martes, 31 de marzo de 2009

Aksi Mulung Sampah di Sungai Ciliwung

Begitu sampai di depan Apotik Berbhakti, Pasar Bogor, beberapa teman relawan aksi mulung Ciliwung ketiga sudah berkumpul. Aku menghampiri Hapsoro, komandan aksi yang mengabariku lewat pesan singkat, kalau kegiatan mulung akan dimulai jam 7.30 pagi.

“Kita nunggu sebentar ya, spanduk kita hilang di curi,” jelas Hapsoro saat aku minta maaf karena terlambat datang.

“lho? Emang dipasang dimana, kok bisa hilang sih spanduknya?” Aku balik bertanya pada Hapsoro.

Spanduk yang bertuliskan “ Ciliwung Ruksak, Hirup Balangsak” sejak Sabtu malam sudah dipasang di jembatan dekat Kebun Raya Bogor. Paginya spanduk itu sudah raib. Kehilangan spanduk tak menyurutkan semangat relawan mulung sampah ketiga kalinya ini.

Setelah dibagi dalam dua kelompok, dan masing-masing membawa karung, kami pun turun ke bantaran sungai yang mengapit Pulau Geulis. Sempat kuperhatikan sekeliling sungai. Dan mataku tertuju pada Pulau Geulis. Nampak beberapa laki-laki sedang duduk di teras rumah sambil ngobrol, sedangkan di bawah rumah, tepat dipinggir sungai, beberapa lelaki sedang sibuk membersihkan ayam yang habis dipotong.

Sementara, di sebelahku Raifi Sakti (15), sudah asyik menarik sampah plastik yang melillit di antara kawat-kawat. Raifi sekolah di PGRI 5, Bogor. Ia ikut kegiatan mulung sampah ini karena diajak pamannya. Saat ditanya, kenapa Raifi mau bergabung dengan volunteer Ciliwung.

“ abis nanti Jakarta banjir. Lagian saya juga gak ada kerjaan kalo hari minggu, udah aja ikut sama Oom Imran,” Jawab Raifi.

Sesekali aku berhenti menarik sampah plastik. Mengarahkan kamera ke beberapa sudut Pulau Geulis. Dari sebrang, kelompok lain sibuk mengambil sampah. Nampak Hapsoro, asyik nyemplung ke sungai, mengambil sampah-sampah yang terbawa arus sungai.

Bahkan beberapa anak kecil yang tinggal di Pulau Geulis pun ikut nyebur dan mengambil sampah. Dengan asyiknya mereka berenang di sungai Ciliwung, juga mengambil karung-karung berisi sampah dari kelompok yang lain, dan membawanya sambil berenang ke sebrang. Duh! Semangatnya patut ditiru orang dewasa, mereka dengan cerita terus memunguti sampahnya.

Rupanya, keasyikan Hapsoro dan anak-anak mengambil sampah di hilir, tidak kompak dengan warga Pulau Geulis. Ada seorang laki-laki dengan asyiknya jongkok buang hajat di hulu. Ya! Kegiatan mulung sampah di Ciliwung, sepanjang bantaran Pulau Geulis betul-betul memprihatinkan. Masih ada warganya buang hajat ke sungai. Sampai-sampai Raifi terkena ranjau darat tersebut. Dan aku sempat mual-mual mencium aroma tak sedap berasal dari saluran pembuangan sebuah rumah.

Tak surut oleh kotoran manusia, kami terus mengais sampah plastic dan mengumpulkannya dalam karung. Aksi ini akan terus dilakukan setiap hari Minggu. Siapa pun bisa bergabung menjadi relawan atau memberikan donasi untuk membantu membeli karung dan biaya angkutan menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Ayo! Bersama-sama kita jaga kebersihan sepanjang sungai Ciliwung.

Buat Anda yang ingin membantu bisa transfer ke :

Rekening :
Bank Niaga Syariah
No.Rek : 520.01.11698.11.3
a.n Sucie Ramadhanny

Kontak
Sucie Ramadhany 0815 7265 3007
Een Irawan Putra 0815 975 3580

Matoa Ciapus Terkena Puting Beliung

Tanggal 26 Maret yang lalu, di Matoa Ciapus Gunung salak Bogor tempat awalnya gagasan Matoa Albarits di gagas oleh Abdul Bari Ts, mengalami musibah, bencana puting beliung. lebih dari 40 buah pohon tumbang dari berbagai jenis seperti pohon Matoa, duku, kluwih, kayu manis, suren, aren.

Akibat puting beliung tersebut sebagaimana terekam dalam komik foto berikut ini.

viernes, 27 de marzo de 2009

Taman Sringanis Tanda Kasih Putu Oka

Bogor-Begitu memasuki Taman Sringanis, suasana sejuk yang dirasakan. Rimbun dengan tumbuhan obat, mulai dari kaca piring sirih merah, melati jepang dan banyak lagi. Sambil menunggu peserta kursus penulisan narasi dari Eka Tjipta Foundation datang, aku pun menghampiri Putu Oka Sukanta, memperkenalkan diri. Ia duduk di teras rumah, ditemani istrinya.

Di depannya ada meja dengan tumpukan buku dan DVD. Semuanya karya Putu Oka. Salah satu novelnya berjudul Merajut Harkat, sengaja Ia pesan dari penerbitnya, karena sudah tidak di cetak lagi. Dan hanya ada 13 buku saja yang Putu dapatkan.

Saya pun membalik-balik beberapa buku. Mana yang menarik untuk dibeli dan pantas dibaca ya? Putu seperti membaca pikiran saya. “ itu, buku saya, sudah langka, kamu harus beli.”
Berpikir sejenak, akhirnya buku Merajut Harkat pun pindah ke dalam tas. Uang 50 ribu saya bayarkan.

Berkemeja biru polos dan bertopi. Pria berusia 70 tahun ini ditemani istrinya Endah Lasmadiwati, menanti kedatangan tamu-tamu ETF. Rupanya, Putu Oka tidak setiap hari tidur di Taman Sringanis ini. Dia habiskan waktunya di Rawangun, Jakarta. Tak lama, wanita berjilbab pun muncul dengan membawa baki berisi gelas-gelas kecil. Disusul dua poci minuman, satu berwarna merah maroon, satu teko lagi berwarna kekuningan. Minuman apa gerangan? Ternyata, teh rosella dan kombucha.

Satu gelas kecil di isi cairan kombucha. Minuman dari jamur. Rasanya, jreng! Ada rasa ragi tape, menyegarkan. Tak lama, tamu ETF pun berbondong-bondong datang. Dan masing-masing mencicipi minuman tadi.

Di atas tanah seluas 1000 m2 Taman Sringanis ini dibangun di Cipaku, Bogor. Tanda kasih pada dua orang perempuan yang telah berjasa dan mendidik Putu Oka. Yaitu Ni Ketut Taman, Ibu yang melahirkan Putu Oka. Dan Ni Ketut Sri Renganis, bu’de yang telah membesarkannya. Jadilah, kebun obatnya di Cipaku, diberi nama Taman Sringanis.

“Tadinya mau saya tambahkan Taman Endah Sringanis. Saya ambil nama istri saya, tapi dia ndak mau,” sambil tergelak dia menceritakan ihwal Taman Sringanis.

Putu bercerita, semasa perjuangan dulu, pemuda-pemuda sembunyi di rumah bu’denya. “Betapa perkasanya. Kalau Indonesia punya Kartini. Saya cukup kenal Sri Renganis saja,” tegas Putu Oka.
Selain piawai dalam menulis buku, Putu Oka juga akupunturis. Ini dia dapat saat dipenjarakan dulu. Pemasungan ide dan kreativitas saat di penjara, tak memasung Putu Oka untuk belajar dan bertanya pada sesama teman di tahanan. Di Taman Sringanis ini, Dia bekerja dengan penderita HIV. Putu prihatin ada diskriminasi terhadap penderita HIV.

“Saya mau bergabung dengan mereka, pekerja sex bergabung di sini. Berbagai masyarakat dimarginalkan. Berapa orang yang mau aktif dengan HIV?” menohok kami semua.

Menyinggung masalah pengobatan, dengan semangat Putu Oka menerangakan bahwa di dalam tubuh kita ini ada energy vital, yang berakumulasi di beberapa tubuh kita. “ Titik akupuntur ini, juga titik diagnosa,” menjelaskan pada peserta. Putu juga menulis buku-buku pengobatan. Menurutnya royalty buku pengobatan lebih baik ketimbang buku sastra.

Kiprah Putu Oka di dunia kesehatan dan tanaman obat diakui oleh Departemen Kesehatan. Bahkan sering meminta Putu untuk mengajar dan berbicara di beberapa seminar. Keahlian ini telah membawa Putu Oka keliling di 23 negara. Bahkan mantan tahanan komunis ini pernah dua kali di undang ke Amerika.

miércoles, 25 de marzo de 2009

Lowongan Kerja : Information Coordinator FFI Aceh

Fauna & Flora International Aceh Programme

Introduction

Fauna & Flora International didirikan pada tahun 1903 merupakan organisasi internasional yang paling lama berkiprah di bidang pelestarian alam. FFI merupakan organisasi nirlaba berpusat di Inggris yang memberikan dukungan teknis, pendanaan secara langsung serta konsultasi bagi penggerak dan organisasi-organisasi konservassi di 40 negara di seluruh dunia. Misi FFI adalah: Melakukan usaha konservasi terhadap jenis satwa maupun tumbuhan dan ekosistem yang terancam punah, menemukan solusi berkesinambungan yang berbasis ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan kebutuhan manusia. FFI telah melaksanakan proyek-proyek di Indonesia sejak tahun 1996, dan hadir di Aceh sejak tahun 1998 melalui Program Sumatra Elephant Conservation Program (SECP). 

Sejak Februari 2006, dengan bantuan dana Multi Donor Fund, FFI merelease Project Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP - Aceh Forest and Environment Project), dan fokus bekerja pada pelestarian Kawasan Hutan Ulu Masen dibagian utara Provinsi Aceh.

Deskripsi Pekerjaan -Information Coordinator

Tujuan 

# Posisi Information Coordinator lebih banyak fokus pada pengumpulan, identifikasi, dan analisis data, serta sebagai provider informasi untuk mendukung publikasi dan kampanye program FFI-Aceh kepada publik secara luas.

# Membangun jaringan dengan organisasi strategis untuk mendukung pencapaian tujuan konservasi di Kawasan hutan Ulu Masen.

