnya, kertas rokok juga memerlukan pohon yang diproses menjadi bubur sebelum akhirnya dicetak menjadi kertas rokok dan di printing untuk nama dan logo
Tembakau. Tembakau adalah campuran utama rokok yang dalam prosesnya memerlukan air, pupuk, bahan kimia, pestisida, hingga gudang, transportasi, serta manusia yang menjalankan semua ini.
Bumbu yang dipakai untuk blending dengan tembakau seperti cengkeh dan bahan lainnya yang perlu diproses.
Proses melinting secara manusia
Proses manufacturing yang memerlukan mesin dengan kebutuhan energi yang besar
Industri pembungkus rokok dan printing
Transportasi ke setiap daerah penjual
Gudang yang diperlukan dalam transit atau gudang distribusi
Dan lainnya yang belum tersebut hingga proses pembuangan sampahnya

Itulah, memang setiap barang tidak bisa tidak melewati banyak proses yang juga dilewati oleh rokok, tetapi bila pada akhirnya rokok tersebut hanya untuk dibakar, dihisap dan dibuang, itu benar-benar membuang hasil bumi, energi dan tenaga sia-sia yang akhirnya juga menyebabkan penyakit.

Apa kita mau terus digerogoti oleh kecanduan yang merugikan Bumi kita, lingkungan, dan pada akhirnya diri kita sendiri? Stop Merokok! Bukan untuk kesehatan saja tetapi juga lingkungan. Dan pada akhirnya kalau kita bisa Stop Merokok, kita juga akan menghemat uang juga.

jueves, 22 de mayo de 2008

Friendster - MATOA

Untuk menyampaikan inspirasi, mengajak sesama untuk membangun lingkungan lebih baik, dan untuk mewujudkan gaya hidup yang ramah lingkungan, MATOA merasa perlu untuk turut serta menjadi salah satu bagian dari situs komunitas Friendster. Semoga media ini memberikan kemudahan bagi para Sahabat MATOA dan bagi MATOA tentunya untuk saling berbagi ide, wawasan, dan pengalaman berkenaan peningkatan kualitas lingkungan hidup Indonesia dan dunia.

miércoles, 21 de mayo de 2008

Tanam Bakau, Cerita Rudi dari Bintan

Kami mempunyai sahabat seperjuangan di dalam merintis dan membangun Matoa yaitu Rudi Rohmansyah, saat ini ia sudah tidak secara penuh lagi di Matoa, namun di saat-saat cuti dan berada di Bogor kembali selalu kami sempatkan untuk bertemu, berdiskusi dan bahkan bisa jalan bareng lagi untuk melakukan kegiatan pendidikan lingkungan seperti saat di GKI Kebayoran. Ia kini sedang bertugas di Bintan, sebagai Spv. Tour Guide PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC).

Ia menceritakan bahwa selama di sana, ia tetap aktif juga dalam kegiatan-kegiatan lingkungan dan memperkenalkan kepada publik (tamu dalam dan luar negeri) berbagai hal tentang alam Indonesia, termasuk di antaranya adalah ekosistem Mangrove.

Salah satu oleh-oleh yang Rudi bawa adalah cerita keterlibatannya pada kegiatan PT. BRC yang berencana untuk merestorasi hutan bakau seluas 4000 m2 untuk tahun ini dan 8000 m2 di tahun 2009. Mereka merencanakan akan menanam 20000 bibit dalam 2 tahun, dengan jenis bakau yang telah dikembangkan adalah Hibiscus tiliaceous (waru laut), Pandanus odoratissimus (pandan laut), Rhizophora apiculata (bakau minyak), Rhizophora mucronata (bakau kurap), Bruguiera sp, (bakau tanjang) dan Ceriops tagal (tengar).

Semoga upaya Rudi dan rekan-rekannya bisa berbuah hasil, tanaman bakau yang ditanam dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama dan tidak menjadi upaya yang sia-sia. Amin.

Konservasi Eksitu Flora Gn. Salak (PPLH Matoa)

Pada tahun 1999-2000, PPLH Matoa pernah dipercaya oleh Yayasan kehati untuk mendapat hibah program pendidikan lingkungan bagi siswa SMP dan SMA di Bogor. Saat itu 150 anak terlibat dalam program ini, selama kurang lebih 1 tahun. Mereka mendapatkan pembekalan teknis oleh para ahli dari Miseum Zoologi Bogor (MZB), Herbarium Bogoriense (HB) dan Kebun Raya Bogor, diantaranya Bpk. Tukirin, Bpk. Noerdjito, Pak Hendrian, dll.

Setelah mereka mendapatkan pembekalan di lokasi bumi perkemahan PPLH Matoa, mereka mengadakan ekspedisi ke gunung Salak, dan Salah satu yang mereka temukan adalah Amorphophalus gigas seperti terlihat di foto. Keseluruhan rangkaian program ini kemudian diakhiri dengan setiap kelompok yang terdiri dari 3 orang harus membuat buku cerita bergambar. (saat ini Bumi perkemahan tersebut sudah tidak ada).

Ternyata walaupun peserta tersebut terdiri dari siswa SMP dan SMA, belum tentu siswa SMA yang terbaik membuat buku cergam tersebut, bahkan yang memenangkannya adalah siswa SMP Regina Pacis Bogor. Salah satu yang membuat kami terharu setelah lebih dari 8 tahun program ini dilaksanakan. Ada seorang putri yang mengaku masuk kuliah di Biologi UI, karena terinspirasi oleh kegiatan ini. Adakah para pembaca website matoa sekarang yang dulu mengikuti program ini? coba sharing pengalaman tersebut di website kita ini.

Semoga kami bisa mengadakan kegiatan serupa dilain waktu dan ada pihak-pihak yang mau mendukung atau mensponsori upaya pendidikan lingkungan bagi generasi penerus bangsa. Amin

viernes, 16 de mayo de 2008

Rusaknya Keanekaragaman Hayati Ancam Keselamatan Manusia

Jenewa, (ANTARA News-16/05/08) - Generasi mendatang terancam kelaparan, sulit air, terjangkit penyakit dan mengalami bencana jika manusia terus mengotori lingkungan hidup.

Dana Suaka Margasatwa (WWF), Kamis, mengingatkan bahaya tersebut lewat laporan berjudul "2010 and Beyond: Rising to the Biodersity Challenge".

Laporan yang berisi indeks terbaru mengenai "Living Planet". Istilah tersebut merujuk kepada cara yang disepakati masyarakat internasional untuk mengukur perbaikan kelestarian keragaman hayati hingga 2010 dan untuk mengungkap kecenderungan dalam keragaman hayati.

