martes, 6 de mayo de 2008

Jangan Salah Pilih dan Pakai Plastik

Setiap hari kita menggunakan plastik. Baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan,  plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Namun, jangan salah pakai dan pilih plastik. Ancaman dari komponen kimianya berbahaya bagi kesehatan.
Perhatikan benda yang ada di sekeliling kita. Beragam produk yang berbahan baku plastik ada dimana-mana. Bukan hanya sebagai kemasan pangan (food grade), namun banyak dipakai sebagai pelindung dan pewadah produk, bahkan komponen atau suku cadang pun berbahan baku plastik. Di rumah, kita menemukan mainan anak-anak, ember, penggorengan teflon, termos, baskom, tempat minum, ember, kabel, plastik kiloan, plastik kresek, dan lain-lain. Tanpa kita sadari, dalam keseharian hidup kita sudah bergantung dengan plastik.
Tak jadi soal bila dalam pemilihan dan penggunaan plastik terutama yang berhubungan dengan makanan sudah tepat. Namun, timbul masalah bila salah dalam memilih dan menggunakan plastik. Misalnya, plastik kresek hitam yang tidak boleh untuk makanan justru sering digunakan sebagai pembungkus gorengan. Wadah minuman plastik yang tidak boleh dipakai untuk air mendidih justru sering dituang air mendidih. Plastik kiloan yang hanya boleh dipakai untuk mengemas makanan justru dipakai untuk mengolah makanan seperti ‘ketupat plastik’.
Sesuai standar
Plastik memang meliki banyak kelebihan, seperti fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), aneka warna, tidak korosif (berkarat) dan harganya relatif murah. Namun, plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non- biodegradable).
Menurut DR Agus Nurhadi, DEA, Dosen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI jurusan kimia, plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene, polyetilene, polyvinyl chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut (plastikizers) turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalate.
Untuk membuatnya menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol air kemasan, Juga ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar tahan panas, dan lain-lain. “Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk plastik tersebut. Jadi, bukan hanya plastiknya yang harus stabil,” tutur ayah dari tujuh anak ini.
Proses pembuatan plastik sebagai kemasan makanan di semua negara harus memenuhi persyaratan yang ada. Di Indonesia, setiap produsen plastik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar tersebut harus dipenuhi produsen karena jika tidak maka akan membahayakan konsumen. Misalnya, penggunaan  kandungan sisa Vinyl chloride monomer (VCM) dalam pembuatan kemasan plastik jenis Polyvinyl chloride compound atau PVC untuk makanan dan minuman. VCM pada bahan jadi atau finishing PVC untuk kemasan makanan atau minuman tidak lebih dari 0,5 ppm (part per million). Sedangkan PVC untuk botol sebesar 1,0 ppm. Sementara itu, kandungan VCM sebagai bahan baku tidak lebih dari 10 ppm.
Jangan salah pakai dan pilih
Prinsipnya, untuk menjamin keamanan produk plastik yang kita gunakan untuk makanan adalah menjaganya agar tetap stabil. Jadi, plastiknya tidak boleh rusak. Plastik yang didesain untuk kemasan makanan hanya boleh dipakai untuk kemasan, bukan untuk pengolahan makanan. Menggunakan plastik pembungkus untuk membuat ‘ketupat plastik’, misalnya adalah berbahaya. Karena, plastik kemasan tidak didesain untuk pengolahan makanan sehingga tidak tahan panas. Yang dikhawatirkan adalah terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik tersebut ke dalam makanan.
Botol kemasan air mineral yang terbuat dari polypropiline atau polyetilene dapat rusak karena panas akibat terik matahari. Kalau dibiarkan berhari-hari, kemasan air terkena sinar matahari, akibatnya dalam beberapa hari itu air sudah tidak segar. Artinya, ada suatu dampak terhadap  plastiknya akibat dari  sinar matahari. “Nah kalau sudah begini, berbahaya. Bahayanya tergantung dari jenis plastik yang kita pakai, jenis adiktif atau pencampurnya. Tapi secara akumulatif memang berakibat pada kesehatan, namun tidak terlalu mengkhawatirkan karena botol kemasan itu biasanya setelah diminum langsung dibuang konsumen,” jelas ahli kimia yang menamatkan studinya di Jerman ini.
Sebenarnya yang agak signifikan berbahaya bila plastik ini dibakar atau terbakar. Karena jenis produk jenis PVC, seperti botol kemasan air mineral, kantong kresek, dan lain-lain bila terbakar akan mengeluarkan gas HCl yang berbahaya bagi kesehatan.
Sebaliknya, ada produk plastik yang didesain untuk pengolahan makanan, misalnya wajan dan panci teflon. Berbeda dengan plastik kemasan yang tidak tahan panas, peralatan masak teflon  justru didesain untuk pengolahan makanan. Komponennya tidak berubah karena pemanasan.
Di akhir tahun 1997, sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, pernah ditemukan plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu produsen kesulitan mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya, plastik yang sudah lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa plastik kresek hitam itu bau. “Perlu diingat sebagai patokan konsumen bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan gunakan untuk membungkus makanan,” tegas Agus.
Menggunakan plastik kresek hitam sebagai wadah makanan seperti gorengan juga tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk makanan. Sentuhan antara gorengan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang berbahaya bagi kesehatan. Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari plastik tersebut.
Bahaya yang ditimbulkan
Penggunaan VCM untuk memproduksi plastik jenis PVC di atas ambang batas akan menimbulkan kanker hati, merusak kelenjar endokrin, merusak paru-paru dan limpa.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1998 membuktikan bahwa plastik jenis PVC ini didapati mengeluarkan bahan pelembut DEHA ke dalam makanan.    Berdasarkan data kajian yang dijalankan terhadap hewan percobaan, DEHA berupaya mengganggu sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker. DEHA diduga mempunyai karakter yang sama dengan hormon yang membawa sifat-sifat khas wanita, yaitu estrogen. Namun berbagai penelitian terkait masih dilakukan untuk membuktikan sejauh mana phtalates aman digunakan oleh manusia.
Federasi Industri Plastik Indonesia (Apindo)  dalam  kesempatan seminar “PVC Kemasan Plastik Yang Aman” tahun 2000 lalu  menyatakan bahwa PVC aman dipakai karena sudah menggunakan acuan tentang kandungan sisa VCM, salah satu bahan pembuatan PVC, yang sesuai dengan SNI tahun 1987. menggunakan PVC khusus untuk makanan dan minuman bisa dibilang aman. Selama ini, justru kesadaran dari masyarakat yang kurang dalam penggunaannya. Bila kita  menggunakan PVC yang putih dan transparan dapat dipastikan aman. Yang berbahaya bila menggunakan PVC yang bukan khusus untuk kemasan makanan