Lokasi 

Banda Aceh dan melakukan traveling ke Kabupaten-kabupaten untuk melakukan riset data dan informasi.

Tugas dan Tanggungjawab 

* Berpartisipasi secara aktif sebagai staff dari Fauna & Flora International-Aceh Program terutama komponen komunikasi. 

* Bertanggungjawab terhadap proses pengumpulan dan verifikasi data informasi dari seluruh komponen di internal FFI-Aceh program dari analisis hingga publikasi. 

* Bertanggungjawab terhadap seluruh tahapan proses, product in-house media FFI-Aceh, Bulletin Ulu Masen per tiga bulan. 

* Bertanggungjawab terhadap proses publikasi seluruh kegiatan komponen di FFI-Aceh baik di media lokal, nasional, dan international, dengan menggunakan media cetak, elektronik, dan media online dengan indikator kuantitatif.

* Mengelola (Update) Website FFI-Aceh (ffi.or.id) secara berkala.

* Bertanggungjawab dalam pembuatan position paper, paper brief, info sheet, fact sheet, dan press release sebagai product publikasi FFI-Aceh untuk publik.

* Membangun jejaring dengan media massa di Aceh maupun di luar Aceh.

* Membangun jejaring dengan organisasi strategis untuk mendukung kerja FFI-Aceh. 

* Melakukan proses editing terhadap semua laporan yang akan dipublikasikan kepada publik. 

Persyaratan Kemampuan/Keahlian

* Sarjana S1 dan sederajat 

* Memiliki kemampuan teknik menulis, menggunakan komputer dan programnya termasuk microsoft world, excel dan powerpoint 

* Memiliki pengalaman yang relevan dengan program pendidikan dan penyadartahuan lingkungan/konservasi. Dengan minimum 3 tahun pengalam pernah menduduki posisi sejenis. 

* Lancar berbahasa Indonesia dan Inggris lisan dan tulisan serta dapat berbahasa atau mengerti bahasa Aceh 

* Mempunyai kemampuan yang sangat bagus dalam berkomunikasi baik secara lisan ataupun tulisan, termasuk memfasilitasi pertemuan dengan masyarakat, dan mampu berbicara di depan umum. 

* Mempunyai kemampuan dalam mengoperasionalkan hasil-hasil kebijakan rapat redaksi di in-house media.

* Mempunyai jaringan yang luas dengan media massa baik cetak, elektronik, dan online di level lokal, nasional, dan international.

* Mempunyai jaringan yang luas dengan kelompok organisasi masyarakat sipil, kelompok organisasi lingkungan, dan organisasi strategis lainnya.

* Mampu mengkomunikasikan lingkup pekerjaan dengan masyarakat disemua tingkatan (Desa; kemukiman; dan ibukota) dengan target pendengar (target audience) yang beragam (Pemerintah, sekolah, masyarakat umum) 

* Mampu berbicara di depan umum atau sebagai fasilitator 

* Mampu menunjukkan kemampuan dan pengalaman manajemen, termasuk teknis dalam memenuhi tenggat waktu/deadline dan mengelola staff. 

* Mampu mengerjakan beberapa projek dalam waktu yang bersamaan; 

* Dapat bekerja dibawah tekanan dan di lokasi terpencil.

* Memiliki inovasi dan inisiatif dalam membuat kegiatan pelestarian alam.

* Mampu bekerja secara bersama-sama dengan beberapa staff dalam satu tim.

* Bagus dalam pengelolaan dan pemanfaatan waktu dan berfokus pada hal-hal yang detail/rinci.  

Melapor kepada 

Communications Manager.

Bagi yang berminat silahkan kirim Application Letter, CV, dan tiga orang Referensi ke Dewi Kurnia, HRD Fauna & Flora International Aceh Programme, melalui :

E-mail: hr@ffi.or.id Aplikasi

Paling lambat  5 April 2009

Kerjasama Indonesia dan Australia Untuk Kelautan dan Perikanan

The 6th Working Group on Marine and Fisheries (WGMAF) Indonesia and Australia yang berlangsung tgl 19-20 Maret 2009 di Nusa Dua, Bali. Sepakat untuk mengatasi illegal fishing di Zona Ekonomi Eksklusif. Pertemuan reguler dua tahunan ini juga membahas tentang manajemen perikanan di perbatasan dua negara, Public Information Campaign, koordinasi wilayah “MoU Box”, serta kemitraan dan kerjasama lainnya.

Pertemuan kedua negara ini menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain: mengembangkan sistem pendataan dan informasi terkait dengan perikanan tuna dan kakap merah di wilayah Indonesia Timur, melalui pengembangan jaringan kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan perguruan tinggi, mengembangkan metode dan data base dengan melaksanakan pencatatan log book dan penempatan observer di atas kapal, serta menyelenggarakan lokakarya nasional bagi para peneliti tentang hasil monitoring dan pelaporan dua komoditi tersebut.

Upaya bersama kedua negara untuk itu akan dilakukan dengan Public Information Campaign (PIC),yaitu menjelaskan ketentuan pengelolaan perikanan di perbatasan dua negara, terutama bagi nelayan pelintas batas dari beberapa daerah tertentu. Untuk memperbaiki hasilnya, telah dilakukan beberapa perubahan, yaitu substansinya lebih kearah kampanye pelestarian sumberdaya perairan, dengan nuansa persuasif, dan untuk di lapangan akan dilaksanakan langsung oleh para penyuluh perikanan.

Ada dua peraturan unik yang akan diterapkan dalam PIC. Pertama, adalah wilayah yang landas kontinennya adalah berstatus dalam yurisdiksi Australia, adapun perairannya adalah dalam wilayah ZEE Indonesia. Di kawasan tersebut nelayan Indonesia dilarang mengambil biota yang menempel di dasar lautnya, seperti tripang atau kerang. Adapun ikan yang berenang di atasnya, diperbolehkan.

Keunikan yang kedua adalah pada wilayah yang sejak dahulu kala menjadi daerah penangkapan nelayan tradisional dari Rote, NTT. Untuk memberikan hak menangkap ikan secara subsisten di wilayah ini pada tahun 1974 dibuat nota kesepahaman antara RI-Australia yang dikenal sebagai MoU Box.

Dalam WGMAF ke-6 ini Indonesia mengusulkan beberapa program kerjasama penelitian untuk pelestarian sumber daya perairan, serta terkait dengan kesejahteraan nelayan tradisional yang mencari rejeki di kawasan itu. Kedua negara sepakat membentuk Tim Kerja guna membahas elemen-elemen dalam MoU Box.

Terkait dengan bidang pendidikan, kemitraan kedua negara sepakat tetap melanjutkan program beasiswa ADS (Australian Development Scholarship) bagi staf DKP, training staf karantina Indonesia di Australia. Saat yang sama juga ditandatangani MoU kerjasama Sister University antara Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dengan Australian Maritime College di Tasmania.

Pertemuan yang berlangsung reguler sejak 2001 ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, Prof.Dr.Widi A. Pratikto, M.Sc. Ketua delegasi Indonesia di pimpin oleh Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Dr. Suseno. sedangkan Australia di pimpin oleh Craig Burns (Executive Manager of  Trade and Market Access, Department of Agriculture, Fisheries and Forestry/DAFF.

martes, 24 de marzo de 2009

Bantuan Mesin Pembuat Briket Arang dan Cuka Kayu

Tanggal 24 Maret 2009 ini, Menteri Kehutanan akan menyerahkan secara bertahap bantuan mesin pembuat briket arang dan cuka kayu dengan teknologi tepat guna menggunakan bahan baku limbah tempurung kelapa, sebanyak satu unit dari empat unit yang direncanakan kepada masyarakat di Kelurahan Kamonji, Palu, Sulawesi Tengah.

Departemen Kehutanan sebelumnya pernah memberikan bantuan alat pengering kayu kombinasi tenaga surya dan panas tungku untuk masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Bojonegoro, dan Katingan, mesin pengolah rotan di Kabupaten Bengkulu Utara, serta mesin bambu lamina di Kabupaten Klaten.

Pemberian mesin pembuat briket arang dan cuka kayu kepada masyarakat Sulawesi Tengah tersebut dilakukan sebagai bagian dari salah satu program pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan, yaitu Revitalisasi Industri Kehutanan yang salah satu kegiatannya terkait dengan pemberdayaan Industri Kecil (pro poor) khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah melalui bantuan peralatan dan mesin pengolahan hasil hutan yang telah diuji coba oleh Badan Litbang Kehutanan.
Kapasitas produksi satu unit alat tersebut per hari menghasilkan 15-20 kg briket arang dengan asumsi mesin tersebut dioperasionalkan dalam waktu 8-10 jam. Bahan baku berupa tempurung kelapa yang dibutuhkan dalam sehari adalah kurang lebih 100 kg dengan tenaga kerja 7-10 orang. Karena alat ini menggunakan teknologi tepat guna, jika memungkinkan alat ini dapat dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat di wilayah pedesaan.

Sebagai kelengkapan dari bantuan tersebut juga dibagikan tungku masak berbentuk seperti anglo yang dibuat dari bahan semen dan pasir. Tungku masak tersebut merupakan hasil rekayasa Litbang Kehutanan, dalam proses memasak untuk keperluan sehari-hari satu tungku tersebut memerlukan 2 kg briket arang untuk memenuhi satu Kepala Keluarga yang terdiri dari 3-5 orang. Tungku tersebut juga dapat dibuat dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat mengingat bahan baku banyak tersedia di daerah.

Hasil proses pembuatan arang yang berupa cuka kayu dapat dimanfaatkan sebagai Biopestisida nabati pada tanaman pertanian dan kehutanan. Dari hasil percobaan menunjukkan keberhasilannya dalam memberantas hama cabuk lilin pada tanaman pinus umur 5 tahun di Perum Perhutani Jawa Tengah dan jamur pada tanaman ketimun serta meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Selain sebagai biopestisida, cuka kayu ini dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan produk makanan utamanya ikan asap dan juga berkhasiat untuk menghilangkan penyakit kulit.

Melalui bantuan langsung paket teknologi, diharapkan dapat menjadi motivator Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk bersama-sama menyelesaikan agenda pemerintah dalam rangka pengurangan kemiskinan khususnya di sektor kehutanan dapat diwujudkan, sekaligus pengurangan pengangguran, peningkatan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi, serta perbaikan kualitas lingkungan.

