viernes, 22 de mayo de 2009

Saga Manis Untuk Obat Sariawan

Teringat waktu kecil, saat bibir nenek terkena sariawan. Terus Nenek mengambil tanaman merambat  di halaman rumah, dan dia kunyah daunnya. Daunnya  kecil-kecil,  mampu mengobati sariawan di bibir nenek. Dia menyebutnya daun saga.

Di beberapa daerah, Saga memiliki nama yang berbeda. Orang Jawa menyebutnya Saga telik atau Saga manis. Di Aceh disebut Thaga, Sunda menyebutnya Saga areuy atau saga leutik. Sedangkan di Gorontalo namanya Walipopo. Piling-piling nama lokal Saga di Bali. Dan sederet nama daerah lainya seperti; Seugeu (Gayo), Ailalu pacar (Ambon); Saga buncik, Saga ketek (Minangkabau), Kaca (Bugis)

Saga adalah sejenis tumbuhan perdu. Pokok batangnya berukuran kecil dan merambat pada inang membelit-beli ke arah kiri. Daunya mirip daun petai cina tapi berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun Saga menyerupai daun tamarindus indica dengan bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga biasa disebut Saga Manis. Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin.

Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam dukungan tandan bunga. Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Saga dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Lantas apa kegunaan Saga manis selain untuk mengobati sariawan?

• Untuk mengobati sakit amandel, ambil akar saga secukupnya. Tambahkan satu potong kayu manis dan gula batu secukupnya. Setelah itu, semua bahan direbus dengan lima gelas air sampai mendidih. Buat air rebusan akar saga hingga dua gelas atau setengahnya. Setelah itu, saring air rebusan dan diminum dua kali sehari satu gelas pada pagi dan sore.

• Radang mata, ambil satu genggam daun Saga Setelah itu, daun saga digiling halus, kemudian direbus dengan dua gelas air untuk diambil uapnya. Teteskan uap air daun saga untuk mata yang terkena radang.

• Bagi penderita sariawan ambil daun saga secukupnya. Daun saga yang baru dipetik, sebaiknya dijemur beberapa menit agar layu. Lalu, daun saga bisa dikunyah-kunya sampai halus untuk berkumur.

Komposisi :
Daun maupun akar tumbuhan abrus pracatorius antara lain mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, Kalsium Oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan.

Anda tertarik untuk menanam Saga manis di pekarangan rumah. Tidak sulit pembibitan dan merawatnya:

Rendam biji saga dalam air hangat selama satu malam. Setelah itu warnanya akan memudar, biji Saga akan mengembang. Tiriskan, lalu tanam biji Saga dalam polybag berisi tanah dan kompos. Benamkan biji ke dalam tanah. Tunggu sampai satu minggu, sampai muncul kecambah. Kira-kira sudah 20 cm, bibit Saga bisa dipindakan ke dalam pot atau pekarangan rumah.

Perawatan: lihat kelembapan tanah, jangan terlalu sering disiram juga.

Sumber : iptek.net.id

viernes, 15 de mayo de 2009

Sekelumit Cerita Tentang Katak Pohon

Katak pohon biasanya berwarna kecoklatan. Menjelang malam biasanya akan terlihat diantara pepohonan atau tiba-tiba loncat dan menempel di dinding kamar mandi. Beruntung, tanggal 14 Mei 2009 kemaren, PEKA Indonesia mengadakan seminar kecil dengan judul “ Sekelumit Cerita Katak Pohon” oleh Mirza D. Kusrini.

Topik dalam seminar ini berdasarkan penelitian mahasiswa Mirza D. Kusrini di Institut Pertanian Bogor . Bahwa Indonesia, memiliki 408 jenis amphibi dan 102 jenis katak pohon. Lantas siapa saja katak pohon? Yaitu katak yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di pohon. Dengan ciri-ciri memiliki disk pada jari tangan dan kaki yang berkembang dengan baik. Memiliki selaput jari.

“Jadi cirinya ada pentolan atau selaput jarinya. Katak pohon lucu bentuknya. Loncat-loncat, matanya belo jadi popular di ekspor juga,” Jelas Bu Miki begitu panggilan akrabnya.

Katak pohon yang banyak diekspor biasanya diambil dari Papua. Quotanya bisa mencapai 10.000 ribu ekor pertahun. Saat ini ada 60 jenis katak pohon yang bisa diekspor. Salah satu eksportinya ada di Parung.

