lunes, 16 de junio de 2008

Museum Etnobotani

Sekali lagi, di tengah gaung kedaulatan pangan dan pemanasan global akhir - akhir ini, MATOA merasa perlu menginformasikan kepada para Sahabat tentang sebuah museum di Kota Bogor yang mengkoleksi berbagai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara adat. Sebuah langkah yang -mungkin- sudah dilupakan oleh masyarakat Indonesia untuk mencintai dan memanfaatkan produk pangan dalam negerinya sendiri.



Etnobotani sendiri adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari hubungan tumbuhan yang dipergunakan penduduk asli dengan segala aspek kebudayaannya. Sesuai dengan namanya, museum ini memamerkan benda-benda yang memperlihatkan kreatifitas berbagai suku di Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari.

Etnobotani adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr. J.W Harshberger pada 1595. Ilmu yang diperkenalkannya ini mempelajari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji dalam upacara adat.

Gagasan pendirian museum datang dari Prof Dr Sarwono Prawirohardjo yang saat itu menjabat ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang pertama. Sarwono menyadari bahwa perlu dibuat sebuah wadah untuk melestarikan pengetahuan lokal ratusan masyarakat daerah yang ada di Indonesia. Terpikirlah untuk membuat sebuah museum etnobotani.

Untuk menjalankan ide tersebut dikumpulkan lah berbagai artefak dari seluruh Indonesia. Pada tahun 1973, beberapa ilmuwan terkemuka berkumpul di Puslitbang Biologi. Yang berkumpul di antaranya tokoh permuseuman, para ahli ilmu sosial, kemasyarakatan dan antropologi serta pakar-pakar botani Indonesia. Mereka berkumpul untuk mematangkan gagasan pendirian sebuah museum yang bisa menampung kekayaan etnobotani Indonesia.

Pada 18 Mei 1982, bertepatan dengan peringatan 165 tahun berdirinya kebun raya Bogor, Menristek Profesor B.J Habibie meresmikan dibukanya museum ini.

Di dalam ruangan seluas sekitar 1600 meter persegi ini bisa ditemui berbagai macam benda dari tumbuhan yang dibagi dalam lima lorong, masing-masing berisi tiga sampai empat etalase yang juga berisi keterangan tumbuhan yang digunakan.

Museum Etnobotani menyimpan sekitar 1600 hingga 2000 koleksi mulai dari bahan pangan, sandang, papan, obat-obatan tradisional, alat rumah tangga, alat transportasi, alat pengolah pertanian, perikanan, alat musik, sarana upacara adat, mainan anak, dan juga kosmetik tradisional yang keseluruhan berbahan dasar tumbuh-tumbuhan. Koleksi tersebut dibagi dalam dua jenis pengawetan yaitu pengawetan kering dan basah, khusus untuk pengawetan basah hanya digunakan pada sampel buah-buahan.



Melihat kekayaan koleksi museum ini, pengunjung akan menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang amat kreatif menggunakan kekayaan alamnya.

Namun, kemudahan menemukan lokasi seperti saat mencari museum Zoologi, tak terjadi saat mencari museum Etnobotani. Saat menanyakan letak museum ini banyak orang yang bahkan belum pernah mendengar nama Museum Etnobotani.

Museum ini buka setiap hari Senin - Jumat pukul 08.00 - 16.00 WIB. Museum ini ternyata terletak bersebelahan dengan Puslitbang Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jl. Juanda 22-24, Bogor. Untuk masuk pun, pengunjung harus masuk dari pintu depan Puslitbang, melewati sebuah bangunan tua dengan tulisan Herbarium Bogoriense yang dipampangkan di puncak gedung.

Hanya ada petunjuk jalan seadanya saja yang mengarahkan pengunjung ke Museum Etnobotani. Dan untuk sampai disana pengunjung harus menyusuri jalan setapak kecil hingga kira-kira lima puluh meter dari bangunan utama.

Letaknya yang terpencil dan cukup sulit ditemukan membuat jarang sekali ada orang yang mengunjungi museum ini. Dalam dua bulan belum tentu ada satu pengunjung yang datang. Mendengarnya cukup menyedihkan, sebab setelah dilihat-lihat lebih dekat, sebenarnya museum ini punya banyak sekali benda menarik yang tentu akan menambah khazanah pengetahuan pengunjungnya.