"Jika ingin mempertahankan makanan, air bersih, obat, dan perlindungan dari resiko alam, maka habitat alamiah dan ekosistem yang mendukungnya harus dilindungi," demikian pernyataan organisasi yang berpusat di Swiss tersebut.

Pada 2002, masing-masing pemerintah menetapkan sendiri sasarannya dalam pengurangan angka kehilangan keragaman hayati.

Laporan "2010 and Beyond: Rising to Biodiversity Challenge" menunjukkan banyak pemerintah tak berada di jalur mencapai sasaran 2010.

Menurut WWF, banyak pemerintah gagal mencapai tujuan keragaman hayati sebab tidak menyediakan sumber teknis dan keuangan yang memadai. Mereka juga gagal mengembangkan insentif ekonomi serta tindakan lain guna melestarikan keragaman hayati.

Organisasi itu menyeru semua negara yang menandatangani Konvensi mengenai Keragaman Biologi pada 2002 untuk melaksanakan janji yaitu menerapka rencana strategis dengan menetapkan sasaran nasional serta menyediakan sumber daya teknis maupun SDM serta dana yang memadai.(*)

jueves, 15 de mayo de 2008

Matoa di GKI Kebayoran

Hari Sabtu, 10 Mei 2008, tim Matoa di undang Tim Kembalikan Bumiku, Gereja GKI Kebayoran untuk mengisi kegiatan Ajang Gaul Remaja, yang mengajak generasi remaja peduli dan mau berbuat untuk lingkungannya. Dari Bogor kami datang ber4, yaitu Budi, Rudi, Ubai dan Diana.

Kegiatan dimulai dengan pemutaran film, games dan terakhir adalah membangun komitment remaja GKI untuk melaksanakan program lingkungan di sekitar gereja mereka. Para remaja ini sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.

Dari Matoa, sekarang akan terus mencermati apakah komitmen mereka dapat dilaksanakan, salah satu yang menarik dari usulan remaja tersebut adalah mereka merencanakan untuk melaksanakan program HEGI (hemat energi), dari namanya oke juga. Matoa mendoakan semoga berhasil ya....... Amin.

lunes, 12 de mayo de 2008

Tata Cara Pembuatan Kompos Cair

Dalam pengolahan kompos ini, peran masyarakat cukup tinggi. Karena budaya ini lebih efektif bila dimulai dari rumah sendiri, yaiu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non-organik) dan sampah basah (organik). Kenapa harus dipisahkan? karena kedua sampah tersebut pemanfaatannya berbeda, yakni : sampah kering bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang, sedangkan sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos dan pupuk cair. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik ini biasa disebut dengan pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, keunggulan lain dari pupuk organik ini adalah dapat membantu revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya usaha tani, serta meningkatkan kualitas produk.

Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.

Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter, adalah sebagai berikut :

1. Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa plastik, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya berjalan cepat.

2. Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang terapung juga semakin banyak.

3. Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.

Tata cara penggunaannya sebagai berikut, Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter. Kedua, isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuannya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca. Ketiga, tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca. Dan, Keempat, kocok-kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.

4. Setelah sampahnya terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.

5. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.

Teknik pembuatan kompos cair ini diungkapkan Sukamto Hadisuwito dalam buku Membuat Pupuk Kompos Cair yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini berisi tentang tip mengolah sampah di rumah sendiri, jenis-jenis pupuk organik padat dan cair, manfaat pupuk organik cair, serta aplikasi pupuk cair pada tanaman.

Terimakasih, dan selamat mencoba……

Referensi Lainnya:  petanidesa.wordpress.com

Membuat Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.

Pendahuluan
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.



Manfaat Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :


Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
Mengurangi volume/ukuran limbah
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :


Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:


Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Dasar-dasar Pengomposan
Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.

Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses Pengomposan
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Tabel organisme yang terlibat dalam proses pengomposan





Kelompok Organisme


Organisme


Jumlah/gr kompos




Mikroflora


Bakteri; Aktinomicetes; Kapang


109 - 109; 105 108; 104 - 106




Mikrofanuna


Protozoa


104 - 105




Makroflora


Jamur tingkat tinggi







Makrofauna


Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll








Proses pengomposan tergantung pada :

Karakteristik bahan yang dikomposkan
Aktivator pengomposan yang dipergunakan
Metode pengomposan yang dilakukan

Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)





Kondisi


Konsisi yang bisa diterima


Ideal




Rasio C/N


20:1 s/d 40:1


25-35:1




Kelembaban


40 – 65 %


45 – 62 % berat




Konsentrasi oksigen tersedia


> 5%


> 10%




Ukuran partikel


1 inchi


bervariasi




Bulk Density


1000 lbs/cu yd


1000 lbs/cu yd




pH


5.5 – 9.0


6.5 – 8.0




Suhu


43 – 66oC


54 -60oC



Strategi Mempercepat Proses Pengomposan
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:


Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
Mengambungkan strategi pertama dan kedua.

Memanipulasi Kondisi Pengomposan
Strtegi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya.

Menggunakan Aktivator Pengomposan
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya : Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.

Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan.

Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:


Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.
Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.
Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.
Tingkat kesulitan pembuatan kompos

Pengomposan secara aerobik
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.


Terowongan udara (Saluran Udara)

Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
Sudut : 45o
Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton


Sekop

Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya


Garpu/cangkrang

Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan pemilahan sampah


Saringan/ayakan

Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang sesuai
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar


Termometer

Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer pecah


Timbangan

Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan pengemasan


Sepatu boot

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya


Sarung tangan

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan


Masker

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan terbang lainnya



Kompos Bahan Organik dan Kotoran Hewan
Pengomposan dapat juga menggunakan alat mesin yang berfungsi dalam memberi asupan oksigen serta membalik bahan secara praktis. Komposter Rotary Klin berkapasitas 1 ton bahan sampah mengelola proses membalik bahan dan mengontrol aerasi dengan cara mengayuh pedal serta memutar aerator ( exhaust fan). Penggunaan komposter BioPhoskko disertai aktivator kompos yang tepat akan meningkatkan kerja penguraian bahan (dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja.

Tahapan pengomposan

Pemilahan Sampah

Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan


Pengecil Ukuran

Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos


Penyusunan Tumpukan

Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.


Pembalikan

Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.


Penyiraman

Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.


Pematangan

Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.


Penyaringan

Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.


Pengemasan dan Penyimpanan

Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.



Kontrol proses produksi kompos

Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang baik.
Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan optimal.
Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.

Proses pengontrolan
Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:


Monitoring Temperatur Tumpukan
Monitoring Kelembaban
Monitoring Oksigen
Monitoring Kecukupan C/N Ratio
Monitoring Volume

Mutu kompos

Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
Tidak berbau.



Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Kompos

jueves, 8 de mayo de 2008

Simple Changes

Pendahuluan
Kamu tidak perlu habis – habisan dalam mengubah cara hidupmu agar lebih ramah lingkungan. Di bawah ini beberapa perubahan sederhada yang dapat kamu lakukan saat ini untuk menjadi pribadi yang ramah lingkungan. Kadangkala perubahan terkecil mampu membuat perbedaan yang sangat besar
Intruksi
Hal yang kamu butuhkan hanyalah kepekaan terhadap lingkungan
Beberapa hal yang dapat kamu lakukan adalah :
Tutup kran air. Ketika kamu menyikat gigi atau shaving, tutup dahulu kran airnya karena tidak ada kebutuhan akan air pada saat itu. Pada saat kamu ingin menggunakannya, bukalah kran air tersebut dengan tekanan rendah. Kamu hanya membutuhkan beberapa kucur air untuk membersihkan sikat gigi dan mulutmu.
Padamkan lampu dan peralatan listrik lainnya. Jadikan itu sebuah kebiasaan setiap kali kamu meninggalkan kamar, rumah, atau ruang kerjamu. Kebiasaan ini, selain dapat mencegah penggunaan energi secara percuma, juga dapat membantu mengurangi pengeluaran bulananmu.
Pilahlah barang – barang yang tidak terpakai sebelum dibuang ke tempat sampah. Banyak di antara barang – barang tersebut yang ternyata dapat didaur ulang. Di antaranya adalah kertas koran, kertas promo perusahaan properti atau kartu kredit yang kamu dapat di pintu masuk pusat perbelanjaan, kertas surat yang telah digunakan bolak – balik kedua sisinya. Siapkan wadah khusus untuk barang – barang yang dapat didaur ulang tersebut, kemudian daur ulanglah.
Berkendaraanlah sesuai dengan batas kecepatan yang telah ditetapkan. Hal ini akan membuat penggunaan bahan bakar pada kendaraanmu lebih efisien. Jadi, selama kamu belum mampu memiliki sebuah kendaraan berbahan bakar energi alternatif, kamu tetap bisa berperan aktif untuk menyelamatkan lingkunganmu. Tetapi janganlah kamu memilih kendaraan yang berbahan bakar energi yang berasal dari tanaman, hal tersebut mendorong pada pengalihfungsian hutan menjadi areal pembudidayaan tanaman tersebut. Perlu kamu ketahui, hutanlah yang berkontribusi secara aktif dalam menyerap gas – gas rumah kaca yang kendaraanmu hasilkan.
Gunakanlah sarana transportasi publik atau kayuhlah sepeda menuju atau dari tempat tujuanmu. Hal ini dapat mengurangi penggunaan bahan bakar secara berlebihan, khususnya bahan bakar fosil seperti bensin dan solar, yang berdampak pada pengurangan pelepasan gas – gas rumah kaca ke udara.
Gunakanlah kembali kantong plastik kemasan belanja yang diberikan oleh kasir pusat perbelanjaan di mana kamu berbelanja, botol bekas wadah sirup untuk wadah air mineral, sisi kertas cetak yang masih kosong untuk mencetak tulisanmu, dan gunakanlah kembali apapun yang menurut kamu masih bermanfaat.
Gunakanlah mesin cuci dengan kapasitas maksimumnya. Biarkan pakaian kotormu menumpuk hingga memenuhi kapasitas maksimum mesin cucimu. Cucilah pakaianmu dalam satu waktu, hal ini akan mengurangi penggunaan energi dan juga air. Dan gunakanlah mesin pengering pada saat mesin cucimu bekerja karena hal ini pun hanya membutuhkan energi yang sedikit.
Belilah produk – produk lokal. Selain dapat membantu komunitas lokalmu, hal ini pun dapat mencegah penggunaan sarana transportasi dalam jarak tempuh yang panjang yang membutuhkan lebih banyak bahan bakar tentunya.
Cegahlah pengiriman surat konvensional dan beralihlah pada penggunaan surat elektronik Selain itu, kamu juga dapat memulai menggunakan pembayaran atau pengiriman formulir aplikasimu secara elektronik dan kurangilah penggunaan tissue secara berlebihan, khususnya pada saat di restoran atau di rumah makan. Dengan melakukan hal tersebut, kamu telah berpartisipasi dalam mengurangi kebutuhan akan kertas yang berdampak pada penebangan pohon penghisap gas – gas rumah kaca sebagai bahan baku kertas.
Anggaplah tanaman sebagai anugerah karena menghisap CO2 dan menghasilkan O2. Bila makan buah – buahan berbiji, kumpulkan biji – biji itu dan tanam di pekaranganmu, atau jika kamu tidak memiliki lahan yang cukup, berikanlah kepada petani yang ada di lingkunganmu atau kepada tetanggamu yang memiliki pekarangan yang luas.




Gunakanlah produk pembersih ruangan yang alami untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Belilah produk – produk pembersih yang dibuat atau dikemas dengan menggunakan bahan terdaur ulang atau yang mudah terurai.
Mulailah mengompos sampah – sampah organikmu. Hal ini dapat membantumu menyediakan pupuk organik untuk tanaman – tanaman yang ada di sekitarmu.
Pilihlah pakaian, sepatu, peralatan alat mainan, perabotan yang mudah diperbaiki. Pilih dan pakailah barang-barang tahan lama dan bermutu, supaya tidak terjadi pemborosan dan eksploitasi berlebihan atas bahan bakunya.
Kurangi pemakaian plastik. Lebih baik pembungkus dari gelas atau kertas

daripada dari plastik yang sulit didaur ulang. Kamu juga dapat menghindari penggunaan kemasan yang berlebihan. Lebih baik membeli dalam kemasan besar daripada kemasan sekali pakai. Mulailah untuk membawa sendiri tas belanja. Cegahlah dirimu untuk membeli daging atau sayuran yang dikemas dalam foam trays (gabus putih) atau plastik.
Pungutilah sampah anorganik yang kamu temukan dalam setiap kegiatan dan atau perjalananmu dan bawalah kembali sampah anorganik yang kamu hasilkan selama perjalananmu.
Biasakanlah membawa peralatan makanmu ke manapun kamu pergi. Selain untuk mampu memberikanmu rasa aman ketika memakan sesuatu, kamu juga membantu mengurangi penggunaan styrofoam sebagai kemasan makananmu, karena mengandung CFC yang berbahaya bagi lingkungan, khususnya bagi lapisan ozon.