Mirza D. Kusrini juga menjelaskan, jenis-jenis katak pohon di Jawa, antara lain: Javan Tree Frog, Green Flying-Grog, Gold Striped Tree Frog, Wine-Coloured Tree Forg, Jacobson Tree Frog, Striped Tree Frog, File-eared Tree Frog dan Katak pohon mutiara belum ada nama Inggrisnya.

Banyak hal menarik yang dijelaskan Mirza D. Kusrini tentang katak pohon. Seperti anakan dari Gold Striped Tree Forg, dimana katak pohon ini tidak bermetamorphosis alias tidak mempunyai berudu.

“ Begitu netes langsung jadi katak kecil. Jadi tidak semua yang diajarkan di SD bener semua.” Tegas Mirza.

Seminar hanya dihadiri 10 orang saja, tapi cerita tentang katak semakin menarik. Apalagi cerita saat katak pohon akan kawin. Biasanya katak jantan akan bernyanyi mencari perhatian betina. Begitu betina sudah menentukan pilihan, dia memegang peranan. Terjadilah komunikasi visual.

“Betinanya akan menggendong jantan, loncat-loncat, bisa sangat jauh sekali. Mencari tempat yang nyaman untuk mengeluarkan telurnya. Bisa 5 – 12 jam lamanya, katak pembuahannya diluar. “ Bu Mirza terus bercerita.

Selama ini orang berpikir katak harus bertelor di dalam air. Ternyata tidak, di arboretum IPB, katak pohon itu bertelur di antara daun-daun, biasanya telur-telurnya akan jatuh ke dalam parit. Jadi cukup aman untuk telur katak pohon yang memang membutuhkan air.

Ada dua tipe sarang katak pohon, ada yang bertelur di daun dan ada yang bertelur di tanah. Sekali bertelur biasanya hamper 30 butir. Tidak semuanya menetes, mungkin setengahnya saja.

Katak pohon sangat tergantung dengan musim. Kampus IPB termasuk beriklim bagus untuk katak pohon. Jadi bisa diketahui kapan musim kawin. Sementara di Bedogol, Lido hampir setiap saat bertelur, tidak tergantung musim dan banyak sungai. Intinya tergantung dengan curah hujan.

Dan nyatanya katak pohon tidak selalu berwarna kecoklatan, ada juga yang berwarna hijau dan kekuningan. Apalagi di Amerika Selatan,warnanya cantik-cantik.

“warnanya tuh cantik, menyala, menandakan katak itu beracun. Dan memang kataknya beracun,” tambah Bu Mirza.

Ingin tahu lebih banyak tentang katak pohon? Silahkan gabung di mailinglistnya: forum_herpetologi_indonesia@yahoogroups.com

miércoles, 13 de mayo de 2009

Khasiat Herba Sambiloto

Pernah minum Sambiloto saat membeli jamu gendong ? Saya pernah, saat masuk angin, mbok jamu menambahkan godokkan Sambiloto dalam racikan jamunya. Setelah diminum rasanya pahit minta ampun!

Sambiloto bisa tumbuh liar di tempat terbuka seperti kebun, tepi sungai atau tanah kosong yang agak lembah. Juga di pekarangan rumah. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Batangnya banyak disertai cabang berbentuk segi empat. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang. Permukaan atas daun berwarna hiau tua, bagian bawahnya hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm.

Bunganya berbibir berbentuk tabung kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buahnya kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi empat keping. Bijinya gepeng, kecil-kecil. Berwarna cokelat muda. Jika ingin memperbanyak, bisa dengan biji atau setek batang. Syaratnya, ketinggian tempat 1 meter – 700 meter di atas permukaan laut. Curah hujan tahunan sekitar 2.000 mm - 3.000 mm/tahun .

Perlu diperhatikan, kelembapannya dan penyinarannya sedang saja. Dengan tekstur tanah berpasir. Untuk drainasenya harus baik dengan kedalama air tanah : 200 cm - 300 cm dari permukaan tanah. Untuk kedalaman perakaran, diatas 25 cm dari permukaan tanah.
Bagaimana menanam Sambiloto? Biji Sambiloto dapat disemai dalam polybag. Kira-kira satu minggu akan muncul kecambah. Setelah tingginya 20 cm, kecambah siap dipindahkan kedalam lubang tanaman berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm, dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 meter. Atau bisa ditanam dalam pot bunga.

Bagian yang digunakan dari Sambiloto adalah herba. Dipanen sewaktu tumbuhan ini mulai berbunga. Setelah dicuci, dipotong-potong seperlunya lalu dikeringkan. Herba yang kering sebanyak 10 - 20 gram direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh.
Rebusan herba diminum 3 - 4 kali sehari, atau 4 - 6 tablet.

Untuk pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi, atau tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya digunakan untuk cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang sakit, seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul.
Selain itu, herba Sambiloto juga berkhasiat mengatasi :
- hepatitis, infeksi saluran empedu,
- disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis),
abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas
(bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga
tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,
- demam, malaria,
- kencing nanah (gonore),
- kencing manis (DM),
- TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma),
- darah tinggi (hipertensi),
- kusta (morbus hansen = lepra),
- leptospirosis,
- keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,
- kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa)
dan penyakit trofoblas ganas (tumor trofoblas), serta tumor paru.

Di bawah ini beberapa contoh pemakaian herba Sambiloto untuk mengatasi penyakit:

1. Tifoid , ambil daun sambiloto segar sebanyak 10 - 15 lembar direbus dengan dua
gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.

2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru. Ambil herba kering sebanyak 9 - 15 gram lalu direbus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, rebusan disaring. Air rebusannya diminum sehari dua kali, masing-masing 1/2 gelas saja.

3. Disentri, herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 gram diuapkan selama 3 - 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 gram sambil diaduk. Campuran tersebut lalu diminum, sehari tiga kali
masing-masing sepertiga bagian.

4. Influenza, sakit kepala, demam. Ambil bubuk kering sambiloto sebanyak 1 gram lalu diseduh dengan air panas dalam cangkir. Setelah dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 - 4 kali sehari.

5. Demam, ambil daun Sambiloto segar sebanyak satu genggam lalu ditumbuk. Tambahkan setengah cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang digiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.

6. TB paru. Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, sebanyak 15 - 30 pil.

7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi. Ambil daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan setengah cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan sehari tiga kali.

8. Radang paru, radang mulut, tonsillitis. Gunakan bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 - 4,5 gram, lalu diseduh dengan air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus.

9. Faringitis, ambillah herba sambiloto segar sebanyak 9 gram dicuci lalu dibilas dengan air
matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan airnya ditelan.

10. Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi. Ambil herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g direbus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum dua kali sehari masing-masing setengah gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.

11. Kencing manis, ambil daun sambiloto segar sebanyak setengah genggam dicuci lalu direbus
dengan tiga gelas air bersih sampai tersisa dua seperempat gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum sehabis makan, tiga kali sehari masing-masing tiga perempat gelas.

Di beberapa daerah, Sambiloto mempunyai nama yang berbeda. Misalnya, ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). Bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). Pepaitan (Sumatra). Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China). Xuyen tam lien, cong cong (Vietnam). Kirata, mahatitka (India/Pakistan). Creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).

Sumber : iptek.net.id

lunes, 4 de mayo de 2009

Rebung dari Halaman Rumah

Hari minggu yang lalu, saya bersama istri berkeliling kebun di sekitar rumah kami yang berlokasi di kaki gunung salak, saat itu golok dan sepatu bot sudah kami pergunakan, kenapa? karena kami sedang mencari rebung dari berbagai rumpun bambu yang kami miliki. Kami memiliki bambu andong, kuning, tali, hitam serta bambu betung. Dari semu bambu itu tidak tunas mudanya (rebung) bisa dimakan, hanya bambu betung, kuning dan hitam yang dapat kami ambil untuk dimasak.

Setelah mencari ke berbagi rumpun bambu akhirnya kami mendapatkan juga rebung yang kami cari, walaupun ukurannya tidak terlalu besar tapi dapat kami ambil untuk diolah menjadi sayuran. Pencarian bukan berhenti sampai rebung, namun kami terus mencari daun pepaya, setelah memetik 4 daun, akhirnya kami kembali ke rumah untuk mengolah rebung dan daun pepaya.

Istri saya hari ini ingin sekali memasak rebung dan daun pepaya, karena kami memiliki tanaman sendiri maka tidak perlu kami beli dari pasar, cukup memanennya di halaman rumah. Jadi bagi anda yang memiliki halaman yang cukup kenapa tidak menanam juga tanaman pangan, bisa apa saja, tidak hanya bunga, palem atau angrek sebagai tanaman eksotik. Dengan demikian kita memiliki sumber pangan di halaman rumah. Selamat mencoba.