Sumber: SIARAN PERS DEPHUT

Orangutan, Evolusi dan Hutan Hujan Indonesia

Sumber: seppo.net

viernes, 20 de marzo de 2009

Peta Mengatasi Pemanasan Global

Mengatur Pemakaian Air Jakarta

JAKARTA -- Agar Jakarta tak ambles, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyusun peraturan soal penghematan air. "Peraturannya dalam bentuk Peraturan Gubernur, yang saat ini masih dalam proses verbal," kata Peni Susanti, Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, di Balai Kota kemarin.

Peraturan itu akan menerapkan unsur reduce, reuse, recycle, dan recharge pada sumber daya air di kawasan bisnis seperti gedung perkantoran dan mal.

Dian Wiwekowati, Kepala Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Perkotaan BPLHD DKI Jakarta, menjelaskan bahwa reduce berarti penghematan air. "Reuse maksudnya adalah menggunakan kembali air bekas, recycle mengolah kembali air, sedangkan recharge berarti pengisian air tanah dengan membuat sumur resapan," katanya.

Penggunaan air tanah secara berlebihan menyebabkan penurunan muka air tanah. Berdasarkan penelitian BPLHD, terjadi penurunan permukaan air tanah setinggi 40 meter. Saat ini 53 persen konsumen air di Jakarta menggunakan air tanah. Selain regulasi, langkah antisipasi yang dilakukan adalah menggalakkan pembuatan lubang resapan biopori sebanyak mungkin.

Sebanyak 40 persen wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut. Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan kepada Tempo bahwa data itu berdasarkan data pada 2004. Menurut dia, penurunan muka tanah terjadi di seluruh DKI Jakarta.

Jakarta diperkirakan akan tenggelam sebelum 2012. Perhitungan tersebut berdasarkan data penurunan permukaan tanah di Jakarta yang rata-rata 10 sentimeter setiap tahun. Sebelumnya, Darrundono, Ketua Harian Komite Evaluasi Lingkungan Kota, juga mengatakan intrusi air laut sudah mencapai 11 hingga 12 kilometer dari garis pantai hingga kawasan Setia Budi.

Peni menambahkan, untuk menjaga sumber daya air, sekarang yang penting adalah bagaimana masyarakat, khususnya penyewa gedung-gedung bertingkat, sadar tentang cara berhemat. "Menurut penelitian, 83 persen penurunan muka air tanah disebabkan penggunaan air oleh gedung bertingkat, sedangkan 17 persen disebabkan pengambilan air bawah tanah," tuturnya.

BPLHD Jakarta Barat malah telah memulai razia pemakaian air tanah pada perusahaan binatu yang ada di kawasan Sukabumi Selatan. "Semua laundry (binatu) akan dirazia. Saluran air tanah akan ditutup langsung," kata Yosiono Anwar, Kepala Suku Dinas BPLHD Jakarta Barat, Senin lalu.

Menurut Yosiono, sebagian besar usaha binatu di sana masih menggunakan air tanah untuk proses produksi. Sebelumnya, para pengusaha binatu telah sepakat untuk tak lagi menggunakan air tanah. Tapi rupanya masih ada yang membandel. Alasan mereka menggunakan air tanah adalah karena air dari perusahaan air minum kurang.

"Untuk sekali pencucian, butuh waktu 3 jam dengan air PAM. Padahal dengan air tanah cukup satu jam," kata H. Agus, seorang pengusaha binatu. Pemutusan air tanah ini, kata dia, akan mengakibatkan naiknya ongkos produksi dan penurunan produksi. "Produksi bisa turun 70 persen," ujarnya.

Menanggapi rencana dikeluarkannya Peraturan Gubernur itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Muhayar, meminta pemerintah konsisten dalam melaksanakannya. "Kami dukung rencana pemerintah dalam penghematan air," kata Wakil Ketua Komisi D Bidang Pembangunan itu.

Muhayar mengatakan banyak pembangunan gedung tinggi di Jakarta yang tidak mengindahkan penghematan air tanah. Sebagai contoh, katanya, ada pembangunan pondasi gedung tinggi yang membuang air tanah begitu saja ke sungai. "Padahal seharusnya air tanah itu disuntikkan kembali ke dalam tanah," tuturnya.

Maka, kata Muhayar, pemerintah harus bertidak tegas seperti mencabut izin pembangunan gedung seperti itu. "BPLHD sendiri harus banyak turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan. bukan hanya membuat kajian-kajian saja," kata dia. Eka Utami Aprilia

Sumber: korantempo.com

Peta Pemanasan Global

WORLD SILENT DAY FOR OUR EARTH

Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim kembali mengajak kita semua, penghuni bumi, untuk meniti jalan hening melalui WORLD SILENT DAY FOR OUR EARTH.

Ini adalah kampanye yang menghimbau setiap individu berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca yang memicu pemasanan global dan perubahan iklim.

Ingatlah empat langkah sederhana:

1. Sabtu 21 Maret 2009
2. Hanya Empat jam: Pukul 10 pagi hingga 2 siang
3. Matikan peralatan listrik, kurangi penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas boros sumberdaya lain, tanam pohon, bina hubungan dengan keluarga, rekan kerja, tetangga, saling berbagi pengalaman dalam pelestarian lingkungan,
4. Tuliskan pengalaman hening anda ke  mysilent@worldsilentday.org

Kampanye hening empat jam adalah langkah awal menuju HARI HENING DUNIA, yang diinspirasikan dari Bali. Tanggal 21 Maret adalah ekuinoks utara dan hari Kehutanan Dunia, dirangkai dengan 22 Maret yang merupakan Hari Air. Semuanya adalah simbol kehidupan.

Anda juga bisa memilih hari, jam dan cara hening. Yang penting adalah berparstisipai dalam upaya menyelamatkan bumi.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan kunjungi worldsilentday.org. Anda bisa download paperless calendar, ikon WSD, desain poster dan mendapatkan penjelasan lengkap tentang kampanye ini.

Mohon sebarkan kampanye ini kepada relasi, teman, keluarga, kolega dan semua orang yang anda kenal. Langkah kecil kita saat ini, bisa amat bermanfaat bagi anak-cucu kita di masa depan .

*BERI SATU HARI UNTUK BUMI BERNAFAS HARI HENING SEDUNIA – 21 MARET*

Salam Hening
Tim World Silent Day
Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim
Jl. Pengubengan Kauh no. 94
Kerobokan, Kuta, Bali
Email: bali.climatechange@gmail.com

jueves, 19 de marzo de 2009

Merokok Merusak Lingkungan

Merokok tidak hanya akan mempengaruhi kesehatan perokok, tetapi juga sangat mempengaruhi atmosfer di sekitarnya. Asap dan puntung rokok lah yang paling mempengaruhi lingkungan, udara yang dihasilkan, pencemaran air dan tanah. Bahkan proses produksi rokok juga sangat berpengaruh kepada lingkungan.

Semua perokok berpikir bahwa merokok itu hanya merusak kesehatan mereka. Mereka mungkin tidak menyadari tentang kenyataan bahwa merokok secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan orang lain. Dan mereka adalah salah satu kontributor langsung polusi lingkungan.

Ada beberapa permasalahan lingkungan hidup, dimana setiap perokok harus menyadarinya. Merokok sangat mempengaruhi lingkungan. Artikel ini akan membahas berbagai efek dari merokok kepada lingkungan.

Merokok Penyebab Pencemaran Udara (merokok polusi lingkungan)
Hal yang sangat jelas bahwa merokok menyebabkan polusi udara dan juga ke tanah. Sekitar 4000 bahan kimia yang ada dalam rokok, yang hembuskan dan dilepas dalam atmosfer. Dari total penduduk Amerika Utara 30% dari mereka adalah perokok dan persentase penduduk yang merokok di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah polusi besar-besaran sedang dilepaskan di atmosfer setiap hari.

Merokok Penyebab Pencemaran Tanah dan Air (merokok merusak lingkungan)
Polusi yang disebabkan karena merokok tidak dibatasi hanya untuk udara atau tubuh tetapi untuk beberapa hal juga bertanggung jawab untuk pencemaran tanah dan air. Setiap hari jutaan puntung rokok ditinggalkan di tanah. Ada juga puntung rokok yang akhirnya berakhir di danau dan sungai. Ikan dan hewan air lainnya memakan puntung rokok ini karena dikira makanannya, mengakibatkan kematian di air. Sisa puntung rokok di tanah akan memakan waktu sekitar 25-26 tahun untuk membusuk. Berbagai bahan tambahan dan bahan kimia yang meresap ke dalam tanah, mencemari tanah serta tanaman. Selama musim kering puntung rokok bahkan dapat menyebabkan kebakaran besar, yang tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan.

Produksi Rokok Berdampak kepada Lingkungan (dampak lingkungan merokok)
Dampak lingkungan merokok: Dampak utama pada lingkungan hidup adalah saat produksi rokok berjalan. Tanah, yang digunakan untuk budidaya tanaman tembakau, lebih baik digunakan untuk memproduksi makanan untuk negara-negara dunia ketiga. Selain itu tanaman tembakau sangat rentan terhadap hama dan penyakit sehingga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan digunakanlah berbagai bahan kimia dan pestisida yang berbahaya. Untuk produksi dan kemasan rokok memerlukan banyak sekali pohon sebagai bahan baku kertasnya.

Dalam satu jam satu unit pabrik rokok memerlukan hampir 4 mil kertas untuk gulungan dan kemasan rokok. Hanya untuk memproduksi 300 batang rokok, satu pohon disia-siakan. Energi dan air juga disia-siakan untuk produksi rokok maupun limbah kimia dari unit pabrik juga dibuang kedalam tanah. Oleh karena itu sangat jelas bahwa rokok telah menambahkan merugikan tubuh dan lingkungan.

Dengan menggunakan teknologi yang lebih maju sebenarnya industri tembakau dapat membantu dalam mengurangi tekanan bagi lingkungan, tetapi hanya untuk menyisihkan beberapa miliar dolar keuntungan/tahun industri tidak mau melangkah lebih jauh untuk menggunakan teknologi canggih. Yang terbaik dan cara termudah untuk mengendalikan kerusakan lingkungan ini, adalah berhenti membeli benda yang berbahaya ini (Rokok). Sangat sulit untuk berhenti merokok,  tetapi dampak langsung (kesehatan Anda) dan tidak langsung (lingkungan) akan sangat bermanfaat bagi anda sendiri.