Dan yang terakhir adalah pentingnya memiliki prinsip “Jangan ambil apapun kecuali gambar, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak dan jangan membunuh apapun kecuali waktu. Selamat melangkah bagi kebaikan lingkungan hidupmu dan tularkan kebiasaan baikmu itu kepada saudara, teman, dan orang – orang di sekitarmu.

miércoles, 7 de mayo de 2008

Penerapan Konsep Kantor yang Ramah Lingkungan

Mengurangi Penggunaan Kertas


Penggunaan media elektronik untuk mengirim surat ataupun dokumen lebih baik daripada menggunakan mesin fax ataupun mengirim surat melalui pos
Buatlah buku catatan dari kertas limbah yang masih layak pakai
Cetak dan fotokopi draft atau catatan internal menggunakan sisi kertas bekas pakai yang masih kosong
Gunakan amplop yang masih rapi (tidak "kucel")
Belilah printer dan mesin fotokopi yang mampu mencetak pada kedua sisinya secara langsung, dan pastikan bahwa setiap orang mengetahui cara menggunakannya
Lebih baik menempel draft dokumen pada papan pengumuman daripada mendistribusikan begitu banyak salinan dokumen
Kirimlah draft dokumen melalui surat elektronik daripada mencetak salinan draft dokumen yang tidak dibutuhkan (masih perlu diedit ulang)
Gunakan ukuran huruf terkecil yang sesuai dan desainlah sehingga mampu mengurangi penggunaan kertas

Konservasi Energi dan Air



Pastikan kantor anda memiliki cukup banyak meteran yang terpasang dan mampu membaca secara regular untuk mengecek pada bagian mana alat-alat elekronik dan air yang paling banyak digunakan, dan juga pastikan setiap orang tahu dan paham, serta terlibat dalam usaha mengurangi penggunaannya
Padamkan lampu yang terdapat pada ruangan yang tidak digunakan dan ketika keamanan tidak dapat diandalkan. (akan lebih efektif bila memadamkan seluruh lampu di ruangan, walaupun hanya ditinggalkan sejenak)
Padamkan computer dan peralatan lainnya yang masih menyala jika tidak digunakan dalam waktu yang lama
Tempatkan meja kerja di tempat yang memperoleh cahaya alami yang paling optimal
Membuka jendela pada gedung perkantoran yang terletak di kawasan yang masih asri lebih baik daripada menggunakan AC
Gunakan peralatan yang mampu mengurangi penggunaan air secara berlebihan, seperti keran otomatis dan pastikan alat tersebut bekerja dengan baik
Kurangi penggunaan air dan energi dengan hanya memasak air sesuai kebutuhan
Pasanglah tanda untuk mengingatkan orang lain agar tidak meninggalkan ruangan atau toilet dalam kondisi lampu dan atau keran masih menyala

Daur Ulang dan Pengurangan Limbah


Ikut ambil bagian dalam pendaurulangan limbah kertas
Daur ulang, perbaiki, dan atau perbaharui cartridge mesin cetak, mesin cetak, komputer, dan barang-barang elektronik lainnya
Daur ulang limbah kantor, seperti kaleng minuman, plastik kemasan, dan tabung lampu fluorescent, ataupun furnitur

Alat Transportasi


Bila memungkinkan, gunakanlah fasilitas telekonferensi ataupun videokonferensi dalam mengikuti rapat atau pertemuan
Carilah lokasi pertemuan yang dapat diakses sarana transportasi publik
Bila memungkinkan, gunakanlah sarana transportasi publik daripada membawa kendaraan pribadi; ataupun bila tidak memungkinkan, ajaklah orang lain untuk menumpang
Bila memungkinkan, gunakanlah kereta api, bis, atau kapal laut daripada pesawat terbang
Berikanlah penghargaan bagi mereka yang paling sering menggunakan sarana transportasi publik ketika berangkat ke dan pulang dari kantor
Kuatkan niat orang lain untuk berjalan atau bersepeda ke kantor dengan menyediakan fasilitas mandi dan parkir khusus sepeda
Ajak/mintalah pengunjung/tamu untuk menggunakan sarana transportasi publik dengan menyediakan atau menginformasikan rute sarana transportasi publik yang melalui kantor anda beserta waktu tempuhnya
Gunakanlah BBG untuk kendaraan operasional kantor anda

martes, 6 de mayo de 2008

Matoa sebagai Tanaman

Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar papan tingginya mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.

Buahnya berbentuk bulat melonjong dengan panjang 1,5 – 5 cm dan berdiameter 1 – 3 cm, kulit licin berwarna coklat kehitaman bila masak, kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum. Rasa buahnya adalah campuran antara rambutan, durian, dan kelengkeng.

Tanaman ini mudah diperbanyak/ dikembang biakkan melalui biji, dan cara lain seperti cangkok serta okulasi. Matoa tumbuh di daerah yang sejuk atau dengan kata lain lebih mudah tumbuh di pada ketinggian 900 – 1700 m dpl, topografi datar atau miring, meskipun dapat pula tumbuh di dataran rendah, dengan waktu berbunga bulan Juli - Agustus dan berbuah pada bulan November - Februari.

