viernes, 13 de marzo de 2009

Pengembangan Bio-teknologi Rumput Laut

Jakarta -Selama ini kita sering menikmati rumput laut dalam campuran masakan Jepang atau Korea. Ternyata, rumput laut juga bisa dijadikan sumber energi. Pemerintah Korea dan Indonesia sepakat untuk bekerjasama dalam pengembangan bio-teknologi, rumput laut ini. Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) ini ditandatangani oleh Widi Agoes Pratikto, Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan Kyoung-hoan Na, President Korea Institute of Industrial Technology (KITECH), sebuah Badan Pemerintah yang berfungsi mengembangkan teknologi. Penandatanganan MoU tersebut dari Indonesia disaksikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perdagangan, adapun dari Korea oleh Menteri Perekonomian Berbasis Pengetahuan (Minister of Knowledge Economy). Acara berlangsung di sela-sela Indonesia-Korea CEO Business Dialog yang diselenggarakan oleh KADIN dan KCCI (Korea Chamber of Commerce and Industry) pada hari Sabtu, 7 Maret 2009 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.

Bentuk kerjasama yang diharapkan dalam bidang bio-fuel dari rumput laut, sebagaimana hasil pembicaraan kunjungan pendahuluan Kepala Pusat Data dan Informasi DKP, Soen’an Hadi Poernomo, ke Korea pada akhir tahun lalu. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata implementasi Visi Nasional Korea, yakni “Low Carbon, Green Growth”, sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Lee Myung-bak pada HUT Republik Korea ke-60 tahun, tanggal 20 Agustus 2008 yang lalu.

Rupanya impian dan harapan Korea dan Indonesia memiliki titik temu, yakni bersama-sama memperhatikan secara serius implikasi perubahan iklim terhadap kehidupan. Korea menyusun program kongkrit dikaitkan terhadap kebijakan enerji dan perekonomian. Adapun Indonesia mengaitkannya dengan kelautan dan lingkungannya, diantaranya dengan menyelenggarakan World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Inisiative (CTI) Summit yang bertema “Lautan dan Perubahan Iklim” pada tgl 11-15 Mei 2009.

Pertemuan interest kedua negara ini juga sangat mungkin untuk saling mengisi. Indonesia sebagai negara kepulauan dan kelautan yang besar, memiliki lahan dan potensi budidaya rumput laut yang luas. Korea yang memiliki teknologi dan kebutuhan enerji yang tinggi, dapat bersinergi menggarap sumber enerji yang terbarukan tersebut. Lokasi yang dipertimbangkan untuk menjadi area kerjasama adalah propinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan atau Bangka Belitung.

Pemakaian rumput laut sebagai sumber enerji memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan bio-fuel yang terambil dari bahan nabati daratan, seperti tebu, jagung, kelapa sawit, singkong dan lain-lain. Lahan di darat semakin sempit bersaing dengan peruntukan lahan bagi program ketahanan pangan dan pemukiman. Usaha bio-fuel ini bila pengembangannya menggunakan lahan hutan, tentu berimplikasi terhadap iklim global pula. Adapun rumput laut, hijaunya di sepanjang pantai diharapkan memiliki peran positif terhadap lingkungan.

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan

2 comentarios:

  1. saya sangat tertarik untuk pengembangan bio teknologi dari bahan dasar rumput laut yang menjadi sasaran saya adalah untuk membantu pertumbuhan pada budidaya Rajungan di tambak dengan bahan enrichment dari rumput laut....kalau bisa diajak gabung.tk

    ResponderEliminar
  2. biotegnologi best of tegnologi

    ResponderEliminar