martes, 21 de abril de 2009

Menjaga Martabat Lembaga Pemerintah

<cerita awal> <cerita sebelumnya>



Sudah sejak jaman Belanda pelestarian kawasan alami untuk melindungi jenis-jenis tumbuhan atau hewan menjadi perhatian pemerintah. Sumatera Utara memiliki kawasan pelestarian yang sangat luas, yang merupakan sebagian dari Leuser. Banyak orang-orang asing yang berminat untuk tinggal di sana dan meneliti berbagai tumbuhan dan hewan liar, karena keadaan di situ masih relatif utuh. Mereka harus memperoleh ijin tinggal sebagai peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tangan kanan LIPI dalam pemberian ijin penelitian ini adalah Lembaga Biologi Nasional, yang pada waktu itu saya pimpin.


Sepasang suami isteri muda dari Eropa menetap beberapa lama di kawasan pelestarian itu setelah memperoleh ijin dari LIPI dan Kehutanan. Pihak Kehutanan bahkan memberi hak kepada mereka untuk mengelola pondok tamunya. Sayang, pemberian hak itu diinterpretasikan mereka sebagai pemberian kekuasaan penuh sebagaimana halnya seorang penguasa kawasan. Dengan pengertian seperti itu, semua peneliti yang datang ke kawasan harus memperoleh ijin mereka, meskipun LIPI atau pihak Kehutanan telah melengkapi mereka dengan ijin yang diperlukan. Saya tidak mengetahui hal ini sampai salah satu staf lembaga yang harus bekerja di sana ditolak mereka dengan alasan mereka tidak diberitahu sebelumnya. Saya menjadi naik pitam membaca surat penolakan mereka dan langsung mengusulkan kepada pemerintah agar ijin tinggal mereka dicabut. Tentu saja mereka juga tidak tinggal diam. Mereka memperoleh dukungan dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengatakan bahwa penelitian mereka sangat dibutuhkan Indonesia. Tidak kurang dari Menteri Negara Lingkungan Hidup memanggil saya untuk memberi penjelasan atas surat usulan saya. Saya tetap pada pendirian saya, karena saya pikir martabat lembaga pemerintah yang saya pertaruhkan. Akhirnya usulan saya diterima dan mereka harus meninggalkan tempat enam bulan sesudah pemberitahuan resmi dari pemerintah. Saya merasa lega karena kewibawaan lembaga pemerintah dapat saya pertahankan, meskipun nama saya di lingkup internasional menjadi tidak baik.


<bersambung>

Catatan redaksi :

Tulisan ini merupakan bagian catatan perjalanan Setijati D Sastrapradja dari buku Bintang Beralih, sebagai sumber inspirasi sepanjang masa.

No hay comentarios:

Publicar un comentario