Sumber: smoking.ygoy.com/smoking-and-the-environment/

Bacaan Terkait:

Blog Catatan Pecandu Rokok di pecandurokok.blogspot.com

Rokok : Kanker Bagi Paru-Paru Manusia, Kanker Bagi Paru-Paru Dunia di kabarindonesia.com

Rokok dan Paru-paru Dunia yang Semakin Rusak di analisadaily.com

Selamatkan Lingkungan, Berhentilah Merokok di ecofriend.org/entry/want-to-save-the-environment-start-by-quitting-smoking/

miércoles, 18 de marzo de 2009

Iyung, Penyelamat Pesisir Pulau Puhawang

Yulianti biasa dipanggil Iyung, ibu guru yang giat menggerakan siswa SD Negeri Di Pulau Puhawang, Perairan Teluk, Lampung menanam bakau di kawasan yang sudah rusak. Iyung masih harus berupaya keras mengajak warga desa Pulau Puhawang untuk menjaga dan melestarikan hutan bakau lewat pendidikan lingkungan kepada anak didiknya.

Sebelum menjadi guru, ia bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Mitra Bentala yang fokus pada penyelamatan dan pengelolaan pesisir. Tahun 1995 pula dia lulus dari Jurusan Perkebunan Politeknik Universitas Lampung.

Sejak bergabung dengan Mitra Bentala, Iyung aktif mendatangi pesisir dan pulau-pulau di perairan Lampung. Setiap kali datang ke pulau, ia prihatin dengan kondisi pesisir yang tak terurus. Masyarakatnya pun tak peduli pada kesehatan dan kelestarian lingkungan, serta cenderung abai pada pendidikan.

Fakta itu menggugahnya, apalagi saat ia bekerja di Pulau Puhawang pada 1997. Ia lalu mendalami kondisi pesisir di pulau seluas 1.020 hektar itu. Seharusnya pantai yang berpasir putih dan relatif tenang perairannya itu bisa menjadi obyek wisata. Tempat ini juga cocok untuk budidaya keramba jaring apung kerapu.

Namun, hutan bakau di pulau itu rusak atau malah habis, pulaunya pun kotor. Rupanya warga desa Pulau Puhawang memperlakukan laut sebagai ”tong sampah” dan berperilaku hidup tak sehat.

"Mereka suka membuang hajat sembarangan," ujar Iyung. Warga desa seolah tak peduli, pulau mereka bersih atau kotor.

"Itu menjadi tantangan buat saya, kenapa warga bisa bertindak dan berperilaku tak sehat seperti itu?" ujarnya.

Sebagai aktivis lingkungan, Iyung ingin menyelamatkan hutan bakau dan lingkungan pulau. Ia lantas mengukur dan mendata hutan bakau yang rusak, sekaligus tingkat kerusakannya. Data ini diperlukan untuk mengetahui cara merehabilitasinya.

Berkat bantuan informasi dan data dari Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dusun Penggetahan, Puhawang, dan fakta lapangan, ia mendapati warga Pulau Puhawang umumnya tak berpendidikan. Lulusan SD dinilai sudah bergengsi.

"Sumber daya manusia di sini rendah kualitasnya. Saya pikir inilah penyebab kerusakan lingkungan dan kotornya pulau ini," ujarnya.

Bagi Iyung, lebih baik memperbaiki meski terlambat daripada sama sekali tak berupaya. Ia memilih memulai perbaikan dari siswa SD karena orangtua umumnya berpikiran konservatif, sulit berubah. Tahun 2000 ia memberikan les mata pelajaran kepada semua siswa mulai kelas I sampai kelas VI SDN Pulau Puhawang secara gratis. Sambil memberikan les pelajaran, ia menyisipkan pendidikan etika dan pendidikan lingkungan.

Kesempatan membuat para siswa melek lingkungan makin terbuka saat ia menjadi tenaga sukarela mendampingi masyarakat Puhawang di bidang pendidikan tahun 2002. Dia juga mengajak para siswa mengenal lingkungan dan manfaat hutan bakau bagi pulau, tempat tinggal mereka. Ia pun mengajarkan tentang pentingnya memelihara kesehatan lingkungan.
"Membuat para siswa mengerti dan tak lagi membuang sampah di laut atau membuang hajat itu membutuhkan waktu," ujar Iyung.

Namun, pelan-pelan para siswa bisa paham. Pemahaman mengenai kesehatan lingkungan dan pelajaran tentang pelestarian lingkungan itu kemudian diharapkan bisa menular kepada para orangtua siswa.

"Anak-anak kadang lebih berhasil memberi tahu orangtuanya dibandingkan dengan aktivis memberi tahu langsung kepada orangtua," ujar Iyung.

Sumber: sains.kompas.com/read

"24" Film Ramah Lingkungan Pertama

Aksi Kiefer Sutherland alias Jack Bauer selalu memukau saat menyelesaikan masalah hanya dalam 24 jam saja. Sepelik apa pun kasusnya, Jack berhasil membuat penonton film “24” puas. Dibalik keberhasilan Jack Bauer dalam film “24” ternyata, proses pembuatan filmnya pun berhasil menyandang film ramah lingkungan pertama.

Hollywood makin sadar lingkungan. Film televisi "24" produksi Hollywood ini, diproduksi tanpa meninggalkan jejak karbon alias tidak merusak ozon di permukaan bumi.

Film yang dibuat oleh Fox TV dan dimiliki Rupert Murdoch, merupakan film pertama yang dibuat dengan pendekatan lingkungan. Selama proses produksi, mereka tidak akan menghasilkan sedikitpun karbon.

Langkah ini, seperti ditulis harian New York Times edisi Senin (2/3), sesuai dengan perintah Murdoch. Bos media ini sudah menyatakan bahwa film produksi mereka tidak akan menambah jumlah karbon di bumi pada 2010.

Program ini tidak gampang. Fox, yang memproduksi "24", menyewa konsultan lingkungan yang mengevaluasi berapa banyak gas yang berbahaya bagi bumi dikeluarkan selama produksi.

Mereka mengelompokkan emisi dalam dua kelompok: energi untuk transpor dan efek khusus serta listrik yang digunakan untuk dekor dan kantor.

Transpor ini termasuk untuk mengirim skenario dan mobil-mobil para pemain film. Total 95 persen energi digunakan untuk transportasi ini. Mereka menganti mobil dengan tipe hibrida yang sangat hebat. Urusan skenario? Mereka mengandalkan email. Dengan cara ini, sekitar 5.000 liter bensin--satu truk tangki truk kecil--dihemat.

Untuk efek khusus, mereka tidak bisa tanpa mengeluarkan karbondioksida. Bayangkan saja adegan kejar-kejaran mobil, tak mungkin tidak membuang gas berbahaya ke bumi.

"Jika kami membutuhkan kejar-kejaran mobil, kami akan melakukan kejar-kejaran," kata Howard Gordon, produser eksekutif "24". "Kewajiban kami yang pertama dan terdepan adalah kepada para penggemar."

Agar target tanpa jejak karbon tercapai, mereka menukar dengan energi ramah lingkungan di India. Mereka berhasil menukar 1.291 ton karbondioksida yang mereka hasilkan dengan pembangkit listrik tenaga angin di India.

Fox bukan perusahaan Hollywood pertama yang "go green". Pada November lalu, NBC Universal memproduksi tiga program yang diproduksi dengan metoda ramah lingkungan termasuk "Nightly News With Brian Williams" dan "Saturday Night Live".

Program ini diproduksi dengan bahan bakar ramah lingkungan, menggunakan barang daur ulang. Warner Brothers dan Disney juga memiliki divisi lingkungan. Tapi klaim pertama produksi film, tetap dipegang "24".

Kenapa Produksi Film "24" Bisa Ramah Lingkungan?

-- Skenario dikirim via Internet.
-- Semua mobil yang dipakai, tipe hibrida yang sangat hemat energi.

-- Menggunakan solar berkadar biodisel 20 persen untuk mobil diesel. Di produksi berikutnya, mereka akan menggunakan truk ringan hibrida.

-- Lampu di kamar mandi dan dapur menggunakan saklar gerak, sehingga jika tidak ada orang, otomatis mati.

-- Listrik dipilih hasil tenaga angin dan matahari, meski membayar lebih mahal pada PLN-nya California.

-- Jika tidak bisa menghindari pelepasan karbon, seperti adegan kebut-kebutan atau menjungkirbalikkan mobil, mereka "membeli" karbon dari India.

Sumber: tempointeraktif.com/hg/sains

TreeHugger.com

Ingin hidup anda "hijau"? tree hugger memberikan panduan untuk membantu anda bagaimana menjadi "hijau", mulai dari furnitur sampai pekerjaan. Anda akan mengetahui mengapa hidup "hijau" sangat penting dan juga akan menemukan sebuah blog dan newsletter yang informatif untuk membantu menjadi hijau, tetap hijau, dapat dengan mudah di lakukan.

Menjelajahi tree hugger merupakan eksplorasi berbagai hal terkait hidup hijau misalnya: pekerjaan, hadiah, politik, sains, arsitektur, transportasi, dan banyak hal lain.

Anda juga dapat berinteraksi dengan orang lain (pegiat gaya hidup hijau) melalui kiriman komentar, forum diskusi, dan mengirimkan berita hijau. Dapatkan informasi tentang hidup hijau dengan mengunjungi treehugger.com

lunes, 16 de marzo de 2009

Direktur BCRC-SEA

Kementerian Negara Lingkungan Hidup selaku Focal Point Pemerintah Republik untuk Konvensi Basel tentang pengawasan perpindahan lintas batas limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta pembuangannya, membutuhkan kandidat untuk menduduki posisi:

DIREKTUR BASEL CONVENTION REGIONAL CENTRE - SOUTH EAST ASIA (BCRC-SEA)

(Pusat Regional Konvensi Basel untuk Pelatihan dan Alih Teknologi bagi Asia Tenggara)

BCRC-SEA merupakan pusat regional yang bertugas memberikan pelayanan untuk pelaksanaan Konvensi Basel dalam penyelenggaraan pelatihan dan transfer teknologi kepada 10 (sepuluh) negara yaitu Brunai Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Kualifikasi:

* WNI

* Dapat bekerja full time.

* Menguasai penggunaan komputer termasuk program microsoft office.

* Fasih berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan.

* Minimal S2 di bidang lingkungan atau bidang lain yang relevan.

* Mempunyai kemampuan konseptual, manajerial, interpersonal dan komunikasi yang baik, khususnya dalam penyelenggaran pelatihan dan transfer teknologi.

* Diutamakan mempunyai pengalaman kerjasama internasional.

Untuk informasi lebih detail terkait Konvensi Basel dapat mengakses website basel.int/ atau bcrc-sea.org/ Surat lamaran dengan disertai Daftar Riwayat Hidup serta surat keterangan atau dokumen lain yang relefan dapat disampaikan paling lambat tanggal 23 Maret 2009 kepada:

Asdep Urusan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur dan Agro Industri

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Gedung C, Jl. D.I. Panjaitan, kav. 24

Jakarta Timur

E-mail: plb3_mail@menlh.go.id

Telp/fax: 021-85904932

viernes, 13 de marzo de 2009

Pengembangan Bio-teknologi Rumput Laut

Jakarta -Selama ini kita sering menikmati rumput laut dalam campuran masakan Jepang atau Korea. Ternyata, rumput laut juga bisa dijadikan sumber energi. Pemerintah Korea dan Indonesia sepakat untuk bekerjasama dalam pengembangan bio-teknologi, rumput laut ini. Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) ini ditandatangani oleh Widi Agoes Pratikto, Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan Kyoung-hoan Na, President Korea Institute of Industrial Technology (KITECH), sebuah Badan Pemerintah yang berfungsi mengembangkan teknologi. Penandatanganan MoU tersebut dari Indonesia disaksikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perdagangan, adapun dari Korea oleh Menteri Perekonomian Berbasis Pengetahuan (Minister of Knowledge Economy). Acara berlangsung di sela-sela Indonesia-Korea CEO Business Dialog yang diselenggarakan oleh KADIN dan KCCI (Korea Chamber of Commerce and Industry) pada hari Sabtu, 7 Maret 2009 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.

Bentuk kerjasama yang diharapkan dalam bidang bio-fuel dari rumput laut, sebagaimana hasil pembicaraan kunjungan pendahuluan Kepala Pusat Data dan Informasi DKP, Soen’an Hadi Poernomo, ke Korea pada akhir tahun lalu. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata implementasi Visi Nasional Korea, yakni “Low Carbon, Green Growth”, sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Lee Myung-bak pada HUT Republik Korea ke-60 tahun, tanggal 20 Agustus 2008 yang lalu.

Rupanya impian dan harapan Korea dan Indonesia memiliki titik temu, yakni bersama-sama memperhatikan secara serius implikasi perubahan iklim terhadap kehidupan. Korea menyusun program kongkrit dikaitkan terhadap kebijakan enerji dan perekonomian. Adapun Indonesia mengaitkannya dengan kelautan dan lingkungannya, diantaranya dengan menyelenggarakan World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Inisiative (CTI) Summit yang bertema “Lautan dan Perubahan Iklim” pada tgl 11-15 Mei 2009.

Pertemuan interest kedua negara ini juga sangat mungkin untuk saling mengisi. Indonesia sebagai negara kepulauan dan kelautan yang besar, memiliki lahan dan potensi budidaya rumput laut yang luas. Korea yang memiliki teknologi dan kebutuhan enerji yang tinggi, dapat bersinergi menggarap sumber enerji yang terbarukan tersebut. Lokasi yang dipertimbangkan untuk menjadi area kerjasama adalah propinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan atau Bangka Belitung.

Pemakaian rumput laut sebagai sumber enerji memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan bio-fuel yang terambil dari bahan nabati daratan, seperti tebu, jagung, kelapa sawit, singkong dan lain-lain. Lahan di darat semakin sempit bersaing dengan peruntukan lahan bagi program ketahanan pangan dan pemukiman. Usaha bio-fuel ini bila pengembangannya menggunakan lahan hutan, tentu berimplikasi terhadap iklim global pula. Adapun rumput laut, hijaunya di sepanjang pantai diharapkan memiliki peran positif terhadap lingkungan.

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan

Manado Siap Menyambut Konferensi Kelautan Sedunia

Jakarta - Kota Manado sedang membenahi diri karena menjadi tuan rumah World Ocean Conference (WOC) atau Konferensi Kelautan Sedunia. Konferensi ini akan dihadiri sekitar 500 peserta dari 121 negara. Rangkaian dari konferensi tersebut adalah Coral Triangle Initiative Summit (CTI Summit) yang akan menghadirkan enam kepala Negara CTI, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon serta mitra CTI, yaitu Australia dan Amerika Serikat. Selain itu akan digelar berbagai side events WOC yang akan diikuti sekitar 1.500 peserta dari seluruh dunia.

Fasilitas lainnya yang sedang  disiapkan adalah membangun lima hotel berbintang dengan kapasitas 3.000 kamar dan harus sudah siap sebelum Mei 2009. Bahkan Bandara Sam Ratulangi pun dibenahi. Fasilitas garbarata ditambah, ruang VIP diperluas, ruang imigrasi dirapihkan dan apron bandara diperlebar agar mampu menampung 20 pesawat VVIP.

Bahkan Jalan Boulevard dari Bandara Sam Ratulangi menuju Kota Manado dibuat empat lajur. Di samping itu, pembangunan Grand Kawanua International Convention Centre berkapasitas 3.000 orang dikebut pembangunannya.

Sarana wisata ke Taman Laut Bunaken seluruhnya harus selesai sebelum Mei 2009. Juga persiapan sarana pembangkit listrik tenaga panas bumi 3 x 20 Megawatt, sarana telekomunikasi dan transportasi, internet Wimax.

Waktu bergerak cepat, semua menghitung hari, persiapan WOC’09 kerjasama lintas sektor terus berdenyut. Indonesia tengah meneguhkan dirinya untuk menjadi salah satu negara kelautan yang tangguh di dunia.

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan

Semarak Pesta Anak Peduli Air

Cianjur – Selepas sholat Jum’at, diantara deretan meja pameran yang memeriahkan ulang tahun ke-29 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terlihat warna warni pakaian daerah dikenakan anak-anak.

Mereka datang dari Jakarta, Tangerang, Bogor dan Cianjur. Hari itu, tanggal 6 Maret 2009 mereka akan menunjukkan prestasinya dibidang seni, wujud kepeduliaan terhadap lingkungan dan  air yang semakin kritis kondisinya.

Dihadapan 150 orang anak, pesta pun dibuka oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Ir. Sumarto, M.M. Sebelum mereka pentas, anak-anak diajak bermain Tupai dan Pemburu oleh Deny Boy Mochran. Lima orang anak mewakili sekolahnya untuk bermain Tupai dan Pemburu. Permainan ini berhasil mencairkan ketegangan diantara anak-anak.

Selepas bermain Tupai dan Pemburu, 36 orang anak berseragam putih dari SD Giri Mukti, Cianjur, bermain angklung dengan cantik membawakan lagu visi misi Cianjur.Sedangkan dari Jakarta, ada SD Benhil 12 Jakarta, dengan paduan suaranya membawakan tiga lagu. Tak kalah menarik adalah penampilan dari SD. Katolik Ricci II, dari Tangerang. Mereka memainkan alat-alat musik dari barang bekas, seperti botol gallon, pipa paralon dan kaleng.

Selain alat musik dari barang bekas, Pesta Anak Peduli Air juga bertambah meriah dengan petikan kecapi dari SD Jayagiri yang mengiringi rampak sekar. Semua mencerminkan kecintaan anak-anak pada alam dan lingkungan yang semakin rusak dan mengajak kita untuk menjaganya.

Sekolah Dasar di sekitar kawasan Gunung Gede Pangrango dan Cianjur banyak menampilkan tarian daerah dan puisi-puisi tentang alam. Misalnya dari SD Negeri Cimacan membacakan sajak sunda berjudul Lodaya, yang menceritakan keberanian Harimau.

Peserta Pesta Anak ini selain yang sudah disebutkan tadi, antara lain : SD Negeri Polisi 4, Bogor, SD Negeri Rarahan, Cianjur, SD Negeri Cijedil yang mendendangkan Pupuh Kawih. SD Negeri Sukanagalih I, Pacet, membawakan Tari Klasik Sekar Putri dan jaipongan. Juga MIS Al-Ikhklas, Gunung Putri membawakan Jaipongan. Tak kalah gagahnya, tarian Kuda Lumping yang dibawakan SD Negeri Tegallega 1, Bogor menambah kemeriahan Pesta Anak ini.

Disela-sela penampilan mereka, ada dongeng dari Koen Setyawan, penulis buku satwa seri Indonesia yang menceritakan tentang Harimau dan belangnya. Anak-anak tampak serius mendengarkan dongeng dari Koen.

Selesai pentas dan mendengarkan dongeng, di akhir acara, peserta diajak menonton film yang berjudul “Serasi Bersama Alam”. Puas rasanya menyaksikan kegembiraan di wajak anak-anak. Saat diberi ruang, mereka bisa mengekpresikan dirinya dengan maksimal.

martes, 10 de marzo de 2009

Benteng Terakhir Untuk Melindungi Kepunahan Owa Jawa

Bogor-Taman Nasional Gunung Gede Pangrango , seluas 21.975 hektar merupakan salah satu taman nasional yang tertua di Indonesia, yang memiliki peran penting sebagai sistem penyangga kehidupan. Sebagai kawasan konservasi dengan misi untuk perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Keutuhan dan kelestarian ekosistem TNGGP telah berjasa menyelamatkan Owa Jawa dari kepunahan, benteng bagi kota Jakarta dari mencegah banjir bandang saat musim penghujan.

Sebagai benteng perlindungan bagi Owa Jawa, TNGGP, Ditjen PHKA bersama-sama dengan Conservation International dan Yayasan Owa Jawa, telah melakukan program penyelamatan dan rehabilitasi Owa Jawa di areal Bodogol dengan membangun Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi owa jawa yang bertujuan untuk menyelamatkan dan merehabilitasi Owa jawa yang berasal dari masyarakat.

Sebagai kawasan konservasi yang merupakan taman nasional model, TNGGP memberikan air sebagai sumber kehidupan bagi lebih dari 23 juta jiwa, tidak hanya bagi penduduk di tiga kabupaten yang mengelilinginya, tetapi juga bagi penduduk di Jakarta, Lebak, Pelabuhan Ratu,Tangerang, Depok dan Bekasi. TNGGP merupakan penyumbang air bagi 4 Daerah Aliran Sungai DAS besar, yaitu Ciliwung, Cisadane, Cimandiri dan Citarum.