Penghijauan Agar Air tak Lekas ke Muara

Selasa, 6 Mei 2008
Bandung, Pikiran Rakyat – Banyak pihak berharap langkah dan upaya rehabilitasi kehutanan dan perkebunan menjadi penggerak untuk memulihkan kondisi lingkungan di Jabar. Di tengah isu efek pemanasan global, Provinsi Jabar ikut menjadi salah satu daerah yang mendapat perhatian utama untuk pelaksanaan rehabilitasi lingkungan.
Harapan langkah berkelanjutan atas program rehabilitasi lingkungan kehutanan dan perkebunan, yang dinilai memiliki peran strategis bagi pembangunan Jabar. Setidaknya, tetap menjadi fokus perhatian dan langkah serius di Jabar, yang kini sedang mengalihkan tongkat estafet kepemimpinan, usai Pilgub 2008.
Daerah Jabar sendiri dikenal sebagai kawasan tersubur di Pulau Jawa. Kesuburan lahan di Jabar mampu menjadi pendukung bagi sektor perekonomian dari sektor pertanian yang masih mendominasi mata pencaharian dan kultur masyarakatnya, mulai kehutanan, perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, perikanan darat, sampai peternakan.
Namun berbagai kepentingan lain, misalnya bisnis nonpertanian, permukiman, kebutuhan hidup, sampai kepentingan sekelompok politikus, kerusakan lingkungan di Jabar terus terjadi, terutama pada subsektor kehutanan dan perkebunan. Kondisi demikian memerlukan regulasi serta tindakan tegas dari pimpinan daerah agar teratasi sehingga kondisi lingkungan di Jabar tak bertambah rusak bahkan menjadi gersang.
Berdasarkan Perda No. 2/2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jabar disebutkan bahwa kawasan lindung daerahnya berdasarkan hutan hujan, kemiringan lereng, dan jenis tanah, harus mencapai 45% dari total luas Jabar 3,7 juta hektare. Dengan demikian, lahan 1,7 juta hektare harus berfungsi sebagai kawasan lindung yang melindungi Jabar dari potensi ancaman bencana. Dari luas 1,7 juta hektare tersebut, 800.000 hektare berada di bawah kekuasaan hutan negara termasuk hutan konservasi, lindung, dan produksi, lantas 900.000 hektare terdiri perkebunan seluas 500.000 hektare perkebunan (negara, swasta, dan rakyat), sisanya 400.000 hektare milik rakyat berupa kebun, ladang, dan campuran.
**
Deputi Bidang Agroindustri Meneg BUMN Agus Pakpahan menilai, langkah penyelamatan dan pemulihan kawasan kehutanan dan perkebunan bersifat vital bagi daerah seperti Jabar. Ini bukan hanya berkaitan kelangsungan industri berbasis pertanian, juga berefek kepada pasokan dan cadangan air bagi hajat hidup orang banyak.
Dia menyebutkan, ada perbedaan karakteristik kondisi alam wilayah berbentuk kepulauan seperti Indonesia, dibandingkan dengan wilayah yang berupa hamparan luas dalam kecepatan aliran air. Daerah Jabar justru berpotensi paling rawan terancam semacam bencana kekeringan, longsor, jika daerah-daerah penyangga air terus diganggu.
"Untuk daerah kepulauan, apalagi Jabar yang kondisinya bergunung-gunung, kecepatan aliran air dari pengunungan sampai ke muara lautan sangat cepat. Agar pasokan air tetap terjaga dan lambat sampai ke muara, kawasan penyangga seperti hutan dan perkebunan perlu dioptimalkan, sebagai daerah serapan dan cadangan air," ujarnya.
Berbeda dengan wilayah hamparan luas dan banyak dataran seperti di Amerika, kecepatan air dari gunung sampai ke muara sangat lamban, dan memakan waktu berbulan-bulan. Ini sebabnya, cadangan air di daerah hamparan luas umumnya lebih banyak dibandingkan dengan daerah bergunung-gunung.
Pemerhati lingkungan anggota Dewan Pemerhati Lingkungan Kehutanan Tatar Sunda (DPLKTS), Sobirin, menyebutkan, adalah kelanjutan program rehabilitasi lingkungan sejak tahun 2003 untuk memulihkan 600.000 hektare lahan kritis di Jabar, yang seharusnya dapat berperan kawasan lindung. Dari jumlah itu, kondisi areal hutan negara dan perkebunan negara/swasta separuhnya masih gering alias tak sehat karena populasi tanaman kurang, namun kondisi terparah sebagian besar terjadi pada lahan milik masyarakat.
Untuk kawasan kehutanan negara adalah masih besarnya ancaman kerawanan penebangan liar. Ini dilatarbelakangi terus meningginya kebutuhan kayu, sedangkan pasokan dari hutan negara maupun hutan rakyat diprediksi masih terus jauh di bawah kebutuhan.
Kondisi serupa dialami berbagai unit perkebunan yang masih rawan penjarahan dan berbagai kasus penjarahan perkebunan yang umumnya belum tertangani. Situasi demikian akhirnya memunculkan berbagai hak guna usaha (HGU) telantar sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan lahan kritis.
Menurut Sobirin, kondisi-kondisi seperti ini kebanyakan disebabkan adanya ulah pemodal yang mengincar lahan bersangkutan dan politis, untuk dialihfungsikan menjadi bisnis permukiman, industri, lapangan golf, mencari dukungan masyarakat menjelang pilkada, dan lain-lain. Dengan sistem "3i" (iming-iming, intervensi, dan intimidasi), masyarakat diprovokasi untuk menjarah kehutanan dan perkebunan, di mana kondisinya terkesan terus-terusan "dipelihara".
Di luar itu, katanya, adalah lahan milik masyarakat, yang kondisinya paling sulit ditangani, akibat perbedaan perilaku dan kepentingan masyarakat pemilik. Apalagi, sejauh ini belum ada aturan yang mampu mengikat masyarakat untuk sadar memelihara lingkungan.
Sobirin menghitung, setiap kab./kota di Jabar sebenarnya tak memiliki kesamaan kebutuhan lingkungan kehutanan dan perkebunan, belum termasuk areal pertanian lain. Ada perbedaan karakteristik, kondisi wilayah dan kemasyarakatan, dan jenis perekonomian, misalnya di Garut diperlukan sampai 85%, Sukabumi 70%, dan Kabupaten Bandung Barat 60% - 65%.
"Kawasan lindung pada berbagai Kabupaten/Kota Jabar masih harus tetap menjadi prioritas perhatian, dengan konsep euweuh leuweung euweuh cai, rakyat jadi balangsak (tak ada hutan dan kebun berarti tak ada air, rakyat menjadi sengsara). Semoga adanya persoalan ini mampu dikedepankan oleh kepemimpinan baru daerah Jabar," kata Sobirin. (Kodar S./"PR")***

Sel Surya Kompetitif: Kenaikan Harga BBM Perkuat Peluang

Selasa, 6 Mei 2008 | 00:59 WIB

Jakarta, Kompas - Listrik dari sel surya akan semakin kompetitif ketika harga bahan bakar minyak terus melambung. Saat ini harga listrik dari sel surya memang masih di atas harga listrik yang diproduksi dengan bahan bakar minyak, tetapi diperkirakan dalam 5-10 tahun mendatang kondisinya berbalik.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuat estimasi produksi listrik perkantoran atau komunitas dari sel surya berkapasitas 10.000 watt dengan investasi Rp 645 juta saat ini. Diperhitungkan, usia produktif peralatan sampai 15 tahun, maka harga energi listrik mencapai Rp 5.000 per kilowatthour (kWh) rata-rata, berarti harga flat tidak naik selama 15 tahun. Ini lebih mahal dari listrik yang dihasilkan genset diesel saat ini, Rp 2.666 per kWh yang selalu akan naik sesuai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Demikian disampaikan Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT Arya Rezavidi kepada Kompas, Senin (5/5) di Jakarta. Sekali pemasangan sel surya memang menelan investasi besar. Tetapi, operasionalnya menggunakan bahan bakar sinar matahari yang gratis, tidak butuh pembelian bahan bakar seperti minyak yang harganya akan terus naik, kata Arya.

