lunes, 17 de noviembre de 2008

Ganyong: Alternatif Pangan Lokal dan Obat Tradisional

Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.) berasal dari Amerika Tropika, dan telah tersebar ke Asia, Australia, dan Afrika. Umbi mudanya di Amerika Selatan dimakan sebagai sayuran, dan kadang digunakan sebagai pencuci mulut. Sekarang, Ganyong sudah dibudidayakan teratur di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jambi, Lampung, dan Jawa Barat.

Ganyong cukup berpotensi sebagai sumber hidrat arang. Data Direktorat Gizi Depkes RI menyebutkan bahwa kandungan gizi Ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75,00 g.

Umbi yang dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun muda dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Kita mengenal Ganyong dengan banyak nama daerah. Ada yang menyebut sebagai "buah tasbih", "ubi pikul", "ganyal", "ganyol", atau pun "sinetra". Sedangkan nama asingnya quennsland arrowroot. Sementara ini, sekurangnya ada dua provinsi sebagai sentral Ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang).

Lalu, Ganyong itu sebetulnya untuk apa? Biasanya dikonsumsi sebagai camilan. Ganyong direbus, lalu dimakan. Rasanya pulen kemanis-manisan dan bergizi cukup tinggi, terutama kandungan karbohidratnya.

Menurut produsen keripik ganyong dan tepung ganyong, pada dasarnya untuk pemasarannya tidak masalah. Barangkali karena tingkat persaingan belum tajam, sedangkan pertumbuhan konsumsinya terus bertahan. Malahan tak menutup kemungkinan, produk olahan Ganyong tersebut bisa diekspor.

Selain itu, Ganyong juga dapat mengatasi beberapa penyakit, yaitu:

Panas dalam:

Umbi ganyong 30 g; Rimpang temu lawak 30 g; Air 700 ml, Direbus sampai mendidih selama 15 menit, Diminum hangat-hangat 2 kali sehari

Radang saluran kencing

Umbi ganyong 40 g; Daun kumis kucing 30 g; Akar alang-alang 20 g; Air 600 ml, Direbus sampai mendidih selama 15 menit, Diminum hangat-hangat pagi dan sore

Bibit Ganyong dapat diperoleh lewat umbi atau anakan. Tradisinya lebih cenderung menggunakan bibit anakan. Setelah bibit siap, segera siapkan pula lahannya. Tanah dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur, dan biarkan selama sekitar 15 hari. Setelah itu, dicangkul lagi sambil dibuatkan guludan-guludan, dengan ukuran lebar 40 - 60 cm, tinggi 25 - 30 cm, dan panjang disesuaikan kondisi lapangan. Jarak antar-guludan sekitar 10 - 100 cm. Buatkan lubang tanam sedalam 10 - 15 cm, dengan jarak-lubang biasanya 30 x 30 x 30 cm. Bibit anakan dimasukkan ke lubang tanam, lalu ditimbun dengan tanah.Setelah ditanam, lakukan perawatan dan pemeliharaan. Penyiangan dilakukan sebulan sekali, bersamaan dengan penggemburan tanah dan guludan. Di samping itu, lakukan juga pemupukan. Serangan hawa dan penyakit hampir-hampir tidak ada. Pasalnya, populasi dan penyebaran Ganyong masih terbatas.

Pemanenan Ganyong bergantung tujuan penggunaannya. Bila untuk umbi rebus yang langsung dimakan, maka petiklah Ganyong muda berumur 6-8 bulan. Sebaliknya, jika akan digunakan untuk pembuatan produk pati atau tepung bisa dipanen tua (15-18 bulan)

Di tengah kondisi ekonomi yang semakin terpuruk menjadi faktor kemampuan daya beli masyarakat menjadi turun, sudah seyogyanyalah pemerintah bersama masyarakat menggalakkan kembali pemanfaatan sumber pangan lokal yang justru lebih murah, mudah dijangkau dengan kandungan gizi yang tidak kalah baiknya. Marilah kita semua berusaha memanfaatkan sumber hidrat arang dari bumi Indonesia dengan menggali dan menjadikannya sebagai bahan pangan dan hidangan tradisional dan modern supaya tercipta upaya penganekaragaman pangan menuju pola makan sehat.