“Berbagai bencana terkait air seperti banjir dan kekeringan di kawasan hilir dan tengah seperti di Jakarta memang sudah berlangsung lama. Namun kian tahun semakin bertambah parah. Taman Nasional kita-TNGGP, sebagai daerah tangkapan dan resapan air telah berperan optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari ekosistem dalam ikut mengatur tata air. Namun peran tersebut saat ini terasa dibebankan hanya pada kawasan TNGGP sebagai kawasan konservasi, yang mana seharusnya juga diemban oleh kawasan hulu lainnya–Puncak-di luar kawasan TNGGP Untuk itu menjadi penting terhadap upaya perlindungan daerah hulu-tengah-hilir DAS Ciliwung dan Cisadane melalui program-program perlindungan yang berbasis kemandirian, transparansi dan akuntabilitas atau yang sering kita sebut sebagai good governance” ujar Ir. Sumarto, MM., Kepala Balai Besar TNGGP.

Sebagai kawasan konservasi, TNGGP juga memberikan manfaat besar bagi kehidupan masyarakat dari jasa pemanfaatan air. Inisiasi pemanfaatan jasa lingkungan air dari kawasan TNGGP untuk mendukungan aktivitas ekonomi dan sosial kemasyarakatan bagi desa sekitar kawasan, telah diwujudkan oleh TNGGP dengan mitra Bina Usaha Lingkungan dan Conservation International Indonesia . Melalui Program Pengembangan Listrik Komunitas di Dusun Batu Kembar–Desa Ciderum-Caringin, diwujudkan pemenuhan energi mandiri melalui energi terbarukan yang ramah lingkungan yang berbasis komunitas, karena ketersediaan energi listrik di dalam suatu komunitas masyrakat, merupakan pintu gerbang menuju terciptanya masyarakat yang sejahtera.

Inisiasi awal ini merupakan fase rintisan akan menjadi percontohan untuk diduplikasikan menjadi program Pusbalikom di desa-desa lain di Indonesia, sehingga desa-desa lain juga akan memiliki energi mandiri melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro , dan merupakan gerakan berbasis masyarakat, dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Informasi lebih lanjut:
1. Ir. Sumarto, MM. | Kepala BB TN Gunung Gede Pangrango | 0263-512776 | sumarto@gedepangrango.org
2. Dra. Ratna Widuri, MSi. | Kepala Sub Bagian Humas BB TNGGP | 0812 1050082 | info@gedepangrango.org
3. Dr. Jatna Supriatna | Direktur Conservation International Indonesia | 0812 817 0314 | ci-indonesia@conservation.or.id
4. Dr. Noviar Andayani | Yayasan Owa Jawa | 0811 118 954 | jgc_owajawa@yahoo.com
5. Novrida Masli | Yayasan Bina Usaha Lingkungan - YBUL | 0813 108 09527 | novrida@ybul.or.id

Catatan untuk editor:
• Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan taman nasional pertama di Indonesia yang mewakili ekosistem hutan pegunungan tropis Indonesia. Informasi lengkap silahkan kunjungi gedepangrango.org

• Conservation International (CI) adalah organisasi non-profit internasional yang menerapkan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan murni, ekonomi, kebijakan dan partisipasi masyarakat untuk melindungi wilayah wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi di dunia dan menunjukkan manusia dapat hidup harmoni dengan alam. CI berdiri pada tahun 1987 dan bekerja di lebih dari 40 negara. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi conservation.org atau conservation.or.id

• Yayasan Owa Jawa, adalah lembaga nirlaba yang bergerak dalam kegiatan konservasi Owa Jawa. Pada saat ini bekerjasama dengan Ditjen PHKA, Conservation International Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Universitas Indonesia dan Silvery Gibbon Project untuk mengembangkan Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di daerah Bodogol-kawasan TN Gunung Gede Pangrango.

• Yayasan Bina Usaha Lingkungan - YBUL, adalah sebuah organisasi nirlaba yang berlokasi di Jakarta, dan bekerja untuk seluruh wilayah di Indonesia Bidang kerja YBUL meliputi energi pedesaan dan energi terbarukan, perubahan iklim dan pemberdayaan usaha berbasis rakyat yang ramah lingkungan. YBUL memusatkan segenap karya dan pikirannya menuju Justice in Energy-keadilan dalam berenergi, karena setiap rakyat Indonesia seharusnya memiliki hak yang sama, proporsional dan berwawasan lingkungan dalam memanfaatkan sumber energi untuk meningkatkan kesejahteraannya untuk informasi lengkap silahkan kunjungi ybul.or.id.

Sumber : gedepangrango.org

jueves, 5 de marzo de 2009

29 Tahun Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Menuju Taman Nasional Model Terbaik di Asia

SIARAN PERS
Cianjur, 6 Maret 2009. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki arti penting dalam sejarah konservasi Indonesia.  Sejak tahun 1800-an, kawasan ini telah dikenal sebagai tempat penelitian botani hingga saat ini.  Dalam perkembangannya, pada tahun 1977 kawasan TNGGP juga ditetapkan oleh UNESCO sebagai area inti Cagar Biosfer Cibodas.  Pada tanggal 6 Maret 2009 ini, TNGGP telah genap berumur 29 tahun sebagai taman nasional.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, TNGGP terletak di 3 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Ir. Sumarto, MM. mengatakan, ”Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memberikan air sebagai sumber kehidupan bagi lebih dari 23 juta jiwa, tidak hanya bagi penduduk di tiga kabupaten yang mengelilinginya, tetapi juga bagi penduduk di Jakarta, Lebak, Pelabuhan Ratu,Tangerang, Depok dan Bekasi.” TNGGP merupakan sumber air raksasa yang menjadi hulu dari 4 Daerah Aliran Sungai besar, yaitu Ciliwung, Cisadane, Cimandiri dan Citarum.

Sebagai perintis dalam pengembangan pendidikan lingkungan, pada hari ulang tahun TNGGP, juga telah melakukan revitalisasi Pusat Informasi Pengunjung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang secara seremonial dilakukan oleh Sekretaris Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. Pusat Informasi Pengunjung juga berfungsi sebagai wahana pendidikan konservasi alam bagi pengunjung, selain memberikan layanan informasi pelestarian kawasan,pengelolaan kawasan dan informasi pendakian. Peresmian Pusat Informasi Pengunjung ini diharapkan dapat dijadikan langkah awal untuk mewujudkan visi TNGGP sebagai ”Taman Nasional Model yang mantap dan mandiri sebagai lokasi pendidikan konservasi terbaik di ASEAN dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar“.

Selain itu, pada saat yang bersamaan pula telah diresmikan Instalasi Tenaga Listrik Mikrohidro yang berkekuatan 2.500 watt–3.000 watt. Pembangunan instalasi pembangkit listrik mikrohidro digunakan untuk mencapai tujuan penggunaan energi listrik yang ramah lingkungan di kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Karena di Cibodas ini memiliki sumber air yang sangat melimpah yang dapat dijadikan sebagai sumber energi listrik. Selain hal tersebut juga dijadikan sarana pendidikan lingkungan.

Kawasan TNGGP merupakan salah satu Taman Nasional tertua di Indonesia, diumumkan pada tanggal 6 Maret 1980 sebagai Taman Nasional melalui Keputusan Menteri Pertanian dengan luasan 15.000 ha. Pada tahun 2003, kawasan TNGGP kemudian diperluas menjadi 21,975 ha melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/Kpts II/2003.

Dengan momentum hari jadi tersebut, juga dilaksanakan Sosialisasi Program Komunitas Friends of Gede Pangrango. Direktur Matoa Albarits, Budi Hartono mengatakan,”Pusat informasi pengunjung dan program Friends of Gede Pangrango ini dimaksudkan untuk memberi ruang yang lebih luas kepada publik/ masyarakat umum untuk ikut terlibat dan berpartisipasi aktif dalam melakukan upaya untuk menjaga dan menyelamatkan kawasan TNGGP.”

Pada siang hari ini juga TNGGP bersama Matoa Albarits menyelenggarakan Pesta Anak Untuk Pelestarian Air dengan melibatkan secara aktif sekolah-sekolah yang berada di Jakarta,Bekasi, Bogor, Tangerang serta daerah terdekat seperti Cibodas, Cipanas dan Cianjur di SDN Benhil 12 Pagi Jakarta, SD Tegalega 1 Bogor, SD Katolik Ricci 2 Pondok Aren Tangerang, SD Jayagiri Rarahan Cibodas, SD Sukana Galih 1-  Cipanas, SDN Polisi 4 Bogor, SD Jayagiri Rarahan Cibodas, SDN Cimacan 1, Cianjur, SD Sukana Galih 1, Cipanas, SDN Cijedil Cugenang Cianjur dan lain-lain. Dengan harapan generasi muda penerus bangsa memahami fungsi penting Taman Nasional sebagai daerah resapan air yang sangat penting bagi kawasan di kawasan JABODETABEK.

Sasaran semua program ini adalah seluruh masyarakat dunia dimana saja berada, yang memiliki keperdulian terhadap penyelamatan kawasan TNGGP. Melalui sistem kemitraan diharapkan akan ada peningkatan kesadaran pentingnya kawasan ini bagi umat manusia sehingga menjadi kewajiban kita semua untuk selalu menjaga kelestariannya.