Menurut dia, penghitungan produksi listrik kapasitas 10.000 watt senilai Rp 645 juta itu sebagai grid connected atau terkoneksi jaringan listrik PLN yang tidak membutuhkan sistem baterai sebagai penyimpan arus listrik. Listrik dari sistem sel surya itu dapat dimasukkan ke jaringan PLN.

Dengan sendirinya PLN harus menyiapkan peralatan untuk penghitungan listrik dari sel surya yang diproduksi pihak lain ketika masuk ke jaringannya. Menurut Arya, grid connected di berbagai negara maju telah memungkinkan perusahaan listrik membeli listrik dari publik.

Di Jerman diterapkan kebijakan membeli listrik dari publik yang menggunakan sel surya dengan harga empat kali lipat dari harga listrik pemerintah yang sebelumnya dibeli oleh konsumen tersebut, kata Arya.

Menurut dia, model yang sudah diterapkan di Jerman itu mudah diadopsi, tinggal kemauan pemerintah untuk memulainya.

Arya merinci kebutuhan investasi modul surya di tingkat perkantoran saat ini berkisar 5 dollar AS per watt (5.000 dollar AS per kilowatt). Ini masih ditambah biaya inverter untuk membalikkan arus listrik sesuai pemanfaatan yang diperlukan sebesar 5.000 euro per 3.500 kilowatt.

Jika dikonversikan dengan nilai rupiah, produksi listrik 10.000 watt dari sel surya itu menelan investasi Rp 645 juta, dengan peralatan impor. Sudah saatnya Indonesia mempunyai industri modul surya sendiri, kata Arya.

Harga energi listrik dari sel surya kapasitas 10.000 watt, jika diperhitungkan menyuplai listrik rata-rata empat jam sehari, maka energi yang dihasilkan 40 kWh. Dalam setahun produksi listrik tinggal dikalikan 360 hari menjadi 14.400 kWh.

Jika umur sel surya diperhitungkan 10 tahun, harga energi listriknya dihitung dari investasi awal Rp 645 juta dibagi kapasitas produksi 144.000 kWH menjadi Rp 4.500 per kWh. Namun, umur sistem peralatan sel surya pada umumnya diambil rata-rata mencapai 15 tahun sehingga harga energinya menjadi Rp 3.000 per kWh.

Bandingkan dengan listrik dari genset diesel. Satu liter solar menghasilkan 3 kWh. Saat ini harga solar di pasar internasional Rp 8.000 per liter, maka harga listrik Rp 2.666 per kWh. Menurut Komisaris Utama PT PLN Alhilal Hamdi, nilai produksi listriknya Rp 840 per kWh dengan 34 persen (9.700 megawatt) dari pembangkit berbahan bakar minyak diesel. (NAW)

Jangan Salah Pilih dan Pakai Plastik

Setiap hari kita menggunakan plastik. Baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan,  plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Namun, jangan salah pakai dan pilih plastik. Ancaman dari komponen kimianya berbahaya bagi kesehatan.
Perhatikan benda yang ada di sekeliling kita. Beragam produk yang berbahan baku plastik ada dimana-mana. Bukan hanya sebagai kemasan pangan (food grade), namun banyak dipakai sebagai pelindung dan pewadah produk, bahkan komponen atau suku cadang pun berbahan baku plastik. Di rumah, kita menemukan mainan anak-anak, ember, penggorengan teflon, termos, baskom, tempat minum, ember, kabel, plastik kiloan, plastik kresek, dan lain-lain. Tanpa kita sadari, dalam keseharian hidup kita sudah bergantung dengan plastik.
Tak jadi soal bila dalam pemilihan dan penggunaan plastik terutama yang berhubungan dengan makanan sudah tepat. Namun, timbul masalah bila salah dalam memilih dan menggunakan plastik. Misalnya, plastik kresek hitam yang tidak boleh untuk makanan justru sering digunakan sebagai pembungkus gorengan. Wadah minuman plastik yang tidak boleh dipakai untuk air mendidih justru sering dituang air mendidih. Plastik kiloan yang hanya boleh dipakai untuk mengemas makanan justru dipakai untuk mengolah makanan seperti ‘ketupat plastik’.
Sesuai standar
Plastik memang meliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif (berkarat) dan harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non- biodegradable).
Menurut DR Agus Nurhadi, DEA, Dosen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI jurusan kimia, plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene, polyetilene, polyvinyl chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalate.
Untuk membuatnya menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol air kemasan, Juga ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar tahan panas, dan lain-lain. “Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk plastik tersebut. Jadi, bukan hanya plastiknya yang harus stabil,” tutur ayah dari tujuh anak ini.
Proses pembuatan plastik sebagai kemasan makanan di semua negara harus memenuhi persyaratan yang ada. Di Indonesia, setiap produsen plastik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar tersebut harus dipenuhi produsen karena jika tidak maka akan membahayakan konsumen. Misalnya, penggunaan  kandungan sisa Vinyl chloride monomer (VCM) dalam pembuatan kemasan plastik jenis Polyvinyl chloride compound atau PVC untuk makanan dan minuman. VCM pada bahan jadi atau finishing PVC untuk kemasan makanan atau minuman tidak lebih dari 0,5 ppm (part per million). Sedangkan PVC untuk botol sebesar 1,0 ppm. Sementara itu, kandungan VCM sebagai bahan baku tidak lebih dari 10 ppm.
Jangan salah pakai dan pilih
Prinsipnya, untuk menjamin keamanan produk plastik yang kita gunakan untuk makanan adalah menjaganya agar tetap stabil. Jadi, plastiknya tidak boleh rusak. Plastik yang didesain untuk kemasan makanan hanya boleh dipakai untuk kemasan, bukan untuk pengolahan makanan. Menggunakan plastik pembungkus untuk membuat ‘ketupat plastik’, misalnya adalah berbahaya. Karena, plastik kemasan tidak didesain untuk pengolahan makanan sehingga tidak tahan panas. Yang dikhawatirkan adalah terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik tersebut ke dalam makanan.
Botol kemasan air mineral yang terbuat dari polypropiline atau polyetilene dapat rusak karena panas akibat terik matahari. Kalau dibiarkan berhari-hari, kemasan air terkena sinar matahari, akibatnya dalam beberapa hari itu air sudah tidak segar. Artinya, ada suatu dampak terhadap  plastiknya akibat dari  sinar matahari. “Nah kalau sudah begini, berbahaya. Bahayanya tergantung dari jenis plastik yang kita pakai, jenis adiktif atau pencampurnya. Tapi secara akumulatif memang berakibat pada kesehatan, namun tidak terlalu mengkhawatirkan karena botol kemasan itu biasanya setelah diminum langsung dibuang konsumen,” jelas ahli kimia yang menamatkan studinya di Jerman ini.
Sebenarnya yang agak signifikan berbahaya bila plastik ini dibakar atau terbakar. Karena jenis produk jenis PVC, seperti botol kemasan air mineral, kantong kresek, dan lain-lain bila terbakar akan mengeluarkan gas HCl yang berbahaya bagi kesehatan.
Sebaliknya, ada produk plastik yang didesain untuk pengolahan makanan, misalnya wajan dan panci teflon. Berbeda dengan plastik kemasan yang tidak tahan panas, peralatan masak teflon  justru didesain untuk pengolahan makanan. Komponennya tidak berubah karena pemanasan.
Di akhir tahun 1997, sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, pernah ditemukan plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu produsen kesulitan mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya, plastik yang sudah lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa plastik kresek hitam itu bau. “Perlu diingat sebagai patokan konsumen bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan gunakan untuk membungkus makanan,” tegas Agus.
Menggunakan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan seperti gorengan juga tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk makanan. Sentuhan antara gorengan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang berbahaya bagi kesehatan. Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari plastik tersebut.
Bahaya yang ditimbulkan
Penggunaan VCM untuk memproduksi plastik jenis PVC di atas ambang batas akan menimbulkan kanker hati, merusak kelenjar endokrin, merusak paru-paru dan limpa.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1998 membuktikan bahwa plastik jenis PVC ini didapati mengeluarkan bahan pelembut DEHA ke dalam makanan.    Berdasarkan data kajian yang dijalankan terhadap hewan percobaan, DEHA berupaya mengganggu sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker. DEHA diduga mempunyai karakter yang sama dengan hormon yang membawa sifat-sifat khas wanita, yaitu estrogen. Namun berbagai penelitian terkait masih dilakukan untuk membuktikan sejauh mana phtalates aman digunakan oleh manusia.
Federasi Industri Plastik Indonesia (Apindo)  dalam  kesempatan seminar “PVC Kemasan Plastik Yang Aman” tahun 2000 lalu  menyatakan bahwa PVC aman dipakai karena sudah menggunakan acuan tentang kandungan sisa VCM, salah satu bahan pembuatan PVC, yang sesuai dengan SNI tahun 1987. menggunakan PVC khusus untuk makanan dan minuman bisa dibilang aman. Selama ini, justru kesadaran dari masyarakat yang kurang dalam penggunaannya. Bila kita  menggunakan PVC yang putih dan transparan dapat dipastikan aman. Yang berbahaya bila menggunakan PVC yang bukan khusus untuk kemasan makanan

