sábado, 18 de abril de 2009

Astronaut Mendarat di Bulan

<cerita awal> <cerita sebelumnya>


Lain lagi yang saya temui di pedalaman kabupaten Sukabumi. Kali itu saya mencari umbi-umbian yang sekerabat dengan talas Bogor. Sementara kami sibuk menggali umbi yang kami inginkan, terdengar dua anak laki-laki sedang mengobrol di balik semak tempat kami berada.
"Ech, sudah dengar belum, bahwa orang Amerika sudah berhasil menginjakkan kaki di bulan sana? Saya mendengarnya dari tetangga sebelah yang punya radio", celoteh yang seorang.
"He-eh, saya juga mendengarnya. Ketika saya tanyakan ke kyai kita, dia marah betul. Kata kyai, kita tidak boleh percaya pada berita-berita menyesatkan seperti itu. Mana ada orang bisa sampai ke bulan, sepandai apa pun dia itu. Jadi, berita itu bohong belaka", jawab yang satunya lagi.

Saya terperangah mendengar percakapan itu. Ingin saya menjelaskan kepada mereka, bahwa berita itu benar; bahwa para astronaut berhasil mendarat di bulan dan mengumpulkan contoh-contoh batuan bulan untuk dibawa kembali ke bumi. Tetapi, secepat kilat keinginan itu saya padamkan. Saya tidak mau anak-anak itu bingung menerima informasi yang bertentangan dengan ajaran kyainya. Sebentar lagi saya akan meninggalkan tempat itu dan tidak lagi akan dapat berhubungan dengan anak-anak tersebut. Tetapi pak kyai, yang menjadi guru dan kepercayaan mereka akan selalu di tempatnya.
Dari percakapan mereka itu, saya menyadari betapa besarnya masalah pendidikan yang dihadapi bangsa ini. Saya bertanya kepada diri saya sendiri, apa yang dapat saya lakukan untuk anak-anak didik seperti yang saya jumpai di Sukabumi ini?
<bersambung>

------------------------

Catatan redaksi :

Tulisan ini merupakan bagian catatan perjalanan Setijati D Sastrapradja dari buku Bintang Beralih, sebagai sumber inspirasi sepanjang masa.

No hay comentarios:

Publicar un comentario