lunes, 6 de abril de 2009

Bondan Winarno dan Kepanduan

Begitu masuk ruang tamu rumah Bondan Winarno, suasananya seperti berada di ruang makan. Saya dan Ratna pun nimbrung ngobrol dengan peserta kelas narasi di Eka Tjipta Foundation mendengarkan Bondan Winarno menceritakan pengalamannya untuk acara Wisata Kuliner. Kunjungan ke rumahnya, bukan mau mendengarkan bagaimana Ia mencicipi setiap masakan di acara kuliner tadi.

Tanggal 7 Maret 2009 di kediamannya, Bondan menceritakan bukunya yang berjudul Bre-X Sebungkah Emas di Kaki Pelangi.  Menarik, Bondan Winarno, terkenal dengan  program Wisata Kuliner, ternyata pernah menulis buku investigasi.

Bebaju tangan panjang, bergaris-garis biru kecil. Bondan Winarno duduk di depan meja kayu panjang. Ruangan tempat kami diskusi layaknya ruang makan, penuh dengan koleksi berbagai macam peralatan dapur.

Bondan Winarno tidak pernah mengira, kalau dia bisa tertarik pada dunia investigasi. Ini berkaitan dengan aktifitas masa kecilnya saat menjadi seorang pandu alias pramuka. Terinspirasi dengan Lord Boden Powell, Bapak Pandu dunia, yang memang adalah seorang intelegen dari Inggris. Rupanya, apa yang diajarkan di kepanduan, salah satunya harus memiliki kemampuan intelejen yang baik.

Sampai saat ini Bondan Winarno masih memegang sifat-sifat yang diajarkan dalam kepanduan. “On my honour, akan melakukan yang terbaik, saya tidak akan membedakan orang dari pekerjaannya. Walaupun dia seorang tukang sapu atau seorang penjaga toilet.” terucap dari mulut Bondan.

Selain mengajarkan sifat baik dan kemampuan intelejen, menurut Bondan Winarno,

“Kepanduan pun mengajarkan deduksi, yaitu merangkum semua menjadi kesimpulan. Itulah kepanduan dan membawa saya menjadi wartawan. Saya suka film CSI, dia merangkum semuanya”.

Bondan terus mengungkapkan kekagumananya pada dunia kepanduan juga tentang volunteerisme. Dia bilang, para pensiunan jenderal seharusnya bisa meluangkan waktu sehari saja, untuk jadi volunteer di sekolah-sekolah menjadi konselor, memberikan bimbingan tentang narkoba.

“Guru-guru gak punya kemampuan, murid-murid pasti bangga konselornya itu seorang jenderal.
Saya pengen jadi ketua RT, gak pengen jadi aktifis partai. Ketua RT juga jangan jual stempel.” Menurutnya, voluntereisme adalah satu kekuatan besar.

Kembali ke penulisan bukunya, tidak ada yang dia sesali dari Bre-X Sebungkah Emas di Kaki Pelangi, kecuali tidak menerbitkannya dalam bahasa Inggris. Buku Bre-X tidak bleh terbit pada masa itu, karena menyeret salah satu menteri dalam sidang pengadilan. Bre-X bukanlah yang pertama, buku invetigasi lainnya adalah tentang Tampomas.

4 comentarios:

  1. halo, saya membutuhkan alamat e-mail Pak Bondan. bisa minta bantuan? terima kasih

    ResponderEliminar
  2. Pak Siwo, maaf sekali saya ndak punya e-mail Pa Bondan...saya ikutan kelas Narasi waktu itu. tks

    ResponderEliminar
  3. apa bisa minta bantuan untuk difotocopykan buku Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi, karya jurnalistik Pak Bondan yang monumental itu? biaya foto copy dan ongkos kirim akan saya ganti. Terima kasih

    ResponderEliminar
  4. Mas Siswo,

    Nanti saya tanya dulu ya, bisa ato tidaknya untuk fotocopy buku Pak Bondan....Saya juga belum sempat membaca buku tsb.
    tks.

    ResponderEliminar