Informasi lebih lanjut:

Ir. Sumarto, MM. | Kepala BB TNGGP | 0263-512776|sumarto@gedepangrango.org
Dra. Ratna Widuri, MSi.| Kepala SubBag Humas| 0812 105 0082 | info@gedepangrango.org
Budi Hartono | Direktur Matoa Albarits | 0812 817 0314 |budi@matoa.org
Novrida Masli | YBUL  | 0813 108 09527 | novrida@ybul.or.id

Catatan untuk editor:


Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan taman nasional pertama di Indonesia yang mewakili ekosistem hutan pegunungan tropis Indonesia. Informasi lengkap silahkan kunjungi gedepangrango.org


Matoa Albarits adalah LSM lingkungan hidup yang beraktifitas sebagai penyedia media lingkungan hidup yang berbasis di Bogor. Dengan misi sebagai pemberi inspirasi, bangun lingkungan lebih baik dan wujudkan gaya hidup ramah lingkungan. Informasi lengkap silahkan kunjungi matoa.org


Yayasan Bina Usaha Lingkungan - YBUL, adalah sebuah organisasi nirlaba yang berlokasi di Jakarta. Bidang kerja YBUL meliputi energi pedesaan dan energi terbarukan, perubahan iklim dan pemberdayaan usaha berbasis rakyat yang ramah lingkungan. YBUL memusatkan segenap karya dan pikirannya menuju Justice in Energy-keadilan dalam berenergi, karena setiap rakyat Indonesia seharusnya memiliki hak yang sama, proporsional dan berwawasan lingkungan dalam memanfaatkan sumber energi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk informasi lengkap silahkan kunjungi ybul.or.id

Kancil Putih

Pernahkah anda melihatnya? saya pernah yaitu saat saya berkunjung ke Kota Malinau di Kalimantan Timur, saat itu Bpk IGNN Soetedja selaku kepala Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, menunjukkannya kepada saya. Beliau sangat ingin sekali LIPI melakukan penelitian keberadaan kancil ini, karena masih ada pertanyaan apakah ini species baru ataukah jenis albino.

Ada yang bilang itu adalah jenis albino, sayangnya cita-cita beliau belum sempat tercapai untuk mengirimkan kancil putih ini ke LIPI bogor dalam kondisi hidup-hidup.

miércoles, 4 de marzo de 2009

Menggapai Harapan dengan Energi Terbarukan

Aplikasi dalam kehidupan masyarakat desa
Udara terik begitu menyengat saat tiba di Desa Manikin, kecamatan Tarus, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun walaupun terik panas begitu menyengat, terasa sekali udara yang bersih bebas dari polusi. Udara kering dan panas adalah biasa di wilayah ini, karena hampir 8-9 bulan merupakan musim kemarau, sedangkan musim hujan rata-rata setiap tahun hanya 3-4 bulan saja. Sehingga pemandangan rumput kuning dan kering sudah menjadi pemandangan yang umum kita temui di sebagian besar wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur ini.
Selain dikenal dengan masa musim kemarau yang panjang, wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur dikenal juga sebagai wilayah kepulauan, yang terdiri dari gugusan pulau besar Flores, Sumba, Timor dan Alor atau biasa disebut sebagai tanah Flobamora. Apabila dijumlah ternyata terdapat kurang lebih 566 buah pulau, dengan luas daratan sekitar 47 ribu km2. Walaupun memiliki daratan yang luas kepadatan penduduknya per km2 hanya 82 orang. Dengan kondisi geographis seperti ini, tidak aneh jika masih banyak wilayah yang terisolir karena tidak didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti akses jalan, jaringan listrik maupun komunikasi.
Kondisi di Nusa Tenggara Timur merupakan cermin kondisi yang masih amat lazim ditemui di daerah lain di Indonesia. Buruknya kondisi infrastruktur tentunya berpengaruh pada tingginya biaya distrbusi barang keperluan rumah tangga maupun input kegiatan ekonomi masyarakat, termasuk minyak tanah, yang pada akhirnya menyulitkan pertumbuhan pembangunan pedesaan.
Melihat kondisi umum ini, maka YBUL sebagai salah satu organisasi non pemerintah yang telah berdiri sejak tahun 1993, mencoba mengambil peran dalam pembangunan masyarakat pedesaan, melalui penerapan teknologi yang memanfaatkan sumber energi yang terbarukan (renewable energy). YBUL berharap dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan tersebut, masyarakat dapat melakukan kegiatan bernilai tambah yang menghasilkan kontribusi pada pendapatan keluarga. Selain itu, pemakaian teknologi ramah lingkungan juga dapat menurunkan ongkos produksi dibandingkan jika menggunakan minyak tanah, sehingga masyarakat dapat menghemat.
Berkenalan Dengan Oven Matahari
Kegiatan yang dilakukan oleh YBUL di kampung Manikin, Oebelo dan Noilbaki Kecamatan Tarus, Kabupaten Kupang merupakan salah satu contoh introduksi teknologi yang memanfaatkan kekayaan sumber daya energi alam, yaitu oven dengan tenaga matahari. Oven ini terbuat dari bahan yang murah dan mudah ditemui di setiap tempat seperti multiplek, kaca, cermin dan alumunium foil. Cara membuatnyapun sederhana, sehingga apabila dihitung biaya produksinya berkisar 300 ribu rupiah per buah. Untuk mengoperasikan alat ini pun sangatlah mudah, dengan dibawa ketempat terbuka kemudian cermin diarahkan sesuai dengan posisi matahari, maka proses memasakpun bisa segera dilaksanakan.
Oven dengan tenaga matahari ini bisa dipergunakan untuk memasak ikan pindang, roti dan berbagai kue lainnya. Rata-rata dalam satu hari kegiatan memasak sudah dapat di mulai dari jam 9 pagi sampai jam 3 siang. Pengalaman selama ini dalam satu hari dapat memasak ikan pindang sebanyak empat kali, sedangkan kalau untuk membuat kue dapat menyelesaikan 15 loyang. Karena tidak menggunakan api, maka perawatan oven tenaga matahari ini pun sangatlah sederhana, cukup dibersihkan setelah digunakan dan disimpan ditempat yang kering. Dengan pemeliharaan yang baik maka masa pakai oven ini bisa lebih dari 3 tahun.
Dari segi pendapatan masyarakat ternyata terjadi peningkatan yang nyata, apabila dipergunakan untuk membuat ikan pinggang ternyata terjadi peningkatan nilai rata-rata 2500 rupiah per kg, sehingga perhari terjadi peningkatan nilai sekitar 20.000 rupiah perhari karena oven mampu memasak 8kg perhari. Apabila dipergunakan untuk membuat roti, rata-rata penghasilan bersih sekitar 6000 rupiah perhari. Penghematan penggunaan minyak tanah pun sangat terasa yaitu berkisar 1-2 liter per hari yang harganya saat ini 1.200 rupiah per liter, sehingga dalam satu bulan terjadi penghematan biaya penggunaan minyak tanah sebesar Rp 36.000 – Rp 72.000 serta terjadi penambahan pendapatan berkisar Rp 150.000 – Rp 500.000 per bulan. Kegiatan di di kampung Manikin, Oebelo dan Noilbaki membuktikan bahwa penerapan teknologi ramah lingkungan dapat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat, karena terjadi penghematan biaya hidup dan terjadinya peningkatan pendapatan. Sayangnya, karena mengandalkan keberadaan sinar matahari yang cukup, pemanfaatan oven ini hanya efektif selama 8-9 bulan di musim kering.
Mengingat sangat mudah membuat dan mengoperasikan alat ini maka oven ini dapat direplikasi diberbagai tempat yang memiliki iklim dan lingkungan yang memadai, terutama sangat cocok di wilayah pesisir ataupun berbagai kepulauan di Indonesia.

Roti Matahari
Masa anak-anak merupakan masa yang indah dan penuh kegembiraan, begitupula yang dialami oleh murid-murid TK di Noellbaki, Kecamatan Tarus. Bagi ibu Nyongki Hipir, kegembiraan anak-anak merupakan bagian kehidupannya setiap hari, karena penganan yang ia sediakan bagi murid TK adalah roti panggang matahari. Ia menjual roti setiap potongnya seharga Rp 250,- dan rata-rata setiap hari mampu memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 6.000,-.
Roti hasil oven tenaga matahari, kini telah menjadi sumber kehidupan dan mata pencarian keluarganya yang sangat berarti bagi kehidupannya sehari-hari.


Tantangan Oven Matahari
Walaupun secara ekonomi penggunaan oven matahari ini sangatlah efektif, namun untuk membiasakan para ibu memasak disebuah tempat terbuka bukanlah hal mudah, karena pada umumnya mereka terbiasa memasak di dapur dengan menggunakan kompor minyak tanah ataupun kayu baker. Hal ini tentu saja merupakan tantangan dalam menerapkan kegiatan lebih lanjut.
Keterbatasan lainnya dari oven ini adalah volumenya yang kecil, sehinga menyebabkan hanya ikan-ikan berukuran kecil yang bisa masuk. Padahal hasil tangkapan ikan nelayan Kupang pada umumnya berukuran besar. Begitupula dengan ukuran loyang rotipun yang bisa dipakai adalah yang berukuran sedang dan kecil. Sehingga untuk penerapan selanjutnya perlu dipikirkan pembuatan oven dengan kapasitas yang lebih besar.
Yang menantang dari penerapan oven tenaga matahari di masa datang adalah menjadikan alat ini sebagai salah satu peralatan memasak pokok yang perlu dimiliki oleh keluarga yang tinggal di iklim panas, sebagaimana panci, penggorengan, ataupun kompor minyak tanah. Karena manfaat yang bisa diperoleh dengan menggunakannya begitu nyata. Penghematan penggunaan minyak tanah yang harganya sudah semakin mahal begitu nyata. Selain itu, dapat dipergunakan untuk memperoleh pendapatan tambahan. Tentunya bentuk dan daya tampung dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Usaha produksi dan penjualan oven matahari dapat menjadi peluang bisnis yang tidak kecil.

Oven Pemersatu
Cara penggunaan oven yang harus di halaman rumah rupanya memancing perhatian warga. Sebanyak 16 buah oven dibagikan untuk digunakan secara berkelompok kepada 37 orang anggota masyarakat kecamatan Tarus peserta pelatihan. Oven sering dipakai secara bersama-sama atau bergiliran untuk berbagai kepentingan.
Apabila ada satu keluarga sedang mengadakan pesta, atau syukuran maka oven sering dipinjam-pinjamkan untuk membuat berbagai penganan.
Sebagai daerah yang pernah terjadi kerusuhan, keberadaan oven dapat membangun semangat kebersamaan dan persatuan kembali warga Tarus.



1. Karya Ir. Herliyani Suharta, Solar Cooker Aplication Group, untuk diaplikasi YBUL
2. Catatan perjalanan budi hartono, sebagai evaluator proyek YBUL.

lunes, 2 de marzo de 2009

LSM Menolak Peraturan Menteri Pertanian

Selama bulan Februari, teman-teman LSM ramai membicarakan tentang pencabutan Peraturan Menteri Pertanian No. 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit. Sontak banyak menimbulkan reaksi dari kalangan LSM yang tidak setuju tentang perluasan perkebunan kelapa sawit. Khususnya LSM yang peduli terhadap habitat orangutan.