Museum Etnobotani berada di sebuah gedung berlantai lima yang letaknya ada di samping Herbarium Bogoriense. Museum ini tak seberapa besar, dari keseluruhan lima lantai yang ada, hanya lantai dasar saja yang difungsikan menjadi museum etnobotani.

Saat masuk ke sana, tidak ada loket yang menyambut, seperti lazim terdapat di museum-museum lainnya. Sebuah pintu besar menuju ruang pameran menyambut pengunjung di tengah-tengah ruangan sebuah papan besar bertuliskan : Museum Etnobotani Indonesia Tema Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia.

Pihak museum menyadari betul kekurangan museum yang sebenarnya menyimpan koleksi luar biasa yang amat patut dilihat. Untuk mempermudah akses ada rencana untuk membuka pintu masuk di bagian depan museum. Namun belum diketahui kapan tepatnya rencana ini akan direalisasikan.

Demikian sekilas tentang Museum Etnobotani, semoga kita dapat mencintai dan memelihara kekayaan pangan dan budaya Indonesia, dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk mencegah pemanasan global dalam rangka menghambat perubahan iklim.

10 comentarios:

  1. salam hormat,
    kpada pihak museum etnobotani, kami bisa dikirimi makalah/prosiding seminar etnobotani I dan II?trimakasih.kami butuh makalah tersebut, atau bisa di akses lewat internet?

    ResponderEliminar
  2. apa saja cabang-cabang ilmu biologi tentang tumbuhan selain etnobotani?
    aku sudah mencari di situs lain tapi cuma sedikit
    tolong dijawab ya!

    ResponderEliminar
  3. oh ada......Adit, untuk detailnya silahkan email ke dinkopib@indo.net.id dengan Ibu Setijati Sastrapradja, semoga beliau bisa menjawab dengan lebih lengkap.....
    salam
    budi

    ResponderEliminar
  4. Saya sering ke herbarium bogoriense (sebelum pindah ke Cibinong). Tapi baru kali ini tahu ada museum etnobotani. Pertanyaan saya, adakah koleksi museum ini ikutan diboyong ke Cibinong?

    ResponderEliminar
  5. menurut informasi yang saya peroleh, koleksi museum ini juga ikut diboyong ke Cibinong.

    ResponderEliminar
  6. salam hormat,
    kepada pihak museum etnobotani bisa tolong kirimkan jurnal penelitian etnobotani atau bisa di download di internet.

    ResponderEliminar
  7. salam hormat,
    kepada pihak museum etnobotani bisa tolong kirimkan tentang sejarah minuman tradisional betawi yaitu bir pletok

    ResponderEliminar
  8. Mba Anita, bir pletok diciptakan sejak Belanda masih bercokol di Indonesia.

    Orang-orang Belanda pada saat itu sangat gemar mengonsumsi bir, namun karena di Betawi waktu itu mayoritas masyarakat beragama Islam, maka meminum bir yang notabene mengandung alkohol merupakan sesuatu yang diharamkan.

    Di sanalah kreativitas kuliner ala Betawi dimulai. Untuk menyaingi hangatnya bir dengan kandungan alkohol, masyarakat Betawi menciptakan bir yang dibuat dari rempah-rempah yaitu jahe, daun pandan, dan serai.

    Agar warna bir pletok lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambahan kayu secang.Kayu itu kalau diserut dan diseduh dengan air panas akan mengeluarkan warna merah.

    Semoga bermanfaat Mba Anita...

    sumber : id.88db.com/id/Discussion/Discussion_reply.page/Food_Beverage/?DiscID=2903

    ResponderEliminar
  9. Kpd pihak museum etnobotani sy butuh informasi ttg tanaman gembili ada tdk, blh kami dikirim jurnal etnobotani ke papua yach. makasih

    ResponderEliminar
  10. assalamu'alaikum . . .

    saya ingin tau. . .
    apakah museum etnobotani ini masih beroprasi?
    saya tertarik tuk berkunjung . . .
    tolong kirim jawabanya ke e-mail sboyz26@yahoo.co.id

    ResponderEliminar