Hati-hati
Hati-hati adalah kiat yang tak dapat kita hindari. Pertama, hati-hati dalam memilih dan memakai wadah dan kemasan plastik. Sesuaikan dengan desainnya. Ada beberapa produk khusus yang mendesain produk plastik yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan panas. Biasanya, harga produk tersebut memang relatif mahal. Namun, produk tersebut menjanjikan keamanan.
Kedua, jangan menggunakan plastik kemasan untuk mengolah makanan, karena dikhawatirkan ada perubahan komponen kimia yang masuk ke dalam makanan yang kita konsumsi. Ketiga, jangan menggunakan produk yang tidak didesain untuk makanan kemudian kita pakai untuk mewadahi makanan. Apalagi, bila makanan itu berupa makanan yang digoreng.
Sebagai penyeimbang dan untuk mencegah banyaknya pencemar yang masuk ke dalam tubuh kita, maka biasakanlah keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, bawang, dan kacang-kacangan, adalah beberapa di antaranya. Serat makanan bahan tadi, seperti pektin, lignin, dan beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vitamin C, serta bioflavanoid. Semua itu diyakini dapat mengurangi risiko munculnya penyakit.
sumber: ummigroup online

lunes, 5 de mayo de 2008

Matoa Cilik di SMAN 1 Bogor

Hari Sabtu, 3 Mei 2008, SMA Negeri 1 Bogor, mengadakan acara SMANSA DAY 2008 dengan tema "Agains Global Warming" berbagai acara dilakukan seperti pemilihan duta lingkungan SMA 1 Bogor, talk show, menghias tempat sampah dan juga menampilkan berbagai kelompok Band yang merupakan kesenangan anak muda.

Berhubung, Matoa dihubungi sangat mendadak, 1 hari sebelum pelaksanaan, maka untuk tetap hadir di SMANSA DAY 2008, kami mengajak putri-putri kami untuk terlibat dalam penyebarluasan informasi lingkungan. Dengan demikian waktu bersama mereka tetap ada dan misi Matoa jalan. Kami mencoba melatih putri-putri kami menjadi orang yang cinta, peduli dan aktif di lingkungan sejak kecil. Ternyata bagi mereka, hal ini merupakan kegiatan yang menyenangkan dan menghibur.

viernes, 2 de mayo de 2008

Mengendarai Mobil yang Lebih Ramah Lingkungan

Selain untuk mengurangi polusi yang dikeluarkan kendaraan kita dengan men-service-kan mesin tepat waktu dan membeli bensin yang bebas timbal untuk bahan bakarnya, perlu kiranya di mobil juga disediakan beberapa hal :

Tempat sampah, sehingga saat kita pergi piknik ke suatu, misalnya, bisa tetap bisa ngemil di dalam mobil, tanpa harus membuang sampah di jalanan, nanti setelah kita berhenti sampah yang terkumpul tersebut dapat kita buang di tempat penampungan sampah sementara di sekitar situ.
Apabila menghidupkan AC (air conditioner), pastikan dahulu semua pintu dan jendela sudah tertutup rapat, sehingga ruangan di dalam mobil lebih cepat adem dan kita dapat menghemat energi yang dipakai untuk menyalakan AC tersebut. Jika jendela atau pintu masih terbuka, kita menyalakan AC, ruangan dalam mobil akan lebih lama ademnya dan ini membutuhkan energi yang lebih banyak untuk menyalakan AC tersebut….kan malah jadi boros energi kita tuh.
Apabila ada yang merokok, merokok di dalam ruangan sempit seperti di dalam mobil, akan merugikan bagi yang tidak merokok, karena menurut berbagai penelitian di bidang kesehatan terhadap efek buruk rokok ini, bahwa perokok pasif lebih potensial terkena berbagai penyakit saluran pernapasan, asapnya membikin mata kita menjadi pedih, dan lain sebagainya.

Sumber : tipshijau.blogspot.com/ (Hijau, Gerakan Peduli Lingkungan)

Lingkungan dalam Pendidikan Indonesia

Oleh Ubaidillah Syohih

Beranjak dari berbagai pemahaman mengenai paradigma pengajaran, hingga saat ini saya belum ingin mengatakan pengajaran itu sebagai pendidikan, Indonesia saat ini dalam kaitannya dengan proses transformasi nilai-nilai etika lingkungan, perlu kiranya kita menengok ke dalam diri kita, mengingat kembali pengalaman-pengalaman saat kita diajar. Sejauh ini, pola pengajaran pada lembaga-lembaga pengajaran di Indonesia cenderung mengarahkan peserta ajar untuk sekadar tahu dan hapal mengenai hal-hal yang berkenaan dengan lingkungan agar hasil ujiannya baik.

Hal tersebut diperparah dengan diterapkannya sistem pemeringkatan nilai peserta ajar di akhir semester. “Kamu ranking berapa? Aku rangking satu dong.” Sebuah kalimat yang biasa kita dengar ketika pembagian rapor dilakukan. Ditambah lagi dengan ungkapan, “Anak ibu rangking berapa?” atau “Kamu tuh gimana sih, masa teman kamu bisa rangking 1 kamu gak bisa?”. Hal ini menggambarkan kepada bahwa justru pola pengajaran Indonesia saat ini lebih mengajarkan peserta ajarnya untuk berkompetisi yang pada akhirnya menimbulkan perilaku-perilaku buruk seperti mencontek, bekerja sama ketika ujian, dan perilaku lain yang pada intinya mengarah pada penghalalan segala cara agar memperoleh nilai yang baik, agar tidak dimarahi orang tua, dan agar diperhatikan pengajar yang pada akhirnya mereduksi proses transformasi nilai-nilai etika lingkungan.

Pada sebuah diskusi mengenai adaptasi perubahan iklim melalui sektor pendidikan di Bogor beberapa waktu yang lalu, seorang peserta diskusi memaparkan pengalamannya belajar di sebuah institusi perguruan tinggi yang banyak mengajarkan tentang aspek-aspek lingkungan, namun dia merasa sistem pengajaran yang diterapkan di perguruan tinggi tersebut belum, bila tidak ingin dikatakan tidak, mampu menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan dan kesadaran peserta ajar pada lingkungan walaupun ilmu-ilmu yang diajarkan adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan lingkungan. Lalu apa dan atau siapa yang salah? Objektifikasi peserta ajar, ketidakmampuan pengajar dalam mentransformasi nilai-nilai etika lingkungan, sistem pengajaran, atau kurikulumnya yang salah?

Objektifikasi peserta ajar. Hal ini dimengerti bahwa selama ini, peserta ajar adalah objek atas transfer ilmu dari subjek yang bernama pengajar. Peserta ajar ,saat ini, jarang sekali dilibatkan dalam diskusi-diskusi atau diajak berdiskusi mengenai hal-hal yang mengarah pada pengembangan kreatifitas, kekritisan, dan kesadaran peserta ajar atas contoh- contoh kasus yang, harapannya, disampaikan oleh pengajar. Pengajar seperti melakukan teater monolog di mana peserta ajar duduk termangu menonton pengajarnya bermonolog.

Ketidakmampuan pengajar dalam mentransformasikan nilai-nilai etika lingkungan. Tingkat kepakaran pengajar pada suatu bidang kadang kala membuat sang pengajar enggan untuk mentransformasikan hal-hal di luar bidang yang dikuasainya, terlebih lagi hal itu dianggap bertentangan dengan bidang yang digelutinya selama ini. Selain itu, hal tersebut pun terjadi karena sang pengajar pun belum memperoleh pengetahuan, atau belum mengaktualisasikan, nilai-nilai etika lingkungan, sehingga tentunya ia tidak mampu untuk mentransformasikan nilai-nilai etika lingkungan kepada peserta ajar.

Sistem pengajaran. Sebagaimana telah dijelaskan pada pengantar tulisan ini, sistem pengajaran di Indonesia saat ini hanya mampu membentuk peserta ajar menjadi robot-robot di mana orangtua sebagai pengendalinya dan pengajar sebagai benda yang memancarkan gelombang (kurikulum) untuk akhirnya ditangkap oleh sensor yang ada di otak peserta ajar. Akan baik kiranya bila orang tua mengarahkan anaknya untuk mengembangkan, kepekaan, kesadaran, wawasan dan kreatifitas anaknya terhadap nilai-nilai lingkungan dan didorong pula oleh pengajar dengan memberikan materi yang merangsang peserta ajarnya untuk kritis dan kreatif. Namun pada kenyataannya, saat ini hal itu masih sangatlah jarang ditemui, apalagi bila kita melihat di sekolah-sekolah maupun perguruan-perguruan tinggi negeri.

Kurikulumnya yang salah? Lancang memang bila saya memasuki wilayah yang notabene dikuasai oleh pemerintah dan lebih lancang lagi sepertinya bila saya menganggap kesalahan kurikulum ini adalah kesalahan pemerintah. Penandatanganan nota kesepahaman antara Menteri Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 3 Juni 2005 merupakan langkah awal yang baik dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah awal terintegrasinya nilai-nilai etika lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Namun perlu kita ingat bahwa apapun kebijakan pemerintah yang dibuat, bila tidak diselaraskan dengan pencerabutan keadaan struktural sistem pendidikan Indonesia yang telah begitu mengakar dan sulit diubah, tidak akan mampu mengubah paradigma pendidikan Indonesia yang masih hanya mengedepankan transfer pengetahuan hingga saat ini.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Tentunya hal tersebut berpijak pada siapa kita. Bagian dari birokrasikah? Bagian dari akademisikah? Bagian dari orang tuakah? Bagian dari peserta ajarkah? Bagian dari Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi kemasyarakatankah? Atau kita hanya menganggap sebagai seorang individu tanpa label? Apapun kita, lakukanlah langkah dan gerakan yang terbaik sesuai dengan label masing-masing agar nilai-nilai etika lingkungan dapat tertransformasi dengan baik sehingga bangsa Indonesia dan bangsa Bumi, serta makhluk hidup lainnya dapat melestarikan peradabannya.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga kita mampu menjadi bangsa yang terdidik dan mampu menjadi pendidik yang baik untuk anak - cucu kita.

“Anak didik tidak hanya disiapkan agar siap bekerja, tapi juga bisa menjalani hidupnya secara nyata sampai mati. Anak didik haruslah berpikir dan pikirannya itu dapat berfungsi dalam hidup sehari-hari. Kebenaran adalah gagasan yang harus dapat berfungsi nyata dalam pengalaman praktis.” John Dewey (1859 – 1952)

catatan penulis : pernah dipublikasikan di beritahabitat.net dan kabarindonesia.com