Novi Hardianto, Juru Kampanye Habitat dari Center Orangutan Protection , menuliskan bahwa penghancuran lahan gambut merupakan penghancuran habitat orangutan, yang pengaruhnya sangat luas dalam keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis, karena lahan gambut merupakan bagian dari rumah orangutan yang dilindungi UU No. 5 Tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Selain itu, jika sawit dipaksakan masuk ke lahan gambut akan terjadi bencana ekologis karena mono kultur tidak dapat berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem, justru menambah rusak kawasan karena ada pembabatan kayu secara massal. Karena lahan gambut adalah habitat dan tempat mencari makan orangutan.

Tak heran COP meminta pemerintah untuk mencabut Peraturan Menteri Pertanian yang dianggap akan menghancurkan habitat orangutan dan meningkatnya emisi CO2 hingga 50 % dalam 20 tahun mendatang.

Berbeda COP, Sawit Watch dalam siaran persnya menegaskan potensi dampak yang akan ditimbulkan apabila peraturan tersebut diberlakukan. Cepat atau lambat, peraturan itu bisa menghilangkan hak dan kebutuhan-membenarkan pengambil-aliahn hak masyarakat lokal dan masyarakat adat atas tanah dan sumber daya lainnya yang secara tradisional mereka miliki atau kuasai dan manfaatkan dalam kawasan sosial dan interaksi budaya.

Permentan tersebut juga berpotensi menimbulkan dampak mempercepat peningkatan laju deforestasi dan degradasi di kawasan gambut karena peraturan ini dibuat tanpa adanya penelitian dan konsultasi secara sosial dan lingkungan.

Mungkinkah Permentan akan dicabut setelah banyaknya penolakan dan reaksi dari kalangan LSM karena dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi budidaya kelapa sawit di lahan gambut? Mana yang akan didahulukan oleh pemerintah, kepentingan ekonomi atau kondisi lingkungan yang semakin terancam?

Sumber: Sawit Watch & COP

Pesta Anak Untuk Pelestarian Air

Dalam rangka 29 tahun Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tanggal 6 Maret 2009, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama Matoa Albarits, menyelenggarakan Pesta Anak Untuk Pelestarian Air.

Akan hadir siswa - siswi sekolah dasar dari Jakarta, Bogor, Cipanas dan Cianjur, untuk menampilkan atraksi seni yang bertemakan pelestarian air.

Mereka juga akan diperkenalkan fasilitas terbaru yang sudah disediakan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu Pusat Informasi Gede Pangrango dan Theatre, sehingga para pengunjung mendapatkan informasi mengenai Taman Nasional secara lengkap dan manfaatnya bagi diri mereka.

Bagi yang tidak bisa mengunjungi pada hari Jumat, 6 Maret 2009, maka pada long weekend ini bisa mengunjungi pada tangal 7-8-9 Maret, Patugas dari Taman Nasional dan Matoa Albarits akan dengan senang hati menerima tamu-tamu yang datang.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi email mhakbar@matoa.org atau hendaru@matoa.org

Pengembangan Tanaman Cendana

Pemilihan Umum 2009 memiliki asas One Man One Vote. Bersamaan dengan momentum Pemilu 2009, Presiden menargetkan, bangsa Indonesia harus bisa menanam One Man One Tree yang sudah dimulai sejak awal Februari 2009.

Kegiatan menanam pohon sebetulanya sudah dimulai sejak tahun 2007. Targetnya pun berbeda setiap tahunnya. Tahun 2007, harus menanam 79 juta bibit pohon, realisasinya 86,9 juta pohon. Berikutnya, pada 2008, target 100 juta bibit pohon, ternyata berhasil menanam 109 juta pohon.Tahun 2009 ini targetnya, sesuai dengan jumlah penduduk Indonesia, 230 juta jiwa, Bangsa Indonesia harus menanam sebanyak 230 juta pohon.

Berkaitan dengan One Man One Tree, tanggal 12 Februari 2009 lalu, Menteri Kehutanan, M.S. Kaban bersama Gubernur Nusa Tenggara Timur telah melakukan penanaman dan pencanangan pengembangan tanaman Cendana. Penanaman Cendana ini dilakukan di Desa Ponai, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pertimbangan menanam Cendana di Desa Ponai, selain kondisi dan waktu, juga didukung musim hujan masih sangat baik. Akses jalan menuju lokasi pun cukup baik. Selain itu, di Desa Ponai telah ada Kelompok Tani Cendana binaan Balai Penelitian Kehutanan Kupang yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana. Program rehabilitasi pohon Cendana di Nusa Tenggara Timur, adalah prakarsa Menteri Kehutanan di tahun 2006.

Saat pencanangan, telah dipersiapkan areala seluas 1,7 hektar dan bibit Cendana sebanyak 1.200 batang. Sebelumnya, pada minggu ketiga, Desember 2008 telah ditanam sebanyak 7.700 bibit Cendana yang disiapkan BPK Kupang dan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta di areal seluas 5,3 hektar di pekarangan dan kebun Masyarakat.

Untuk kesiapan bibit, sampai dengan September 2008, bibit generatif di BPK Kupang sebanyak 10.000 batang dan siapa tanam pada bulan Desember 2008 . Sementara, BPDAS Benain Noelmina Kupang, juga memiliki bibit generatif sebanyak 20.000 batang yang siap ditanam pada bulan Desember 2008 lalu.

Sedangkan bibit vegetatif dengan kultur jaringan, B2PBPTH Yogyakarta telah menyiapkan sebanyak 700 batang dan siap tanam pada pertengahan tahun 2009 ini. Sementara bibit Cendana dengan kultur jaringan dari Puslit Bioteknologi LIPI saat ini baru dalam tahap multiplikasi dan baru siap tanam pada akhir tahun 2009 nanti.

Tanaman ini bisa tumbuh pada ketinggian 50 -1200 m dpl, dengan curah hujan 625 1625 mm/th dengan bulan kering 9-10 bulan. Saat ini populasi Cendana sangat mengkhawatirkan, terancam punah. Dari tahun 1987 – 1997, populasi pohono Cendana di NTT mengalami penurunan hingga 53,96%.

Kata Cendana, identik dengan wewangian untuk perawatan tubuh wanita. Ada minyak Cendana, rempah-rempah, aromatherapy, campuran parfum atau bahan dupa. Cendana adalah tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur, seperti Pulau Timor, Sumba, Alor, Solor, Pantar, Flores, Roti dan pulau-pulau lainnya. Cendana juga bisa dijumpai di Gunung Kidul, Imogiri, Kulon Progo, Bondowoso dan Sulawesi.

Cendana adalah, tanaman komoditi dan potensial bagi perekonomian di Indonesia. Nilai ekonomi itu didapat dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Melalui penyulingan, minyak Cendana dapat digunakan sebagai perawatan tubuh, obat-obatan dan bahan minyak wangi atau parfum tadi. Kayunya juga bernilai ekonomi, dapat digunakan sebagai kerajinan ukiran, patung, kipas, tasbih dan lain-lain.

Saat ini minyak Cendana banyak di ekspor ke Eropa, Amerika, China, Korea, Taiwan dan Jepang. Untuk produk kerajinan kayunya, masih untuk konsumsi dalam negeri saja. Setiap tahun, kebutuhan minyak Cendan dunia, sekitar 200 ton. Dari jumlah tadi, kebanyakan disuplai dari India, yait 100 ton (50 %). Sisanya dari Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji, masing-masing mensuplai 20 ton, jadi masing kekurangan sekitar 80 ton per tahunnya.

Jadi, Indonesia masih punya peluang untuk memenuhi kebutuhan Cendana dunia.

Sumber: menlh.go.id

domingo, 1 de marzo de 2009

KUMIS KUCING TELAPAK RAMBAH PERANCIS

Dalam sebuah upacara sederhana, para-petani hutan di kaki Gunung Pangrango dan Telapak melepas sebuah peti kemas 20 feet yang bermuatan daun Kumis Kucing (Orthosiphon spp.) kering untuk diekspor ke Perancis.  Daun Kumis Kucing kering tersebut merupakan hasil tanaman para petani-hutan di tepi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango.  Para petani-hutan dari kedua desa tersebut telah mengusahakan jenis tanaman ini sejak 2 tahun terakhir secara organik.  Upacara pelepasan tersebut sekaligus menandai dilakukannya ekspor perdana produk herbal organik dari masyarakat petani-hutan. 
Sejak dua tahun yang lalu, Telapak telah melakukan serangkaian kegiatan pendampingan dan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar hutan di Jawa Barat.  Rangkaian kegiatan itu dilakukan dengan sebuah harapan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan lestari berbasis masyarakat.  Juru bicara Telapak, Rina Agustine mengatakan, “Pelestarian alam tidak harus bertentangan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat.  Kami membuktikannya melalui kegiatan pendampingan ini.”   
Kumis Kucing merupakan jenis tanaman herbal yang dapat tumbuh subur di bawah tegakan hutan.  Sebagai produk herbal, daun Kumis Kucing memiliki harga jual yang relatif mahal.  Di lain pihak usaha pertanian Kumis Kucing di bawah tegakan pohon juga tidak berdampak negatif pada fungsi ekologis hutan.  Keunggulan jenis tanaman ini telah mendorong pengembangan usaha Kumis Kucing oleh Telapak bersama kelompok petani-hutan di Jawa Barat. 
Selain mengembangkan usaha penanaman Kumis Kucing, Telapak juga membantu upaya pemasaran produk herbal ini ke pasar dunia.  Sebuah perusahaan di Perancis, L’ Herbier du Diois, ternyata menaruh perhatian yang sangat besar pada pasokan produk Kumis Kucing dari Indonesia.  Mereka berminat untuk memperoleh pasokan daun Kumis Kucing kering dari usaha kelompok petani-hutan yang didampingi oleh Telapak.  Setelah melalui beberapa kontak awal dan pengiriman sample, akhirnya kegiatan ekspor perdana produk ini pun berhasil dilakukan.  Ekspor perdana ini membuktikan kemampuan bersaing dari model tani-hutan lestari di pasar global.   

“Kami mengajak industri berbasis tanaman herbal dunia untuk mendukung upaya ini dengan membeli produk herbal dari usaha tani-hutan oleh masyarakat.  Jika upaya ini berkembang, maka bukan tidak mungkin ia menjadi solusi atas krisis ekonomi dan lingkungan global!” kata Rina Agustine. 

Sumber Telapak