Hati-hati
Hati-hati adalah kiat yang tak dapat kita hindari. Pertama, hati-hati dalam memilih dan memakai wadah dan kemasan plastik. Sesuaikan dengan desainnya. Ada beberapa produk khusus yang mendesain produk plastik yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan panas. Biasanya, harga produk tersebut memang relatif mahal. Namun, produk tersebut menjanjikan keamanan.
Kedua, jangan menggunakan plastik kemasan untuk mengolah makanan, karena dikhawatirkan ada perubahan komponen kimia yang masuk ke dalam makanan yang kita konsumsi. Ketiga, jangan menggunakan produk yang tidak didesain untuk makanan kemudian kita pakai untuk mewadahi makanan. Apalagi, bila makanan itu berupa makanan yang digoreng.
Sebagai penyeimbang dan untuk mencegah banyaknya pencemar yang masuk ke dalam tubuh kita, maka biasakanlah keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, bawang, dan kacang-kacangan, adalah beberapa di antaranya. Serat makanan bahan tadi, seperti pektin, lignin, dan beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vitamin C, serta bioflavanoid. Semua itu diyakini dapat mengurangi risiko munculnya penyakit.
sumber: ummigroup online

1 comentario:

  1. saya tetap tidak setuju kalau plastik dalam bentuk apapun masih digunakan sekarang ini, karena plastik adalah sampah yang sangat berbahaya dan penggunaannya telah kelewat batas..seharusnya sekarang ini yang harus lebih diperhatikan adalah cara mendaur ulangnya, bukan menggunakannya

    ResponderEliminar