Dalam sebuah upacara sederhana, para-petani hutan di kaki Gunung Pangrango dan Telapak melepas sebuah peti kemas 20 feet yang bermuatan daun Kumis Kucing (Orthosiphon spp.) kering untuk diekspor ke Perancis. Daun Kumis Kucing kering tersebut merupakan hasil tanaman para petani-hutan di tepi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Para petani-hutan dari kedua desa tersebut telah mengusahakan jenis tanaman ini sejak 2 tahun terakhir secara organik. Upacara pelepasan tersebut sekaligus menandai dilakukannya ekspor perdana produk herbal organik dari masyarakat petani-hutan.
Sejak dua tahun yang lalu, Telapak telah melakukan serangkaian kegiatan pendampingan dan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar hutan di Jawa Barat. Rangkaian kegiatan itu dilakukan dengan sebuah harapan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan lestari berbasis masyarakat. Juru bicara Telapak, Rina Agustine mengatakan, “Pelestarian alam tidak harus bertentangan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Kami membuktikannya melalui kegiatan pendampingan ini.”
Kumis Kucing merupakan jenis tanaman herbal yang dapat tumbuh subur di bawah tegakan hutan. Sebagai produk herbal, daun Kumis Kucing memiliki harga jual yang relatif mahal. Di lain pihak usaha pertanian Kumis Kucing di bawah tegakan pohon juga tidak berdampak negatif pada fungsi ekologis hutan. Keunggulan jenis tanaman ini telah mendorong pengembangan usaha Kumis Kucing oleh Telapak bersama kelompok petani-hutan di Jawa Barat.
Selain mengembangkan usaha penanaman Kumis Kucing, Telapak juga membantu upaya pemasaran produk herbal ini ke pasar dunia. Sebuah perusahaan di Perancis, L’ Herbier du Diois, ternyata menaruh perhatian yang sangat besar pada pasokan produk Kumis Kucing dari Indonesia. Mereka berminat untuk memperoleh pasokan daun Kumis Kucing kering dari usaha kelompok petani-hutan yang didampingi oleh Telapak. Setelah melalui beberapa kontak awal dan pengiriman sample, akhirnya kegiatan ekspor perdana produk ini pun berhasil dilakukan. Ekspor perdana ini membuktikan kemampuan bersaing dari model tani-hutan lestari di pasar global.
“Kami mengajak industri berbasis tanaman herbal dunia untuk mendukung upaya ini dengan membeli produk herbal dari usaha tani-hutan oleh masyarakat. Jika upaya ini berkembang, maka bukan tidak mungkin ia menjadi solusi atas krisis ekonomi dan lingkungan global!” kata Rina Agustine.
Sumber Telapak
bisa tau informasinya lebih lanjut & komplit mengenai tanaman kumis kucing dimana yah ? bisa dijadikan lapangan pekerjaan kah ? thx infonya.
ResponderEliminarsyabas. saya berminat untuk teroka perniagaan ini. untuk pasaran di malaysia. tq.
ResponderEliminarUntuk lebih jauh mengenai usaha kumis kucing silahkan lihat di blog ini: usadhaid.blogspot.com/2008/12/kumis-kucing-organik-dari-ciwaluh.html
ResponderEliminarDan Kontaknya: Rina Agustine, Email: rina@telapak.org atau Hendaru Djumantoro, Email: hendaru@telapak.org
Kalau saya ingin mendapatkan informasi tentang tanaman ini secara komplit dimana yah ? , karena saya sangat tertarik. terima kasih
ResponderEliminarInformasi tentang apanya ya mbak. Kalau tentang morfologi tanaman dan khasiatnya bisa cari di google saja. Kata kuncinya "Kumis kucing" atau "Orthosipon"
ResponderEliminarSaya mau coba kembangin usaha ini di Ciampea, Bogor, karena ada tanah nggak produktif 0,5 Ha. Dengan tanah sebesar ini hasilnya daun basah dan kering berapa banyak? Apakah Telapak bisa menampung/membeli hasilnya dan dihargai berapa?
ResponderEliminarPak Sukron, silahkan kontak langsung via email Bapak Hendaru dari Telapak di hendaru@telapak.org
ResponderEliminarsaya berminat mengembangkan jenis tanaman ini di Bangka Belitung yang memiliki lahan tidak produkif cukup luas. apakah jenis tanaman ini cocok untuk tanah yang berpasir, mengenai persediaan bibit dan pemasaran apakah telapak bisa membantu, serta pelaksanaan tenis, apakah kita dapat berikan bimbingan intensif seperti di daerah jawa barat ?
ResponderEliminarPak Agus, untuk lebih jelasnya tentang pengembangan tanaman kumis kucing, Bapak bisa menghubungi Mas Hendaru di hendaru@telapak.org
ResponderEliminartrims.
untuk pengembangan ekonomi kerakyatan sangat bagus, bahkan saya tertarik untuk melibatkan masyarakat dengan pengelolaan yg mudah2an lebih baik, untuk buah kami dah jalan di jateng (300 ha) selama 6 tahun ini (2009) dan hasilnya sudah di suplay ke pasar2 modern dan masuk ke pabrik salah satunya dengan brand marimas, kalau kumis kucing gimana dg pengelolaan dan lahan seperti apa, hitungan per 100 meter akan menghasilkan berapa banyak, berapa lama bisa dipanen, kemudian bicara hasil bagaimana dengan pasarnya, berapa harga / kg kering, apa bisa ditampung di indonesia, terus kualitas macam apa yg bisa dibeli yg notabene harganya cukup mahal itu, daripada ditaman tembako, manfaatnya lebih kecil dari mudaratnya...salam !
ResponderEliminarralat : 100 meter.../ yang bener pertanyaannya ; .....per 1000 meter akan menghasilkan berapa banyak...
ResponderEliminarSaya sebenarnya sdh lama ingin bertanam kumis kucing, tapi bagaimana cara bertanam dan dan kemana menjual hasil panennya?
ResponderEliminarsaya punya stock kumis kucing kering 11 ton , ada test lab. siap kirim . ada yang minat tolong hubingi saya terima kasih Azizy
ResponderEliminarehm saya mau coba buat ramuan instant kumis kucing karena kami mempunyai kategori grde A dan mempunyai stock 50 ton yg sudah kering..minat hub kami
ResponderEliminar