18 comentarios:

  1. Terima kasih atas infonya....
    Blog yang bagus....

    ResponderEliminar
  2. Daerahku di Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah, banyak ganyong. Ganyong ini biasa di panen saat awal musim kemarau, bisa di rebus atau di parut kemudian di ambil sari patinya untuk di jadikan bubur ganyong.
    Kalau gak salah dengar pernah juga di siarkan oleh siaran Radio BBC.

    Salam Ganyong.

    ResponderEliminar
  3. wah, kayanya Bubur Ganyongnya enak tuh Mas. Mau dong resepnya.

    ResponderEliminar
  4. Ganyong, direbus wah jan nyamleng banget.
    Lebih enak lagi, pathi ganyong sebagai bahan pembuat cendhol/dhawet. Sudah terkenal pada sekitar th 60 - 70 an cendhol/dhawet dari Nglindhuk dekat Gunung Gambar, penjual dhawet pathi ganyong. Lembuuuut... kenyal dan dingin wah seger nyamleng tenan cah.

    ResponderEliminar
  5. Pati ganyong dipakai untuk membuat dawet/cendol, wah yahut banet. Kalu gak percaya silahkan tanya sapa Lik Sutris Gn. Gambar

    ResponderEliminar
  6. Pak Padiman, boleh dong resep dawet/cendolnya dibagi-bagi. Kami tunggu resepnya y Pak.

    ResponderEliminar
  7. Terima kasih atas infonya...
    Sangat bermanfaat...

    ResponderEliminar
  8. terima kasih....
    berkat blog ini saya bisa membuat PKM tentang ganyong..

    ResponderEliminar
  9. Salam kenal,

    Senang sekali akhirnya ada info tentang ganyong. Saya termasuk penggemar ganyong. Dari umbinya sampai patinya bisa dibikin berbagai camilan. Apalagi kalo musim dingin tlah tiba, mmmm camilan ganyong siapa menghangatkan badan. Cuma sayang, sekarang saya agak kesulitan mencarai pati ganyong di supermaket. Dulu saya membuat sendiri pati ganyong sampai menjadi camilannya....

    ResponderEliminar
  10. Ganyong dari namanya nampak deso tapi kalu udah diolah dijadikan apa aja rasanya wah wah...eeeeenak tenan apalagi kalu dibikin es cendol makannya habis pelajaran oleh raga bisa lupa segalanya

    ResponderEliminar
  11. rita gandasoemita3 de abril de 2009, 8:47

    penelitian s1 saya tentang bahan makanan campuran dari ganyong, tempe dan ikan petek. memang pati ganyong ini sangat baik, bahkan untuk bayi sekali pun ..........

    ResponderEliminar
  12. Terimakasih atas semua info yang bermanfaat bagi banyak orang. Usul bagaimana kalau ulasan-2 ini dibuat bukunya juga sehingga bisa dibaca (refer) bila diperlukan. Terutama bagi plasma nutfah yang ada dan mudah dikembangkan di "pekarangan" kita. Lagi-2 membuat buku serial manfaat tanaman baik umum maupun khusus.
    Terimakasih

    ResponderEliminar
  13. Bu Ning, terima kasih atas idenya untuk pembuatan buku. Nanti akan kami pikirkan ya Bu...untuk sementara ini, kami sedang mengajak publik mengunjungi web Matoa, supaya lebih interaktif...

    ResponderEliminar
  14. ganyong enak dikukus trus dibuat gethuk...

    ResponderEliminar
  15. ganyong enak dikukus trus dibuat gethuk...dimakan dalam kondisi masih hangat...

    ResponderEliminar
  16. Peni yang baik, coba share ke kita website kita, resepnya. salam bh

    ResponderEliminar
  17. Perlu sosialisasi produk, sehingga jadi makanan alternatif yg menyehatkan.

    ResponderEliminar