lunes, 14 de septiembre de 2009

Sistem Informasi REDD Indonesia Berbasis Jejaring Diluncurkan

Jakarta(25/08)- Dalam rangka mempersiapkan diri dalam mengimplementasikan REDD di Indonesia, CIFOR, PILI (Pusat Informasi Lingkungan Indonesia) dan WWF meluncurkan sebuah sistem informasi berbasis jejaring, REDD-I, di Intercontinental Hotel, Jakarta Selatan, Selasa(25/08).

Tahun 2009 ini merupakan tahun yang penting bagi keberlangsungan hutan dunia. Pasalnya pada Desember 2009, konferensi dunia mengenai perubahan iklim, UNFCC, akan melahirkan kesepakatan baru dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Mekanisme REDD diharapkan menjadi bagian dari kesepakatan yang akan dihasilkan tersebut.

“Saat ini kami ingin membantu semua pemangku kepentingan yang berurusan dengan hutan dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan agar mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan guna mengambil bagian dalam percaturan global, nasional, dan lokal mengenai masa depan hutan di negeri ini,” jelas peneliti senior CIFOR Dr. Daniel Murdiyarso.

Peluncuran laman khusus tentang REDD dengan alamat redd-indonesia.org ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi pelaksana proyek REDD di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) Pam E. Minnigh mengemukakan, selain informasi umum mengenai REDD, melalui situs REDD-I, publik juga dapat mengakses artikel-artikel tentang REDD dari institusi resmi maupun media massa, serta hukum dan regulasi yang mengatur REDD di Indonesia.

”Kami mendesain situs ini seinteraktif mungkin. Dalam rubrik konsultasi, pengunjung situs dapat mengajukan pertanyaan seputar REDD di Indonesia yang akan dijawab oleh para ahli kami baik dari CIFOR maupun WWF” ungkap Pam.
Informasi yang akurat dan menyeluruh mengenai REDD memang diperlukan mengingat masih banyak pihak yang masih salah menafsirkan dana dari Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). ”Dana REDD bukanlah dana untuk menjaga hutan tetap lestari, melainkan dana untuk membantu menjaga iklim,” jelas Ketua Sekretariat DNPI (Dewan Nasional Perubahan Iklim) Agus Purnomo. Agus juga menambahkan, ”Kita akan mendapatkan uang karena upaya yang kita lakukan untuk mengurangi perubahan iklim, bukan karena kita mempunyai banyak hutan.”

Terkait dengan implementasi REDD di Indonesia, Ketua Tim Teknik Komisi REDD di Indonesia untuk Menteri Kehutanan, Nur Masripatin mengatakan saat ini pihaknya telah menyiapkan strategi Indonesia pada REDD yang akan dibahas dua minggu mendatang. ”Kita sedang siapkan metodologi maupun regulasinya. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan tiga peraturan terkait REDD,” paparnya.

Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia Fitrian Ardiansyah yang juga hadir dalam peluncuran situs REDD-I menghimbau agar pemerintah mewaspadai persoalan tumpang tindih pengelolaan lahan di Indonesia karena status lahan yang tidak jelas nantinya akan menghambat proyek REDD di Indonesia. Fitrian juga menggarisbawahi pentingnya menginformasikan keuntungan lain yang bisa didapat dari implementasi REDD, ”Faktor benefits itu penting, dengan implementasi REDD kita bukan hanya mengurangi emisi karbon, tapi juga menyelamatkan keanekaragaman hayati hutan serta memajukan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.”
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Sumber: wwf.or.id/?9900/Sistem-Informasi-REDD-Indonesia-Berbasis-Jejaring-Diluncurkan

1 comentario: